Pertemuannya dengan Jimin seakan menjadi mimpi buruk bagi Seulgi. Mengetahui fakta mengejutkan tentang dirinya membuat Seulgi resah. Sepanjang jalan ia berusaha menghindar dari orang-orang. Ketakutannya seakan tidak hilang saat Kai, sahabatnya, tiba-tiba menghampirinya.
"Ada apa denganmu? Apa aku begitu menakutkan?" tanya lelaki itu aneh. Seulgi menggeleng, namun sedikit menjauh sambil mengenakan penutup kepalanya.
"Tidak. Hanya saja kau mengejutkanku," ucap Seulgi tanpa berani menatap Kai.
"Baiklah, maafkan aku..." Sejujurnya Kai masih merasa aneh, tapi ia mengabaikan itu dan mengalihkan topik. "Kau sudah dengar kabar terbaru?"
Dengan malas, Seulgi menyahut, "Kabar apa?"
Lelaki itu menatap Seulgi dengan wajah bangga seakan ia baru saja mendapatkan sebuah emas. Tepat seperti dugaannya, gadis oranye ini sangat tidak peduli dengan keadaan sekitar. Maka dengan suara tegas dan yakin, Kai mengatakan,
"Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh seluruh vampire. Malam dimana para carlossian* tercium. Oh, Kang Seulgi, aku sangat bersemangat kali ini! Akhirnya aku bisa melihat eksekusi carlossian secara langsung! Tidakkah itu sangat menarik?"
Lutut-lutut Seulgi langsung melemas. Hampir saja ia jatuh jika ia tidak menahan dirinya. Jantungnya berdetak sangat kencang mendengar perkataan Kai. Dan lihatlah bagaimana wajah bahagia lelaki itu saat menyebutkan bahwa ia sangat ingin melihat proses eksekusi seorang carlossian, semuanya membuat Seulgi berkeringat hebat. Andai saja dia tahu dengan siapa dia berbicara, he would never be exciting like this.
"Oh, hanya itu..." Seulgi berbalik hendak meninggalkan Kai, namun bahunya ditahan. Tubuhnya dipaksa untuk menghadap lelaki itu lagi. "Ada apa denganmu? Kukira kau akan bersemangat mendengar kabar ini."
Seulgi melepas tangan Kai dari bahunya. "Aku sedang tidak enak badan," bualnya.
"Apa kau belum menghisap darah manusia hari ini? Atau kau ingin aku mencarikan darah babi untukmu?"
Darah dan manusia. Dua kata itu benar-benar membuat Seulgi mual. Ia sangat tidak bernafsu untuk mengonsumsi apapun. "Maaf, Kai, tapi aku ingin pulang saja..." Lalu gadis itu pergi meninggalkan Kai tanpa menoleh lagi kebelakang. Menyusuri jalan yang sepi hingga sampai pada tempat yang bahkan kini ia merasa tak aman, rumah.
Baru saja Seulgi hendak masuk, tapi tubuhnya ditarik. "Jimin! Apa yang kau lakukan disini?" bisik Seulgi spontan. "Kau sudah dengar kabar itu?!" lanjutnya dengan cemas. Jimin mengangguk. "Ayo pergi!"
"Tunggu! Aku harus membawa beberapa barangku!" Seulgi berusaha melepaskan cengkraman Jimin. Jimin sejenak terlihat ragu, lalu kemudian mengangguk kecil.
"Baiklah, tapi kita tidak memiliki banyak waktu. Sebentar lagi malam tiba."
###
"Holy shit, Jimin. Tempat ini benar-benar mengagumkan..."
Seulgi menggenggam erat tangan Jimin, menyembunyikan wajahnya pada bahu lelaki itu. Taring kebanggaannya sudah mulai muncul dan matanya berubah menjadi merah. Gadis itu semakin mengeratkan genggamannya ketika memasuki kerumunan.
"Jimin, mengapa kau membawaku ke tempat seperti ini?" Seulgi terus mengeluh. Jimin tak menjawab dan terus berjalan menuju loket. "Jimin, aku bersumpah akan kehilangan akal sehatku jika terus berada ditempat ini!"
"Kita akan ke Launceston," jawab lelaki itu singkat. "Dengan menggunakan kereta."
"Tapi itu dipenuhi oleh manusia! Tidak bisakah kita menggunakan kereta yang biasanya? Yang dipenuhi oleh vampire?"
Jimin berhenti setelah mendengar protesan Seulgi. Gadis itu mengadah sedikit pada wajah lelaki itu dari bahunya, kemudian menyembunyikan wajahnya lagi. "Kau pikir mengapa aku harus repot-repot menggunakan kereta disini? Karena ini adalah malam bulan sabit dalam dua puluh tahun, malam dimana darah carlossian akan tercium. Apa kau bodoh?" Perkataan Jimin sukses membuat Seulgi diam. Gadis itu hanya bisa menggerutu dalam hati dan menyumpahi lelaki yang tengah mengantri tiket.
Sampai Seulgi mencium darah yang terasa sangat manis melintas dibelakangnya. Gadis itu sontak menoleh, menatap punggung gadis kecil berambut pirang yang membawa dua batang cokelat ditangannya. Matanya yang telah berubah normal, kembali menjadi merah. Taringnya yang sudah menumpul, kembali menajam. Pelan-pelan tangan gadis itu lepas dari genggaman Jimin. Berjalan mengikuti gadis kecil dengan nafsu haus akan darah.
"Seulgi, tiketmu..."
Jimin melotot saat melihat tangan Seulgi yang hampir menggapai gadis kecil didepannya. Dengan cepat, bahkan sangat cepat, kecepatan yang semua vampire miliki, Jimin menarik tubuh Seulgi hingga terjatuh dalam pelukannya. "Apa yang kau lakukan, Bodoh!?" geram Jimin.
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
Gadis kecil yang hampir menjadi santapan Seulgi kini tengah memandang mereka dengan aneh. "Mengapa kau memeluknya?" tanyanya lagi.
"Dia?" sahut Jimin ragu. Lelaki itu terdiam untuk mencari alasan.
"Dia... dia baru saja kehilangan orang yang ia cintai, jadi aku memeluknya untuk menghiburnya... ya seperti itu..." Jimin tersenyum kikuk. Gadis kecil itu manggut-manggut, kemudian berkata lagi,
"Kasihan. Padahal ini malam natal, tidak seharusnya ia bersedih..." Lalu ia maju selangkah dan menyodorkan sebatang cokelat yang ia pegang sedari tadi. "Ini, ambillah. Anggap saja sebagai hadiah natal agar dia tidak bersedih..."
Seulas senyum terukir diwajah Jimin ketika melihat gadis kecil yang hampir saja menjadi makan malam Seulgi itu juga tersenyum. "Terima kasih, kau baik sekali..." Jimin mengambil sebatang cokelat tersebut dan melambai kecil saat gadis itu berjalan menghampiri kedua orang tuanya.
"Lihatlah bagaimana baiknya makan malammu itu," sindir Jimin.
Seulgi mendecih dalam pelukan Jimin. "Mendadak saja kau menjadi bijak," balasnya. "Aku heran, mengapa kau tidak terpancing saat berada dikerumunan manusia?" bisik Seulgi.
"Aku tidak tertarik dengan darah manusia, tapi tenang saja, aku lebih tertarik darah carlossian..."
"Brengsek kau Jimin!" umpat Seulgi. "Oh, sial! Aku tidak bisa mengontrol nafsu hausku. Begitu banyak darah segar disini!" Seulgi kembali mengeluh. Jimin bisa merasakan taring-taring Seulgi yang menempel pada bajunya. Gadis itu sengaja menggigit bajunya untuk menekan nafsu vampirenya. Lelaki itu menghela nafasnya. "Apa tidak ada cara lain untuk menahan nafsumu itu? Sebentar lagi kereta akan berangkat."
"Sial. Aku tidak percaya akan melakukan ini."
"Melakukan ap―"
Sesaat setelah Seulgi melepaskan diri dari pelukan Jimin, gadis itu menarik wajah lelaki itu dan memotong perkataannya dengan sebuah ciuman. Membuat Jimin tersentak kaget dan berusaha mendorong gadis itu namun gagal. Seulgi semakin mengeratkan ciumannya, saling merasakan taring yang bergesek dan mempersatukan lidah mereka. Dengan dominasi yang dilakukan gadis itu, Jimin tidak dapat berbuat apapun sampai ciuman mereka berakhir dengan cukup lama.
Jimin menatap Seulgi yang telah berubah normal. Mata cokelat dan taring kecil. Gadis itu tersenyum pada Jimin.
"Ayo pergi," ajaknya seraya menarik Jimin masuk kedalam kereta.
*carlossian = vampire berdarah carlos

KAMU SEDANG MEMBACA
Hoomans
FanfictionKehidupan dunia yang berbeda membuat sebagian tidak mempercayainya. Bukan salah mereka tidak mempercayai vampire, bukan salah mereka juga jika mereka mati karena vampire. Jika kalian selalu mendapatkan kisah antara vampire dan manusia, maka ini kisa...