*****
Erangan panjang keluar dari bibirku ketika cahaya matahari yang lumayan terang menusuk mataku dari celah-celah jendela yang sedikit tersibak.
Sial. Cahaya itu mengganggu tidurku.
Aku segera terduduk dan meregangkan tubuhku. Ah... tenagaku sudah kembali lagi. Rasanya terasa lebih baik sekarang. Ku lirik sampingku, ada Justin yang masih tertidur dengan damai hingga aku bisa mendengar suara dengkuran halusnya. Rambut Justin sangat berantakan jika pagi, tapi tetap saja ia terlihat sangat menggoda. Aku menggeleng, tidak. Tidak boleh memikirkan itu sekarang. Aku segera melirik jam dinding yang tergantung di dinding. Pukul 7pm. Shit, aku bangun terlalu pagi. Pantas saja Justin masih mendengkur seperti itu.
Aku tersikap ketika aku mendengar sebuah suara sumbang yang berasal dari perutku. Oh, untung saja Justin masih tidur. Jika laki-laki itu sudah bangun maka aku akan berakhir seperti kepiting rebus karena ia akan mengejekku habis-habisan. Aku mengelus perutku, ah pasti ia sangat kelaparan karena aku memang belum makan malam sebelum bertemu Justin. baiklah, aku harap Justin memiliki beberapa bahan yang bisa aku gunakan untuk membuat beberapa potong pancake atau mungkin beberapa bacon dan telur untuk sarapan. Aku menarik kemeja putih Justin yang bergeletak begitu saja untuk menutupi tubuhku yang nyaris telanjang ini kemudian bergegas turun keluar kamar tanpa membuat suara yang gaduh dan perpotensi membangunkan Justin dari tidur nyenyaknya.
Dalam beberapa menit aku sudah sibuk dengan segala pernak-pernik perlengkapan dapur –ternyata keperluan dapur di apartement Justin lumayan lengkap. Aku dengan mudah mendapatkan pan untuk memasak, mentega, beberapa butir telur, terigu, gula, dan beberapa keperluan lainnya untuk membuat pancake. Bahkan di lemari pendingin Justin aku bisa menemukan banyak sirup pelengkap untuk pancake. Well, ku fikir Justin senang memasak, karena bahan-bahan makanan disini cukup lengkap untuk tempat yang hanya ditinggali oleh seorang laki-laki brandalan.
"GOOD MORNING BABY GIRL !!!" aku terperajat kaget dan hampir menjatuhkan adonan pancake kedua yang sudah matang kelantai ketika mendengar seseorang yang berseru sedikit kencang dibelakang ku. Jantungku nyaris keluar ke tenggorokanku. Aku segera berbalik dan menatap tajam siapa saja yang nyaris membuatku mati karena serangan jantung tadi.
"what the hell are you doing ?! you idiot!" semburku langsung ketika aku melihat siapa yang bersender pada meja counter dibelakangku dengan senyuman super konyol yang menghiasi wajahnya.
"ah, I miss you to baby girl." Ia berjalan kearahku dan memeluk ku dengan erat dan berpotensi membuatku mati kehabisan nafas.
Andreas sialan.
Apa yang dia lakukan dirumah Justin. dan apa yang dia lakukan sepagi ini dihadapan ku tanpa perberitahuan sebelumnya. "aku tidak pernah meragukan masakan mu baby. Jadi, berniat membuatkan kakak mu ini sepotong pancake?"
"di dalam mimpi mu." seolah tidak perduli dengan wajah nya yang berkerut aku membalikan badan dan mulai menuangkan kembali adonan pancake yang ketiga. Aku memang berniat membuatkan untuk Justin juga. tidak mungkin aku hanya makan sendiri sedangkan tuan rumahnya tidak ku buatkan. Aku ingat bahwa Lucas pernah bilang. Sopan santun diatas segalanya. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku pada Andreas.
"well, aku hanya mengecek adik ku saja agar tidak bermain terlalu jauh." Jawabnya acuh. Aku mengerutkan kening tidak mengerti. Seolah ia adalah makhluk dari luar angkasa yang berwarna biru dengan kaki dan tangan seperti tentacle gurita.
"apa maksud mu?"
"Key, aku tidak mau yang terlalu bersenang-senang dengan semua manusia itu. Terlebih dengan laki-laki yang tidur setelah telanjang disebelahmu tadi." Aku membelalakan mata. "siapa namanya? Justin? he's a King huh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SACRIFICE
Teen FictionDesclaimer: SACRIFICE gendre : 1/2 fantasi, tragedi, romance, and bad behavior. insipired by (black butler, friends with bennefits, fast an furious, dll) WARNING ! WARNING ! WARNING ! There will be much bad word, bad behavior...