Prilly melepaskan pelukan Pasha
"Thanks ya sha, lo selalu ada buat gue""Gue akan selalu ada buat lo, lo kan my apple pie"
Prilly memukul pelan lengan Pasha "Kebiasaan lu, gombal mulu"
"Yeee, siapa yang gombal sih, gue serius kali"
"Maksud lo?"
Pasha menggenggam jemari Prilly, membuat gadis bermata hazal ini merasa bingung dan nervous.
"Sebenarnya gue mau bilang ini dari dulu, tapi, lo tau kan. Dan gue gak bisa nahan ini lebih lama lagi, karena gue.. gue suka sama lo" ujar Pasha mendekatkan tubuh nya menghimpit tubuh mungil Prilly.
Gadis mungil ini merasa tersudut atas perlakuan Pasha yang berlebihan ini. Timbul perasaan takut dalam dirinya dan berusaha melepaskan diri dari pemuda syco ini.
"Sha, apa yang lo lakuin? Lepasin gue!"
"Gak prill, gue gak akan lepasin lo lagi. Please, terima gue jadi pacar lo. Karena si b*ngs*t Andra itu, gak pantes buat dapetin hati lo"
"Lo gila sha, lepasin gue, apa yang lo lakuin sekarang itu jauh lebih b*ngs*at dari Andra. Lepasin gue sekarang atau gue teriak"
"GUE UDAH BILANG KAN! GUE GAK akan lepasin lo, Prilly. Gue butuh tiga tahun, TIGA TAHUN biar bisa ngungkapin perasaan gue ke elo. Terserah lo mau teriak sekenceng-kencengnya karena gak akan ada yang denger" ujar Pasha dengan senyuman sinisnya.
"Tolong!!! Siapapun tolong!" Teriak Prilly ketakutan
Sementara itu, Maxime sudah menyalakan mobilnya namun ia baru ingat kalau ia meninggalkan ponselnya di ruang musik. Ia pun kembali ke ruang musik untuk mengambil ponselnya.
Pasha sedang berusaha melecehkan Prilly di ruang musik yang sejatinya kedap suara. Dan pasha sudah mengunci ruangan itu dari dalam sehingga tidak terdengar dari luar.
Maxime merasa aneh karena seingatnya ia meninggalkan ruangan itu terbuka tapi saat kembali kenapa pintunya terkunci.
Prilly melihat daun pintu yang bergerak dari luar, ia pun berteriak minta tolong sembari menangis ketakutan. Namun Maxime tidak bisa mendengarnya sama sekali, ia masih berusaha membuka pintu dan menemukan kalung Prilly dibawah pintu.
Max pergi mencari penjaga kampus untuk membuka ruangan musik.
Penjaga kampus tengah menyapu halaman kampus. Max pun menghampiri nya.
"Assallamuallaikum Mang Diman, bisa tolong bukain lagi ruang musik nya gak, soalnya hp saya ketinggalan di dalam"
"Loh, bukannya tadi teh bareng neng Prilly? Udahan ya latihannya?"
"Iya tadi bareng, cuman sekarang dia udah pulang kayaknya, terus hp saya ketinggalan gitu mang"
"Tapi barusan saya liat ada cowok di ruang musik bareng neng Prilly. Itu berarti bukan den Maxime dong"
"Cowok? Siapa?"
"Gak tau mamang teh, pokokna mah tinggi, badannya lumayan berisi, mamang pikir itu aden"
Maxime merasa bingung dan perasaannya pun berubah sedikit khawatir.
"Yaudah, mendingan mamang bukain dulu ruangannya, firasat aku jadi gak enak gini"
Diruang musik...
Pasha semakin liar, ia mengenggam erat pergelangan tangan Prilly sampai memerah. Badannya yang sixpack mulai menghimpit tubuh mungil Prilly ke dinding. Sementara gadis mungil ini hanya bisa menangis dan meminta tolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkey Mantis Story (slow update)
Fiksi Remaja"Monkey itu identik dengan bulu, terutama disekitar wajah, jadi gimana kalau aku panggil kamu monkey aja?" Ucap Max sembari menarik jambang Ily gemas "Kok monkey sih?! Aww sakit max!" Keluh Ily menepok tangan maxime "Abis aneh sih, cewek kok pun...