03

2.4K 480 4
                                    

Okay, I was so numb.

Aku terduduk kaku disamping gadis yang mengalihkan pandangannya keluar jendela. Pikiranku masih berputar di stasiun tadi. Dengan gampangnya, dengan mudahnya gadis itu mencium bibirnya. No, it wasn't a kiss. More than a kiss. Sepanjang sejarah hidup, aku, Jimin, tidak pernah melakukan kontak langsung dengan seorang wanita. Siapa yang berani melakukan hal tersebut pada wiivians?

"Seulgi..."

Gadis itu mengalihkan wajahnya sesaat setelah aku memanggil namanya. "Hm?"

"Apa maksud dari ciuman tadi?"

Ia memandangku dengan tatapan malas. "Kau baru menanyakannya setelah lebih dari satu jam?" cibirnya. Aku sedikit tertampar, tapi kukedikkan bahuku. "Yah... aku berusaha untuk tidak peduli, tapi itu mengangguku." I lied. Aku benar-benar memikirkan hal itu sejak memasuki kereta.

Seulgi menyandarkan tubuhnya demi menyetarakan posisi kami. Ia berdehem sebentar. "Kami, kelompok timur, memiliki beberapa kebiasaan yang tidak dimiliki oleh kelompok vampire lainnya. Kami bisa membaca pikiran manusia tanpa melakukan kontak fisik, salah satunya. Dan tentang ciuman itu, itu juga salah satu kebiasaan kami...."

Gadis itu tersenyum. "Kami berciuman untuk menyetarakan energi. Yah, mungkin menyebutnya sebagai berciuman terdengar sedikit kasar. Yang jelas, kami saling bertukar energi. Dan karena energiku tidak bisa ditahan ketika berada diantara manusia, maka aku harus menyetarakan energi denganmu yang sama sekali tidak terganggu diantara kerumuman manusia. Singkatnya, energimu lebih kuat dari energiku sehingga dapat menekan nafsu vampireku, mengerti?" jelasnya dengan panjang lebar. Walaupun sebenarnya aku bisa mengerti dari kalimat awal yang ia ucapkan.

"Oh ya, dan satu lagi..." Lihatlah dia kembali berbicara. "Sebaiknya kau jangan menganggap ini sebagai hal yang serius, oke?"

"Memangnya kenapa?"

"Karena mungkin aku akan sering melakukannya padamu. Kau tahu aku tidak terbiasa berada diantara manusia, kan?"

Oh well, tentu saja. Dia pikir dia bisa melakukan dengan seenaknya. Tidak! Ini wilayahku. Aku yang memegang kendali. Kupandang sekali lagi gadis itu, namun kali ini sedikit berbeda. "Kau mungkin lupa jika aku bukan dari kelompok timur, jadi aku tidak bisa menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa."

"Mencobalah untuk terbiasa." Ia menepuk pundakku sekilas sebelum kembali ke memandangi pemandangan dari luar kereta.

Aku tertegun.


###



Aku menarik tangan Seulgi memecah kerumunan manusia. Seulgi terlihat sangat kelaparan, apalagi darah-darah manusia yang terasa begitu kental. "Ya Tuhan, Jimin!" Seulgi buru-buru mengapit lenganku dan menyembunyikan wajahnya padaku saat kami melewati seorang anak dengan luka di lututnya yang mengeluarkan darah segar.

"Hei, kau masih bisa menahannya?" tanyaku khawatir. Seulgi mengangguk pelan. Aku manggut-manggut dan kembali melanjutkan langkahku. Aku membawanya ke sebuah penginapan yang terletak dipinggir kota Launceston untuk menghindari manusia-manusia yang terlalu banyak. Walaupun sebenarnya aku tidak masalah dengan hal tersebut.

"Bisa aku memesan sebuah kamar?" ucapku pada penunggu penginapan. Wanita tua dengan rambut yang hampir memutih menatap kami penuh curiga, apalagi saat aku menarik Seulgi mendekat.

"Penginapan ini memiliki dinding yang tipis. Kuharap kalian tidak mengganggu penghuni lainnya," kata wanita tua itu jutek sambil menyerahkan kunci kamar kepadaku. Aku hanya menyunggingkan senyum kecil dan menyerahkan uangku padanya.

"Aku berjanji tidak akan menganggu penghuni lainnya," jawabku sesaat sebelum Seulgi menyikut pinggangku. Ia menatapku kesal sambil menaiki tangga mendahuluiku. Gadis itu menungguku didepan pintu kamar kami. "Apa?" Aku berpura-pura tidak mengerti permasalahan yang ia maksud.

Masih dengan tatapannya yang tajam, ia mengikuti masuk kedalam kamar sambil berkacak pinggang. "Dengar, Jimin, jangan pernah berharap atau berpikir mengenai hal itu. Aku tidak tertarik dengan vampire kelompok luar!"

"Oh, ya?" Tanpa sadar senyumku mengembang. "Lalu mengapa kau menciumku?"

"Sudah kubilang itu salah satu kebiasaan dikelompok kami!"

"Aku bukan berasal dari kelompokmu."

Seulgi terdiam. "Benar juga. Lalu kau berasal dari kelompok mana? Aku tidak pernah melihatmu ketika mengunjungi kelompok selatan." Gadis itu menatapku aneh.

Kali ini aku menatapnya serius. "Kau benar-benar ingin tahu darimana aku berasal, Carlos?"

Seulgi mengangguk dan mendudukkan tubuhnya disampingku.

"Wiivians."

Hening.

"Oh tidak!" Seulgi melompat menjauh setelah aku menyebutkan kata tersebut. Wajahnya berubah pucat. Tak berbeda dengan langkahnya yang terus menjauh dariku. Ia menatapku tak percaya. "Jangan mendekat padaku!" serunya.

Aku bisa menduga reaksinya yang akan seperti ini, jadi aku menanggapinya dengan santai. "Kau terlihat sangat ketakutan," sindirku.

"Tentu saja aku takut! Kau wiivians! Kau bisa menghisap darahku kapan saja!" Seulgi gelisah. "Aku harus pergi dari sini!"

"Tenang saja. Jika aku mau aku sudah menghisap darahmu sejak awal."

Gadis berambut oranye itu tetap saja resah. "Tetap saja kau itu wiivians! Keturunan paling dihindari oleh seluruh kelompok vampire! Pantas kau tidak merasa gelisah berada dikerumunan manusia!"

"Ya, kami hanya mengonsumsi darah sesame vampire," balasku santai namun membuat gadis itu kembali membulatkan matanya.

"Ini gila! Aku harus pergi dari sini!"

Kuraih tangan Seulgi sebelum gadis itu berhasil kabur. "Maaf, tapi kau tidak bisa pergi begitu saja. Kau terikat denganku. Kita sudah berciuman..."

HoomansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang