04

2.2K 442 2
                                    

Aku mengasingkan diri diujung kamar. Menjauhkan keberadaanku sejauh mungkin dari seorang wiivian bernama Jimin. Lelaki itu terlihat sangat santai dan tenggelam dalam buku yang ia baca. Namun aku tahu bahwa itu hanya siasatnya belaka agar aku mempercayainya dan kemudian setelah itu ia akan menghisap darahku. Yang benar saja, bagaimana mungkin selama ini aku bepergian dengan seorang wiivian? Ini sangat sangat gila!

Perutku mulai bergejolak. Aku kelaparan. Terakhir kali aku makan adalah ketika Kai menghadiahi dua manusia dua hari yang lalu. Kulirik Jimin diam-diam sambil memikirkan bagaimana mengatasi kelaparan diperutku.

"Ji―ah tidak!"

Aku mengurungkan niatku untuk memanggilnya. Aku tidak mungkin meminta bantuan pada orang yang jelas-jelas sangat mengancam nyawaku. Kulirik kembali Jimin namun kali ini ia tengah menatapku. Oh sial, aku tertangkap basah.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Jimin. Aku diam, tak menjawabnya. Kupalingkan wajahku berusaha untuk menahan gengsi dari dalam diriku. Dapat kurasakan Jimin masih menatapku dalam diam, jadi kuputuskan untuk balas menatapnya lagi.

"Berikan aku darah babi!" ucapku ketus.

"Apa?"

"Berikan aku darah babi sebelum aku memakan penghuni kamar sebelah!" Aku sewot. Dan dengan bodohnya masih memasang tampang sombong padahal baru saja aku mengemis makanan padanya.

Jimin terkekeh kecil. "Baiklah. Ayo!" Lelaki itu bangkit dari duduknya dan hendak menarikku pergi sebelum aku menghindar darinya. Ia menatapku heran. "Kau pergi mendapatkannya. Aku tidak mau pergi bersamamu!" tuturku.

Kulihat Jimin menghembuskan nafasnya panjang sebelum berkata, "Ya ampun... sudah kubilang aku tidak akan memakanmu."

"Aku tidak bisa mempercayai perkataanmu!"

"Baiklah baiklah! Tunggu disini!"

Jimin bejalan pergi dengan kesal. Aku tak peduli yang penting aku harus bisa menjaga diri dari Jimin si wiivian walaupun lelaki itu terus menyangkal bahwa dia tidak akan memakanku. Aku tahu bagaimana buruknya reputasi wiivian diseluruh kalangan vampire. Tak jarang juga beberapa orang dikelompokku menjadi santapan lezat mereka. Kudengar seorang petinggi kami juga hilang saat menghadiri pertemua rahasia yang diadakan oleh wiivian dan hingga saat ini tidak pernah ditemukan. Kesimpulannya, jangan pernah mempercayai wiivian.

Setelah hampir dua puluh menit, Jimin kembali dengan membawa kantong plastik hitam. Ia meletakkan kantong plastik itu diatas meja dan berjalan kembali lagi ke tempat dimana ia membaca buku sebelumnya. Dan aku baru berani mendekati kantong plastik yang dibawa oleh Jimin setelah lelaki itu pergi.

Aku sudah membayangkan darah babi yang lezat dan begitu kental dimulutku. Kubuka kantong plastik itu dengan semangat. Berharap untuk segera menghabiskan darah babi itu saat kulihat enam butir benda bulat berwarna merah dengan tangkai diatasnya.

"Apa ini?" Kuangkat benda tersebut dan melirik pada Jimin. Ini jelas-jelas bukan darah babi beku atau semacamnya. Ini lebih bisa dibilang dengan sebutan 'buah'.

"Makananmu," jawab Jimin singkat.

"Benarkah?" Aku menatap tak percaya. "Aku tidak memakan makanan manusian, Wiivia. Ini buah dan aku tidak bisa memakannya!" protesku.

"Oh ya?" Kali ini balas Jimin yang menatapku tak percaya. "Lalu apa gunanya darah carlos-mu itu, Carlossian?"

Yeah, aku lupa bahwa aku ini setengah manusia.

"Tetap saja aku tidak bisa memakannya. Aku kelaparan dan membutuhkan darah sekarang juga!"

Benda itu kulempar begitu saja. Aku lapar dan tidak bisa menahannya lagi, jadi kulangkahkan kakiku menuju kamar sebelah untuk mengunjungi makan malamku. Dan lagi-lagi Jimin menahanku.

"Lepaskan! Biarkan aku mendapatkan sendiri makan malamku!"

Jimin masih menahanku.

"Lepaskan!" Aku mulai marah.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu? Kita bisa ketahuan, Bodoh!" Ia menarikku kembali kedalam kamar. Mendorongku kasar hingga jatuh keatas kasur dan merayap diatasku. Menahan kedua tanganku.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Apa lagi? Tentu saja menyetarakan energi." Ia menyeringai. Dan aku merasakan bahwa ini bukan hal yang bagus.

Aku berusaha berontak. "Hentikan! Aku tidak lapar! Aku tidak butuh makanan apapun!"

"Oh, maaf, Carlos..."

Kemudian membisikiku, "...sepertinya aku harus membaginya denganmu. Aku sangat bergairah saat ini..."


###



"Ada kabar dari Seulgi?"

Kai menatap Wendy dengan cemas, berharap gadis itu memberikan jawaban yang ia tunggu-tunggu. Namun jawabannya masih sama. Wendy menggeleng lemah. "Ya ampun! Bagaimana bisa si bodoh itu bisa bertemu dengan seorang pria aneh!?" rutuk Kai kesal.

"Ini salahku. Seharusnya aku tidak menerima orang asing bertamu dirumahku dan membiarkannya bertemu dengan Seulgi," sesal Wendy hampir menangis.

Kai mendesah panjang.

"Wendy..." panggil Kai. "Apa benar kau melihat Seulgi dibawa oleh orang itu? Maksudku, apa lelaki itu melakukan sesuatu padanya? Seperti memaksanya atau memukulnya?" tanya Kai bertubi-tubi. Jika hal itu benar-benar terjadi, sumpah ia tidak akan membiarkan orang tersebut tetap hidup.

Wendy tetap menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku hanya melihatnya sekilas, Seulgi yang sedikit terkejut saat lelaki itu muncul didepan rumah. Dan ketika aku hendak menghampirinya, mereka sudah tidak ada. Kukira ia akan muncul pada purnama carlossian."

Mendengar penjelasan Wendy yang tidak pernah berubah hanya membuat Kai terus kecewa. Ketidakmunculan Seulgi di malam itu membuat orang-orang berspesifik bahwa gadis itu merupakan salah satu dari carlossian. Dan ia harus membuktikan bahwa tanggapan orang-orang itu salah dengan menemukan Seulgi.

Lalu terdengar langkah terburu-buru menghampiri mereka. "Kai! Apa kau sudah dengar beritanya?!" seru Sehun.

"Berita apa?"

"Pasukan pengejar carlossian akan berangkat malam ini. Dan Seulgi menjadi salah satu tujuan mereka!"

Tinju Kai melayang pada tembok dinding dan hampir mneghancurnya dinding tersebut. "Sialan!" umpatnya. Wendy tidak terkejut namun terlihat sedang mengingat sesuatu.

"Tunggu, Kai, sepertinya aku mengingat sesuatu. Rambut hitam legam.... bibir merah kecoklatan... dan..."

""...tulip!"

"Tulip?"

"Ya, aku melihat tato dipergelangannya! Tato dua tulip!"

HoomansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang