"We cannot change anything unless we accept it."
-Carl Jung-
Harrys.
Mataku sedang mengitari Hall yang akan digunakan sebagai tempat Press Conference. Tidak ada yang istimewa dari tempat ini karena aku hanya menginginkan sebuah tempat dengan beberapa wartawan saja. Aku tidak berencana untuk membuat pengumuman pernikahanku dengan Keylila berlangsung dengan megah. Press Conference ini pun aku lakukan juga karena Papa mendesakku untuk melakukannya agar semua orang tahu bahwa aku sudah menikah dengan putri dari seorang konglomerat Singapura.
"Semuanya sudah siap, Pak. Satu jam lagi, wartawan akan datang," ucap Marisa yang tiba-tiba sudah di sampingku.
Aku hanya mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkannya menuju ke ruanganku di lantai 25. Langkah kakiku berjalan perlahan menuju ke mejaku. Tanganku menyangga badanku dengan menapak pada meja. Nafasku memburu. Aku merasa sudah tidak sanggup lagi menahan perasaanku dan berpura-pura semuanya baik-baik saja. Ingatanku masih merekam jelas peristiwa kemarin ketika Anna memilih untuk pergi dari kehidupanku. Rasa sakit itu masih terasa menganga di hatiku saat ini, namun aku justru harus berhadapan dengan wartawan untuk mengumumkan pernikahanku dengan wanita lain.
Aku membanting semua barang-barang yang ada di meja dan berteriak. Rasanya, aku sudah cukup frustasi dengan keadaanku sekarang.
Keylila.
Tanganku berhenti di daun pintu saat aku mendengar suara barang-barang berjatuhan dari dalam ruangan Harrys. Aku menghalangi Marissa yang hendak masuk karena mengkhawatirkan Harrys. Ia justru aku minta untuk meninggalkan lantai 25 dan menunggu di ruang Press Conference.
Sementara aku masih berdiri di pintu meski telah lewat dua puluh menit sejak aku mendengar suara barang-barang dilempar oleh Harrys. Tidak ada suara apapun di dalam saat ini, tetapi aku juga tidak berani untuk melangkah masuk. Aku takut jika Harrys akan marah padaku dan aku akan kehilangan senyum yang Harrys berikan padaku beberapa hari ini.
Tiba-tiba pintu dibuka dan Harrys muncul dari balik pintu. Ia tampak terkejut melihatku, namun ia mencoba tersenyum. Aku membalas senyumnya dan berpura-pura tidak tahu tentang apa yang terjadi di dalam sana tadi.
"Kamu sudah siap, Rys?" tanyaku yang dijawab anggukan oleh Harrys. Ia lalu berjalan menuju lift dan aku mengikutinya di belakang.
Harrys.
Jepretan kamera wartawan benar-benar menyilaukan mataku. Aku menyipitkan mataku dan terus tersenyum ketika wartawan mengabadikan momen kebersamaanku dengan Keylila. Kami berdua berdiri sembari mengacungkan cincin pernikahan kami berdua. Hari ini, aku mengumumkan pada seluruh dunia bahwa aku dan Keylila sudah menikah di Makau dua tahun yang lalu.
Keylila.
Aku memandangi Harrys yang tampak tersenyum, meski aku tahu senyum itu dipaksakan. Press conference ini pun juga terpaksa dilakukan Harrys karena paksaan dari Papanya. Satu tangan Harrys masih menggandeng tanganku meski kami berdua sudah tidak lagi bersama wartawan. Aku hanya mengikutinya saja berjalan menuju ke lift VIP.
Pintu lift terbuka dan kami berdua berjalan masuk. Saat pintu lift tertutup, Harrys dengan serta merta langsung melepaskan tanganku. Aku pun langsung menoleh dan menatapnya. Senyum di bibirnya sudah hilang. Yang aku lihat justru matanya yang berubah memerah.
"Kamu baik-baik saja, Rys?" tanyaku dengan khawatir.
"Aku baik-baik saja, Key." Harrys masih tidak mau menatapku.
Aku diam. Aku tahu Harrys sedang berbohong sekarang. Dia pasti sedang membayangkan tentang bagaimana Anna jika melihat Press Conference ini. Dia pasti sedang mengkhawatirkan Anna sekarang dan hatinya dipenuhi perasaan bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [END]
Romance(Sudah Terbit cetak maupun Google Books) Tidak mudah untuk menjadi kekasih dari seorang laki - laki yang hidup di langit. Meski ia selalu memberikan dunia untuk Anna, tetapi dunia tidak pernah tahu jika Anna memilikinya. Harrys adalah lelaki yang hi...