Hugging A Cactus

2.5K 175 2
                                    

Sometimes a hug is the answer, even when the question is not known."

-Unknown-

Anna.

Mataku melirik jam tangan Nathan yang menunjukkan pukul 7.30 pagi saat mobil yang ia kendarai berhenti di perusahaan tempat aku bekerja. Ya, perusahaan milik Harrys. Matanya masih saja menatapku seolah mempertanyakan keputusanku saat ini pergi ke kantor. Sejak kemarin, ia bersikeras untuk mengantarku hingga ke dalam kantor, namun aku memintanya untuk berhenti di parkiran saja. Aku menepuk pelan punggung tangan Nathan dan mencoba tersenyum, "Aku baik – baik saja Nate. Dan semuanya akan baik – baik saja."

Aku melihatnya tersenyum meski aku tahu itu dipaksakan.

"Apa perlu aku mengantarmu ke dalam?" Ia masih saja menawariku hal yang sama. Matanya mengatakan ia benar - benar serius dengan ucapannya.

"Nate, terimakasih atas semua bantuanmu, tetapi ijinkan aku untuk menyelesaikannya sendiri kali ini." Aku menolak tawarannya dengan halus. Jauh di dalam dadaku, aku merasakan debaran yang sangat cepat membayangkan apa yang akan terjadi saat aku bertemu dengan Harrys nanti. Namun, aku tidak ingin melibatkan Nathan dalam masalahku.

"Baiklah. Aku jemput jam berapa Ann?" Tanya Nathan sebelum aku berjalan turun dari mobil.

"Nanti kita ketemu di cafe mu yaa." Aku tersenyum pada Nathan. Dan ia balas menatapku dengan sebuah tatapan yang dalam dan penuh makna. Aku bisa melihat kekhawatiran dari matanya. Aku bisa merasakan perhatiannya yang begitu besar dari tatapannya. Namun sungguh Nathan, ijinkan aku untuk menyelesaikannya sendiri kali ini.

Aku berjalan turun dari dalam mobil Nathan. Setiap langkah yang aku jejak menuju lantai 25, aku selalu berdoa di dalam hatiku untuk mendapatkan kekuatan untuk berhadapan dengan Harrys. Sungguh, aku tidak ingin terlihat rapuh di depan matanya. Aku ingin menunjukkan padanya bahwa aku akan baik - baik saja tanpanya nanti, meski sejujurnya, aku belum yakin untuk itu. Cintaku pada Harrys sudah terlalu dalam. Banyak hal yang telah aku lalui bersamanya dan semuanya tidak mudah terhapus begitu saja.

Nathan

Aku menatap punggung Anna yang berjalan semakin menjauh dariku. Aku tetap diam dan tidak juga menjalankan mobil. Mataku tidak beralih dari wanita yang diam - diam dan tanpa pernah aku sadari telah terpaut kuat di hatiku. Hati kecilku mengatakan kalau aku tidak seharusnya membiarkan Anna berjalan sendirian ke dalam, sementara aku tahu persis saat ini aku sedang mempertaruhkan cintaku. Saat Anna masuk ke dalam kantornya, aku tidak yakin apakah dia akan kembali padaku atau justru kembali dalam pelukan kekasihnya sendiri, Harrys?

Tanganku mengacak - acak rambutku sendiri. Rasa frustasi menguasai diriku saat ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Sekali lagi, aku menoleh ke arah Anna tadi berjalan. Ia tidak lagi terlihat dan itu membuat rasa frustasiku semakin memuncak.

"Anna, aku mohon kembalilah padaku." Bisikku di dalam hati. Lantas, ku nyalakan mesin mobil dan bergerak menjauh dari tempatku berhenti tadi.

Anna.

Aku berjalan keluar dari lift saat pintu lift terbuka di lantai 30. Hatiku semakin berdebar – debar saat langkah kaki ku semakin mendekati ruangan Harrys. Tadi sebelum kesini, aku sudah lebih dulu menelepon Marisa untuk memastikan Harrys berada di kantor atau tidak.

Mataku melihat Marisa duduk di mejaku dan sedang terpaku di layar komputer. Aku berjalan mendekatinya dan menyapanya, "Hai."

"Anna?" Marisa tersenyum lebar padaku. Sepertinya ia cukup merindukan kehadiranku di kantor ini. Marisa langsung berdiri dan memelukku.

Petrichor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang