"Our fate lives within us, you only have to be brave enough to see it."
-Merida in "Brave" movie-
Harrys.
Matahari menyeruak masuk melalui tirai – tirai yang tidak tertutup rapat. Aku membuka mataku perlahan – lahan karena masih terasa sangat berat. Saat seluruh kesadaranku kembali, aku menyadari aku sudah berada di tempat tidur dengan baju yang sudah diganti. Tanganku meraih handuk kecil yang menempel di kening. Otakku berputar mencoba menerka – nerka apa yang terjadi selama aku tidak sadarkan diri semalam. Namun, kepalaku masih sangat pusing untuk mengingat – ingat lagi apa yang terjadi setelah aku menghabiskan berbotol – botol whiskey yang aku simpan selama tiga hari. Sebenarnya, aku memang sudah kembali ke Indonesia sejak tiga hari yang lalu namun dengan sengaja aku tidak menghubungi Anna. Dengan terhuyung – huyung, aku berjalan keluar kamar. Tidak ada siapapun di ruang tamu maupun dapur. Namun, mataku melihat sesuatu di meja dapur. Ku langkahkan kakiku menuju dapur dan melihat semangkuk bubur ayam dan telur mata sapi yang terhidang di meja serta segelas susu. Masih hangat, berarti belum lama dibuat. Aku meraih susu dan meminumnya hingga setengah. Mataku kemudian terhenti pada secarik kertas yang tergeletak di samping mangkuk bubur. Aku meraihnya dan membacanya.
Dear Harrys,
Sarapannya dihabiskan yaa dan obatnya diminum. Sudah aku siapkan semuanya. Dan yaa, aku sengaja tidak menghubungi Dr Thomas agar keluargamu tidak tahu kamu seteler kemarin.
Anna.
Aku tersenyum setelah membacanya. Pandanganku beredar ke seluruh ruangan dan aku tahu Anna sudah membersihkan segala kerusuhan yang aku ciptakan kemarin. Namun, pandanganku langsung terhenti pada sesuatu yang tergeletak di meja. Benda kecil yang berkilauan itu tidak seharusnya berada di situ. Dalam hitungan detik, jantungku seakan berhenti berdetak karena keterkejutan yang begitu tiba – tiba. Aku berjalan perlahan mendekati benda kecil itu dan mengambilnya.
Ketakutan yang amat sangat tiba – tiba merasukiku. Hatiku mendadak berkabut dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang ketika realita itu harus menghampiriku secepat ini. Aku tidak siap. Aku belum menyiapkan jawaban apapun pada Anna kecuali rahasia yang memang tersimpan selama dua tahun ini. Ya Tuhan, Anna maafkan aku. Tanganku mengusap wajah dengan kasar setelah membuang cincin itu dengan kasar pula.
Aku merasa marah pada diriku sendiri, juga pada kenyataan yang sangat menyakitkan ini. Kenyataan yang membuatku seperti orang bodoh yang tidak bisa melakukan apa – apa kecuali menyakiti gadis sebaik Anna. Aku pulalah yang dengan begitu egois menahan Anna sehingga ia harus terseret pada neraka yang sangat kejam ini. Aku merutuki diriku sendiri.
-00-
Anna.
Aku hanya diam tertunduk setelah semua airmata yang tertumpah setiap aku memutar kembali memori semalam. Sementara, orang yang duduk di depanku juga ikut terdiam dan menatapku. Tidak ada kesan kasihan pada matanya. Matanya tetap menatap teduh padaku saat aku sesekali melihatnya. Pria itu lalu memberanikan diri untuk menggenggam tanganku. Ia masih tidak berkata apa – apa, mungkin ia menungguku untuk mengatakan sesuatu. Namun dari matanya lagi, aku melihat ia berusaha mencerna apa yang bergejolak di hatiku.
Aku memang sudah menceritakan apa yang telah aku ketahui semalam pada pria di depanku ini. Tidak ada lagi yang ada di pikiranku kecuali mendatangi pria ini di pagi hari seperti ini. Saat aku mengetuk depan pintu café nya, ia membukanya dalam waktu sepuluh menit. Aku pikir ia masih tidur karena memang masih pukul 6 pagi, tetapi dugaanku salah. Ia membuka pintu dengan wajah segar, t-shirt hitam, celana jeans belel selutut dan kacamata berframe tanduk warna hitam menggantung di hidungnya yang mancung. Yang aku lihat pertama saat ia melihatku berdiri di depan pintunya dengan sebuah ransel besar warna hijau adalah ia bengong sesaat. Mungkin ia tidak percaya aku datang padanya setelah kemarin aku mengusirnya dari apartemenku. Sungguh, sebenarnya aku sendiri malu untuk datang padanya, namun aku tidak tahu lagi harus berjalan kemana. Hanya dia yang menawarkan bantuan yang tulus padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [END]
Romance(Sudah Terbit cetak maupun Google Books) Tidak mudah untuk menjadi kekasih dari seorang laki - laki yang hidup di langit. Meski ia selalu memberikan dunia untuk Anna, tetapi dunia tidak pernah tahu jika Anna memilikinya. Harrys adalah lelaki yang hi...