"His words didn't tell me, I wasn't enough, his absence did."
~Cat Burnal~Nathan.
"Bisa kita ketemu, Nate?" Suara itu menggantung di seberang telepon, menunggu jawaban.
Mulutku diam terkunci. Namun otakku berpikir keras. Sementara hatiku memberontak.
"Nate." Panggil perempuan itu lagi lembut. Ia ingin menunjukkan kalau dia masih menunggu jawaban dariku.
"Aku sedang ada acara dengan tunanganku." Jawaban itu yang akhirnya tercetus.
Perempuan itu diam. Tapi aku mendengar ia menghela nafas berat.
"Nate, aku sudah di depan cafe." Hanya itu yang keluar dari mulutnya sebelum akhirnya telepon ditutup.
Ku letakkan handphone di meja dan mengarahkan pandangan pada cafe. Seorang waiter berjalan ke arahku, mungkin hendak memberitahu.
Aku beranjak dari gazebo, sebelum waiter itu sampai di dekatku. Langkah kakiku malas menuju galeri dan cafe. Seolah tahu aku sudah mengetahui ada seseorang yang mencariku, waiter itu hanya tersenyum padaku.
Langkah kaki ku terhenti di galeri. Perempuan itu sudah berdiri menghadap foto di ujung galeri. Foto dirinya sendiri. Seakan menyadari aku sudah berdiri di belakangnya, perempuan itu menoleh dan tersenyum lebar.
"Aku senang kamu masih menyimpan foto ini Nate."Ucapnya masih dengan senyumnya yang sering sekali menghiasi bibirnya sejak dulu.
"Bisakah kita tidak terlalu sering bertemu?" Aku langsung to the point.
Perempuan itu menatapku. Kelihatannya ia terkejut dengan perkataanku.
"Aah, sorry. Seharusnya aku tahu kamu sudah bertunangan. Apakah cafe ini juga miliknya?"
"Semua milikku adalah miliknya juga." Jawabku tegas.
Ia tertegun. "Tapi kalau aku sekedar curhat ke kamu, dia tidak akan marah kan?" Tanyanya.
Aku menoleh dan menatapnya. Ia malah tersenyum lebar lagi.
Anna.
Baru saja sampai di hotel, asistenku sudah langsung menarikku ke ruang rapat.
"Mereka sudah menunggu." Ucapnya sambil berjalan cepat menuju ruang rapat.
"Kenapa bigboss tiba - tiba datang?" Bisikku.
"Temannya yang kemarin bikin acara datang." Jawab asistenku.
Langkah kakiku terhenti seketika. Jawabannya membuatku tahu siapa yang ada di ruang rapat sekarang. Asistenku ikut berhenti dan menoleh ke arahku.
"Boleh enggak absen?" Tanyaku pelan.
"Kalau kamu mau ditelan bulat bulat sama bigboss." Jawabnya meyakinkan.
Ya Tuhan, aku tidak sanggup jika harus berhadapan dengannya lagi.
Langkah kakiku berat menuju ruang rapat yang hanya tinggal 5 langkah lagi. Mau tidak mau, aku harus berhadapan dengannya hari ini dan berpura - pura tidak pernah terjadi apapun.
"Hai Anna." Sapa Marissa saat aku sudah berdiri tidak jauh darinya. Dua orang pria yang tengah berbicara serius langsung menoleh padaku. Bigboss mengisyaratkan aku untuk duduk di sampingnya, sementara pria yang di depannya hanya menatapku tanpa henti.
"Please Harrys, jangan menatapku seperti itu." Aku berbicara dalam hati.
"Anna, kenalkan ini teman baikku yang kemarin bikin acara di sini. Dia sangat puas dengan hasil kerjamu." Ucap bigboss sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [END]
Romance(Sudah Terbit cetak maupun Google Books) Tidak mudah untuk menjadi kekasih dari seorang laki - laki yang hidup di langit. Meski ia selalu memberikan dunia untuk Anna, tetapi dunia tidak pernah tahu jika Anna memilikinya. Harrys adalah lelaki yang hi...