FIRST ÷>> 18. Membencimu atau mencintaimu?

337 8 7
                                    


Kalau cinta, bilang aja cinta,
Kalau benci, ya bilang aja benci,
Jangan cinta tapi bilang benci.

***

Davin turun dari panggung diikuti yang lainnya. Dibawah sana, para staff dan juga Daniel sudah berkumpul. Sambil berjalan menuju backstage, Davin menyerahkan mic yang dipegangnya kepada Daniel.

"Dia udah siap?" Tanya Davin yang berjalan dan dianggukin Daniel yang berjalan masuk ke ruang tunggu.

"Vin, abisin jus lo nih. Kalo Della tau. Abis loh" Arya melepar botol jus itu kepada Davin.

Lalu Kyle, Davin dan yang lainnya sibuk merapihkan alat musik yang baru saja dipakai. Sedangkan Kevin sibuk berceloteh dengan salah satu artis yang satu ruangan dengan mereka.

"Gue ke ruangannya Della yah, gue langsung cabut. Gitar dipojok jangan sampe lupa" kata Davin mengingatkan dan berjalan keluar sambil menenteng tuxedo yang akan dipakainya.

Setelah sampai didepan ruangan Della yang berada 2 ruangan disebelahnya, Davin segera masuk. Pandangannya langsung menatap Della dari pantulan cermin didepannya. Seperti terhipnotis, Davin hanya terpaku menatap Della yang matanya masih terpejam karena sedang di makeup. Sampai Geby yang melihat Davin sudah masuk, langsung menyadarkannya dan menyuruhnya untuk segera berganti pakaian.

Davinpun segera masuk ke bilik kotak itu untuk segera berganti baju.

Sebenarnya Della juga tau kalau yang masuk tadi Davin. Karena aroma parfum yang menyengat itu, hanya Davin yang sering memakainya.

Sedangkan Davinpun dibalik dinding penyekat, dengan jelas mendengar semua hal yang dibicarakan Della dan Geby. Ada hal-hal konyol yang membuatnya sedikit tertawa saat Geby menceritakan dirinya saat di smp kepada Della.

Selang beberapa menit kemudian, Davin muncul dari balik bilik tempat ganti pakaian, ia melingkarkan dasi berwarna abu itu di lehernya. Tangannya sibuk mengancingi kemeja dan juga jas yang baru dipakainya.

"A..yo.." Davin menatap Della yang terlihat jauh lebih cantik daripada saat foto kemarin. Riasan natural ditambah rambut yang disanggul miring mengekspos sebagian leher Della yang putih itu.

Geby yang melihat Davin sudah siap, segera menyenggol Della yang masih asik bercermin sambil sesekali berpose mencoba-coba gaya untuk bersenyum.

Davin yang terpaku menatap Della, sama halnya dengan Della. Davin menatap intens Della dari ujung kepala sampai kaki.

"Lo udah siap?"

"Hmm" jawab Davin yang tersadar dari lamunannya.

"Oh yaudah Geb gue pergi dulu yah. Salam buat yang lain" suara Della yang terdengar dibelakangnya.

Selama perjalanan menuju tempat parkir, seperti biasanya, tidak ada obrolan yang dibicarakan.

Davin segera masuk kedalam mobil hitam jenis ferrari ini diikuti Della. Davin menyimpan totebag berisi pakaian performnya tadi dibangku belakang.

"Vin bentar deh" kata Della menatap Davin

"Apa?" Jawab Davin sesaat setelah menutup pintu mobil.

"Lo bawa pomed ngga?" Tanya Della to the point

"Nih. Buat apaan" ucap Davin menyerahkan benda itu dari tas kecil didalam dasbor. Davin sempat berfikir untuk apa Della menanyakan benda seperti ini.

"Sini liat ke gue"

Della memegang bahu Davin agar mengahadap kearahnya. Lalu ia mulai membuka tutup wadah pomed itu, mengambilnya sedikit lalu mengusap-usapkan pada telapak tangan. Baru setelah itu, jari-jari tangan Della menyisir rambut Davin membentuk jambul kepinggir.

FIRST (Hal Terburuk Mencintai Dalam Diam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang