"Lepaskan aku!" seru Seulgi. Ia meronta dengan hebat namun tidak merasakan cengkeraman Jimin ditangannya. Perlahan ia membuka matanya dan menatap Jimin.
Jimin tengah tertawa tanpa suara. Lelaki itu berguling ke samping kemudian tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.
Seulgi baru menyadari bahwa ia dipermainkan oleh lelaki itu. Membuatnya kesal setengah mati. "Dasar brengsek!" umpatnya. Ia meloncat dari kasur dengan kasar tanpa menghiraukan Jimin yang masih terus tertawa. Kali ini ia benar-benar akan memakan penghuni kamar sebelah.
"Pastikan kau tidak meninggalkan jejak apapun!" teriak Jimin. Seulgi hanya mendengus kesal. "Dasar gila!" gumamnya.
Seusai Seulgi menghilang dari balik pintu, begitu pula tawa Jimin hilang. Lelaki itu menyapu rambut hitamnya dan mendesah panjang. "Dasar bodoh. Kau tidak mungkin melakukannya. Kau akan menyakiti perasaannya suatu saat nanti," desis Jimin sambil menyunggingkan sedikit senyum untuk menghibur dirinya sendiri.
Lelaki wiivian itu bangkit dan meraih tasnya, mengeluarkan botol yang berisikan darah dan meminumnya. Kepalanya menatap lurus pada jendela dan memandang lekat bulan yang sepenuhnya membulat.
"Jika saja purnama tidak pernah terjadi..."
BRAK!
Jimin hampir saja menjatuhkan botol minumannya ketika melihat gagak hitam menabrak kaca jendela dengan keras. Bukan hanya satu, tapi lima. Hal yang tergolong aneh, tapi tidak bisa dipungkiri jika ia berpikir bahwa vampire-vampire mulai bergerak mengejar carlossian.
"Seul―"
"Jimin!"
Tepat pada saat dimana Jimin menggumamkan nama Seulgi, pintu terbuka dan Seulgi berteriak padanya. Wajah gadis itu ketakutan dan pucat pasi. "Aku tidak tahu darimana mereka datang tapi mereka berusaha menyerangku!" Seulgi panik. Tanpa banyak bertanya, Jimin sudah mengerti apa yang terjadi. Dan itu merupakan tanda bahwa ia harus kembali melanjutkan perjalanan.
"Kemasi barangmu. Kita pergi sekarang!"
Seulgi langsung menuruti perkataan Jimin. Ia memasukkan barang-barangnya yang sedikit berserakan, mengenakan jaketnya dan kemudian mengikuti langkah Jimin. Mereka berjalan dengan terburu-buru. Bahkan Jimin hanya sempat meninggalkan kunci kamar mereka di meja resepsionis tanpa bertemu dengan penjaga penginapan.
"Hei, Jimin!" Seulgi berlari menyetarakan langkahnya dengan Jimin. "Bukankah kau bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat? Mengapa kita tidak melakukannya saja?"
"Tidak bisa. Itu membutuhkan banyak energi."
"Lalu kemana kita akan pergi?"
Jimin terdiam. Seulgi benar. Ia tidak tahu akan membawa gadis ini kemana.
"Kemana saja. Misiku adalah melindungimu, bukan membawamu ke suatu tempat."
"Lalu kau ingin aku menghabiskan waktu sebagai seorang pengembara?" protes Seulgi. Gadis terdengar tidak senang dengan fakta yang baru saja Jimin sampaikan. "Bawa aku ke kelompokmu."
Jimin tertawa kecil mendengar perkataan Seulgi. "Kau gila. Mana mungkin aku membawamu kesana jika kau saja masih takut dengan kehadiranku? Lagipula aku tidak tahu dimana mereka berada saat ini. Kami kelompok yang berpindah tempat, bukan penetap seperti kelompokmu," jelasnya.
Gadis itu terlihat kecewa. "Kau benar. Kalian wiivian," sambung Seulgi. "Memangnya apa yang salah dengan seorang carlossian?" Seulgi menggumam sedih. Jimin dapat melihat kekecewaan dari ucapan Seulgi. Ya, sudah seharusnya gadis itu kecewa karena terlahir sebagai seorang carlossian. Setidaknya ia harus menyalahkan takdir yang mengutuknya memiliki darah carlos.
"Kalian terkutuk. Vampire tidak akan pernah bisa bersatu dengan manusia," ucap Jimin sambil berjalan mendahului Seulgi memasuki hutan. Seulgi tak bergeming, namun mengeluarkan sebuah pertanyaan kecil.
"Lalu mengapa kau memilih melindungiku? Aku ini dikutuk."
Jimin diam, terus berjalan tanpa berkata apapun. Membuat Seulgi menghentikan langkahnya demi melayangkan protes kepada lelaki itu. Jimin ikut berhenti. "Kau tidak ingin mendengar alasannya," jawab Jimin dingin, lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Seulgi merasa bahwa Jimin menyembunyikan sebuah rahasia padanya. "Hey, Jimin!" seru Seulgi. Jimin tidak mengubris, membuat gadis itu terpaksa berlari mengejarnya dan membuatnya untuk berhenti. "Apa yang kau lakukan? Kita harus secepatnya pergi dari kota ini sebelum mereka menemukan kita," ucap Jimin tak senang.
Lelaki itu berusaha menyingkirkan Seulgi dari hadapannya namun gadis itu lebih cepat lagi. "Hentik―"
"Aku ini bukan carlossian, kan?"
Melihat reaksi Jimin yang terkejut seusai mendengar ucapannya membuat Seulgi menjadi yakin dengan apa yang ia ucapkan. Ia merasa dibodohi selama ini. "Pada pertemuan awal kita, kau menghisap darahku dan kau tidak mati karena aku adalah carlossian. Namun sebenarnya kau tidak akan mati karena kau adalah wiivian. Semua perkataanku benar, kan?"
Jimin terdiam sebentar, menatap Seulgi datar, lalu berkata,
"Kau gila! Sebaiknya kita cepat-cepat pergi dari sini!" titahnya. Seulgi langsung merenggut kecewa sambil menyamakan langkahnya dengan Jimin. "Jadi aku benar-benar carlossian, ya? Menyebalkan!" gerutunya.
Jimin tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Seulgi yang tidak bersemangat. Ada banyak hal yang harus ia katakan pada gadis itu. Hanya saja disetiap perkataannya mengandung resiko yang Jimin tidak ingin alami. Membuatnya untuk tidak mengatakan apapun. Jimin sekali lagi melirik Seulgi yang berjalan diam didalam kegelapan hutan.
Ia hendak menyingkirkan daun yang tersangkut dirambut Seulgi, namun sebuah anak panah melesat cepat dan hampir mengenai tangannya. Buru-buru ia mendekap Seulgi dan melindungi gadis itu.
"Apa yang―"
Seulgi menatap ngeri.
Jimin membuka kedua matanya. Iris yang sebelumnya berwarna gelap kini berubah menjadi merah. Seulgi seharusnya terbiasa melihat vampire bermata merah, namun kali ini berbeda. Mata yang ditunjukkan oleh lelaki itu sama dengan mata yang pernah menatapnya lima belas tahun lalu.
Seulgi perlahan mundur dan menjauh dari Jimin yang menatapnya dengan mata mengerikan,
"Si-siapa kau sebenarnya?"
Mata berpupil dua tulip.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hoomans
أدب الهواةKehidupan dunia yang berbeda membuat sebagian tidak mempercayainya. Bukan salah mereka tidak mempercayai vampire, bukan salah mereka juga jika mereka mati karena vampire. Jika kalian selalu mendapatkan kisah antara vampire dan manusia, maka ini kisa...