FIRST ÷>> 9. Kamu terlalu terburu-buru

372 17 0
                                    

"Mungkin suatu hari nanti,
Kita akan kembali bertemu dengan cara yang berbeda dan
perasaan yang telah berubah

Dan mungkin telah saling merelakan..."

***

Setelah berganti baju Davin bergegas kembali menuju ruang tamu, sesekali ia berlari saat menuruni tangga.

Setelah mendapat telephone dari seseorang wajah Davin tampak berubah.

"Del, ayo! Kedokter" diliriknya Della asik menonton tv dan sesekali tertawa

"Nanti ahh lagi rame" dinaikkannya volume tv

"Cepet, gue ada janji!" Suara Davin meninggi

"Ya udah pergi aja" balas Della dengan suara tingginya

Davin lalu mendekat kearah Della. Dipasangkannya jaket yang menyelimuti tubuh Della lalu mematikan acara tv dan langsung membopong tubuh Della menuju mobil.

"Lo apaan sih! Maksa" Della hanya menggemgam erat bahu Davin

"Buruan pake seatbelt!" dengan kasar Davin membanting pintu mobil.

Mobil berjalan dengan kecepatan tinggi membuat penumpang disebelahnya ketakutan. Beberapa mobil disalip didepannya.

Setelah sampai Davin memapah Della memasuki lobby rumah sakit. Dokter yang tadi dihubunginya sudah siap siaga di ruang pendaftaran.

"Lo ikut dia gih" Davin mendorong Della kepada dokter Farhan

"Buru! gue urus administrasi dulu" Davin berjalan menjauh menuju meja pendaftaran.

Della berjalan di bantu dokter farhan menuju ruangannya. Sesekali ia berhenti untuk mengumpulkan tenaga. Untung saja dokter Farhan tidak seperti Davin.

"Kalo ngga mau nganterin ngga usah maksa juga kan bisa" runtuk Della dalam hati

"Baik silahkan kamu naik keatas kasur dulu" doker Farhan mengambil peralatan dan kembali untuk meelakukan pemeriksaan.

Davin pov

Davin berjalan kedepan pintu ruang pemeriksaan Della. Dilihatnya dari kaca jendela itu Davin dapat melihat Della sesekali meringis kesakitan dan juga meneteskan air mata.

Davin lalu duduk dibangku yang berada didepan ruang pemeriksaan tersebut. Dia terlihat sibuk berkirim pesan dengan seseorang.

"Gue bingung sama hati gue" ucap Davin dalam hati, matanya menerawang lorong rumah sakit yang mulai nampak sepi hanya beberapa kali para suster dan staff rumah sakit berlalu lalang.

"Gue lebih ngomongnya gimana yah?"

"Kalo mau ikut ayok!"
"Gue ada urusan. Lo bebas mau ikut atau ngga"
"Lo pulang naik taxi aja ya"

"ahh gue terlalu kasar kalo gitu" Davin yang frustasi mengacak acak kepalanya

Tiba tiba pintu ruang pemeriksaan terbuka menampakan sesosok wanita dengan kaki yang di gips dan tangan yang dibalut perban. Tangannya memegang tongkat kruk

FIRST (Hal Terburuk Mencintai Dalam Diam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang