2

1.3K 78 0
                                    

Prilly PoV
Aku menangis seorang diri ditaman belakang kampus, dimana tidak akan ada satu pun orang yang tau. Karena taman ini begitu terasingkan. Kata orang tempat ini menyeramkan,  banyak rumor beredar ada sosok hantu yang sering sekali terdengar menangis tapi tidak ada wujudnya. Itulah sebabnya tidak ada seorang pun yang mau datang kesini.

Mereka aja yang bodoh berpikiran seperti itu,  mungkin yang mereka maksud adalah aku. Karena aku menangis diatas rumah pohon yang aku buat sendiri diatas pohon besar ini. So, mereka gak bisa lihat aku.

Disini aku merasa aman untuk mencurahkan isi hatiku tanpa satu orang pun yang tahu.

Lagi-lagi aku menulis buku diary ditempat ini. Rasanya aku sudah menuliskan puluhan kali tentang hal yang sama.

Aku benar-benar sangat lelah dengan semua bullying yang aku dapatkan karena fisikku yang gak sempurna.

Bahkan Andra malu buat ngakuin aku ini pacarnya didepan semua orang.

Kenapa hidup aku gini banget sih,  apa salahnya pendek,  aku juga gak minta kok  terlahir dengan tubuh semungil ini. Ini emang nasibku dan aku bersyukur dengan itu.

Tapi itu gak masalah sih sebenarnya, yang jadi pertanyaan aku sekarang,  kenapa Andra juga?

Kenapa dia harus datang dalam hidupku?
Kenapa dia membuatku jatuh cinta tapi menyakitiku sekaligus? Apakah benar kalau aku sebut ini cinta?
Kita selalu saja sembunyi dari banyak orang,  seakan aku adalah hal yang menjijikkan dimana gak ada yang boleh tau kalau aku ini lebih dari seorang sahabat untuknya.

Angin sore meniup dedaunan kering di bawah sana...

Aku menghapus air mata ku dan mulai memainkan gitar kesayangan ku yang sengaja aku tinggalkan disini.

Sepertinya aku mendengar langkah kaki seseorang.  Aku menghentikan permainan ku dan turun melihat ke sekeliling. Tapi tak ada satu orang pun disana. Mungkin itu perasaanku saja.

Aku melirik jam tanganku,  waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.

"Aduh prill,  lu gimana sih?! Hari ini kan gue harus manggung di caffe Sunrise. Gue harus cepetan kesana"  umpatku kesal pada diriku sendiri

Karena terburu-buru aku tidak sengaja menabrak seseorang dan terjatuh. Pantatku mendarat ke ubin koridor kampus dengan sangat keras,  dan itu benar-benar sakit.

Penuda ini pun mengulurkan tangannya,  menatapku dalam, kami saling memandang satu sama lain.

Dia membantuku bangkit dan menarik tanganku. Dia memberikan kacamataku yang pecah ke tanganku yang ia genggam sekarang.

"Besok,  kamu datang ke ruangan saya. Jangan lupa belajar dulu tonight ok !" Ujarnya tersenyum

Aku sempat bingung untuk beberapa saat,  aku baru menyadarinya,  ternyata dosen baru ini memberiku kesempatan kedua UJIAN SUSULAN YES! 

"Maksud bapak eh... kamu,  aku bisa, ujian susulan?"

Pemuda ini tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Arrg makasih banget ya kak,  aku gak tau harus bilang apa,  thank you,  thank you very much" ungkapku kegirangan menggenggam erat lengannya

Ia balas mengelus rambutku
"Lain kali kalau kamu ada masalah kamu bilang aja gak papa kok,  anggap aja konseling gratis hehe"

Aku gak tau kenapa, tiba-tiba ada perasaan aneh saat pemuda ini mengelus rambutku. Tapi yaudahlah mungkin perasaan ku  aja.

Kami pun saling mengenal satu sama lain sambil berjalan keluar kampus.

"Jadi kakak dulu kuliah di UI" ucapku menyambung obrolan kami

"Iya,  dua tahun kuliah disana"

"Dua tahun? Wow,  cepet banget? Perasaan kuliah itu empat tahun ya?"

"Emang cepet,  soalnya aku gak suka lama-lama.Emm, denger-denger kamu itu jago nyanyi ya,  fans kamu banyak?"

"Ahh hehe nggak kok, biasa aja, mereka aja yang berlebihan" balasku salting

"Tapi kemaren aku lihat show kamu, emang keren kok"

"Kakak lihat?  Dimana?"

"Di caffe Sunrise, dekat kampus. Tapi sayangnya permainan piano kamu itu monoton,  harusnya bisa lebih baik lagi.  Gimana kalau saya ajarin piano? Kamu tertarik?"

"Kakak bisa main piano?"

"Iya, lumayan sih,  aku udah pelajarin itu dari kecil"

"Wissss keren,  ok boleh juga idenya.  Selama ini aku emang ngerasa sulit sih main piano haha terlalu banyak tone,  aku sih sukanya main gitar,  tapi apa boleh buat pak arif mau nya aku main piano sih"

"Ya justru karena kamu musisi,  kamu harus bisa dong mainin berbagai alat musik. That's would be great"

"Iya sih,  terus kita mulai latihannya kapan?  Dimana?"

"Lusa gimana? Nanti aku message alamatnya, your number?"

"Oh ok,  081xxxxxxxx"

"Well,  ada WhatsApp kan?"

"Ada dong,  jangan salah, gini-gini aku up-to-date tau!"

"Iya iya,  nanti aku kabarin lagi. Itu kayaknya jemputan kamu udah dateng"  ungkap pemuda berlesung pipi ini melihat ke arah jam 12,  seorang wanita berjilbab biru dengan pakaian casual nya melambaikan tangan dari mobil APV putih yang pintunya terbuka.

"Siti,  apaan sih? Ngapain coba ngelambai-lambai kayak gitu"  umpatku dalam hati

"Yaudah,  nanti kakak jangan lupa ngabarin aku ya, see you soon!" Ungkapku kemudian pergi ke arah mobil jemputanku.

Dia hanya tersenyum dan memberikan jempolnya.

Aku melambaikan tangan padanya dari mobil,  dia pun melakukan hal yang sama dari tempatnya berdiri saat ini.

Seorang wanita cantik berambut panjang tiba-tiba menariknya pergi

Maxime PoV
Tiba-tiba Indah datang dan menarikku pergi.

"Kamu kenapa sih narik-narik gitu, aku bisa jalan sendiri?!" Seruku kesal

"Denger ya,  aku mau kita putus!"

"What? Are you kidding me? But why kenapa?" Aku terkejut, karena kekasihku minta putus secara mendadak.

"Aku udah capek diatur-atur sama kamu max,  aku mau hidup dengan cara aku sendiri,  kamu gak perlu ngatur-ngatur hidupku lagi. I'm not your doll okey! So let me go"

Aku hanya terdiam menatapnya,  sekilas ingatanku kembali ke kejadian dua hari yang lalu.

Saat itu aku berniat untuk membelikannya boneka di mall,  tanpa sengaja aku melihatnya tengah menggandeng laki-laki lain di sana. Aku hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Ok,  siapa juga yang mau nahan kamu. Sebenarnya aku mau ngomong ini kemaren tapi yaudahlah,  kamu duluan yang bilang.  So,  whatever,  kita udah gak ada hubungan lagi. Jadi lepasin tangan aku sekarang" ungkapku sembari melepas genggaman tangannya. Dia hanya bisa terpaku mendengar balasanku yang datar.

Aku pun pergi meninggalkannya sendirian.

Dilain tempat....
Andra PoV
Aku melihat Prilly dari kejauhan,  dia sedang mengobrol dengan dosen pengganti,  Sepertinya dia sudah merasa baik sekarang karena akhirnya aku melihat senyuman diwajahnya. Meski bukan dengan ku.

Aku benar-benar menyesal,  seandainya aku punya keberanian yang lebih untuk memberitahu dunia dia adalah milikku. Tapi,  aku tahu itu semua akan menyakitinya lebih dalam lagi.
Aku harus pergi darinya walau itu sulit,  karena aku gak mau dia terluka lebih dalam lagi dari ini.

Monkey Mantis Story (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang