Dia Terlalu

25 3 0
                                    


"Myra kamu anterin aku ambil buku nya kak Syarief ke kelasnya yukk." Ucap Faira sambil menarik tangan Myra.

"Tapi kenapa harus aku sih Faira?." Balasku mendongkol.

"Kan kamu deket sama Kak Syarief, jadi dia pasti nggak canggung sama kamu." Ucap Faira kembali sambil menaikan alisnya.

"Ya ampun, Faira itu kan dulu lagian kita kan sekarang buktinya jadi temenan kan." Balasku memutar balikkan fakta.

"Yakin?? Kalau yang itu gimana?" Ucap Faira sambil tersenyum sendiri tidak jelas.

"Udak ayok! Mau mau dianterin nggak nih?" Ajak Myra sambil menarik tangan Faira yang terus bertingkah tidak jelas.

Sampai di dekat ruang guru kenapa rasaku tiba tiba berubah. Tadi sejak dari kelas sepertinya biasa saja. Tapi apa negatif thinking mulai bereaksi sepertinya. Tapi entah mengapa apa sifat over dan alay ku sewaktu dulu akan muncul lagi.

Saat aku melihat sekitar ruang guru, suasana di sana sedikit sepi. Mungkin sebagian guru atau anak kelas XII sedang menunaikan Sholat Dzuhur. Di sana hanya aku dan Faira yang terus kebingungan. Entah harus menunggu Mas Syarief seusai sholat atau harus menuju ke kelasnya. Sebenarnya rasa rasa ku aku sedikit malu karena harus berdiri di dekat kelas XII. Namun perasaan yang saat ini aku alami bukan itu. Entah apa yang kurasakan aku tidak bisa menjelaskannya.

"Ehh...  Mas..Mas Syarief." Teriak Myra ketika Mas Syarief berjalan mendekat. Mas Syarief sepertinya berjalan bersama temannya.

"May... Mayy.." Faira tiba tiba menarik lengan baju panjangya dengan cepat.

"Apaan sih Faira? Kamu nihh aneh deh aku kan nggak salah apa apa ngapain kamu narik-narik aku?" Balas ku memberi sedikit lirikan mata sinis kepada Faira.

"Lohh.... Siapa itu yang jalan sama mas Syarief?" Menatap dengan kagetnya sambil menujuk kaku ke arah seseorang yang bersamanya.

"Siapa sih..." Balasku sambil melongo melihat siapa yang bersama Mas Syarief. Dan ternyata yaang bersama Mas Syarief adalah... ?. Iya dia adalah Ammar. Mungkin aku yang sangat pangling atau bagaimana tetapi dia terlihat berbeda sekali."Ah memangnya apa yang aku lihat selama ini, rasa rasanya sama saja kok." Bisikan ku yang hanya bisa aku ucapkan dari dalam hatiku dan hanya tetap memendam semua ini.

"Kenapa?" Sapa Ammar sambil menatapku dengan tatapan yang sangat perhatian dan sangat penasaran.

"Astahfirullah." Mendadak aku menghindar dari tatapan yang sangat dalam itu. Dan seketika Mas Syarief dan Faira menatap ku dan Ammar dengan tatapan yang aneh.

"Ada apa sih May." Dan Ammar masih penasaran dengan tujuan Myra berada di dekat ruang guru dan kebetulan dekat dengan kelasnya itu.

"Hmm, maaf ya Ammar tapi aku tadi nggak manggil kamu, tapi aku manggil Mas Syarief." Balasku dengan senyum khas kekanak kanakan yang masih kumiliki sampai saat ini.

"Ohh.." Balas Ammar kepadaku sambil pergi meninggalkan ku, Faira dan Mas Syarief.

"Ammar kamuu.." Belum sempat Myra meneruskan pembicaraan Ammar sudah berjalan jauh meninggalkan mereka.

"Hayoo Myra." Faira kembali meledek Myra dengan nada senyuman yang terus terusan.

"Kalian ini malah ngapain sih? Jadi pinjam buku nggak?" Mas Syarief menawari dengan senyuman jantan dan tampan itu.

"Ohh jadi kak." Myra kembali berjalan ke arah kelas Mas Syarief.
"May, gimana tadi perasaan kamu tuh?" Bisik Faira yang kembali menggelikan Myra.

"Ihh apaan sih?" Lawanku memutar balikan fakta Faira.
"Hayoo.??"

"Eh Mas, kamu deket sama Ammar ya?" Aku sangat penasaran akan hal ini, karena sudah lama aku ingin bertanya akan hal ini. Sayangnya aku masih malu malu dan takut sama Mas Syarief.

Mawar PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang