Love In Japan.

129 15 0
                                    

BAB6

'Dan maaf kali ini aku yang menyakiti mu.' -Gavin

                       。。。。。

Lagi lagi air mata. Lagi lagi rasa sesak. Gavin tidak ingin ada dalam situasi ini, ia hanya menginginkan ketenangan jiwa untuk sementara. Ia tidak bermaksud untuk membuat Anin menangis, sama sekali tidak.

Gavin memeluk Anin secara tiba tiba, "Maaf," Ujar nya. Anin yang masih diam, kaos hitam yang Gavin kenakan sedikit basah di bagian dada.

Gavin meletakkan ujung dagunya di puncak kepala Anin. "Aku nggak bermaksud ngebentak kamu, Nin." Tunggu dulu, Gavin mengubah kosa katanya menjadi Aku - Kamu? Anin mengadah, menatap Gavin yang masih memeluknya.

"Aku - Kamu, Vin?" Tanya Anin.

Gavin mempererah pelukannya, sengaja untuk menutupi wajahnya yang gugup. "Nggak usah nangis, udah jelek tambah jelek," Kata Gavin.

Anin cemberut, ia melepaskan pelukan Gavin dengan sengaja. "Ihhhh, awas. Nyebelin kamu ya.."

Gavin terkekeh, Anin terlalu lucu saat merasa kesal seperti tadi. "Kamu lucu kalo marah, Nin.." Anin menengok dengan wajah cemberut, dan membuang pandangannya kembali tetapi dengan senyuman merekah di wajah.

'Kok aku ngerasa nyaman ya sama Gavin?' Batin Anin. Kemudian ia menggelengkan kepala dan mengambil handphonenya yang berdering.

'Hallo, Mah ada apa?' Anin tersenyum karena menerima telepon dari sang mamah.

'Nin, papah kamu masuk rumah sakit.' Nada khawatir itu membuat hati Anin seperti ditusuk jarum jahit.

'Papah dirumah sakit? Kenapa lagi sih mah?' Tanya Anin, dengan air mata yang menerobos keluar dari pelupuk mata.

'Papah kena serangan jantung ringan lagi nak. Keadaannya gak stabil, mamah takut papah kenapa napa.'

'Kamu bisakan pulang besok?' Tanya Mamah dari Anin.

'Yaampun, papah...
Iya mah,aku pasti pulang kok. Mamah tenang aja, sekarang mamah jagain papah. Biar aku cari tiket, ya?!' Anya menutup teleponnya setelah sang mamah meng-iyakan.

Gavin yang memperhatikan, kemudian ia  bertanya, "Kenapa Nin?"

"Papah aku masuk rumah sakit. Aku harus nyari tiket buat pulang nih Vin," Kata Anin..

"Kamu mau pulang?" Tanya Gavin lagi. Anin hanya mengiyakan saja.

"Kok mendadak gini sih Nin?" Tanyanya lagi.

Anin menoleh, "Papah di opname, Vin."

"Kok bisa? Parah ga? Kenapa?"

"Kena serangan jantung, Vin. Aku khawatir, aku takut papah kenapa napa Vin.." Anin menatap netra Gavin.

Tanpa aba aba, Gavin memeluk Anin, lagi. Dengan dekapan lebih hangat, memberi tau kalau dia tidak sendirian di dunia ini.

Memberi tau bahwa setiap manusia memiliki masalah masing masing.

Memberi tau bahwa, tuhan tidak akan memberikan ujian tanpa jawaban.

"Kamu ga usah nangis, kamu yang tenang. Nanti aku bantu kamu buat cari tiket ya?"

Anin menghapus air matanya. "Ayo Vin anter aku ke bandara, sekarang," Kata Anin.

"Tapi ini udah malem nin, gabisa besok aja?"

"Ga bisa Vin.. Ayo sekarang." Anin menarik tangan Gavin. Menyeretnya menuju pintu, agar ia bisa pulang ke Indonesia malam ini juga.

"Vin ayok temenin aku ke bandara sekarang!" Dengan tergesa gesa Anin mengenakan sepatu sambil berdiri.

Gavin mencekal pergelangan tangan Anin. "Nin.. Nin!!! Dengerin aku!!! Kita ga usah buru buru, sekarang kamu tenangin diri kamu. Aku ga mau kamu malah sakit karena hal ini." Gavin menatap Anin dengan penuh kehangatan.

Anin perlahan mulai luluh, "Aku takut Vin.. Aku takut papah kenapa napa," Ucapnya dengan suara parau. Air mata pun sudah tidak dapat tertahan lagi, menetes dengan deras.

"Kamu ga usah nangis. Air mata ga bakal nyelesain masalah, Nin. Percaya sama aku, papah kamu kuat untuk anaknya. Ya?" Anin mengangguk, menuruti apa yang Gavin katakan.

Gavin tersenyum simpul. "Sekarang mending kamu tidur, ini udah larut banget." Gavin menuntun Anin menuju kamarnya.

Sudah satu jam ia berada di dalam kamar dengan lampu redup dan hati gundah. Anin menatap buku catatanya di meja samping tempat tidurnya.

Ia goreskan tinta hitam, mengikuti kata hatinya.

20 februari, 2020. Jepang.

Hai catatan, aku kembali mengotori kertas putih mu dengan tinta hitam. Maaf ya? Hanya kamu yang bisa ku percaya pada saat ini.
Aku khawatir, buku. Bukan dengan Rizky ataupun Gavin. Ini tentang papah.

Sosok pria paruh baya yang ku sebut sebagai pelindung, yang selalu memberikan semangat untuk ku.

Papah kali ini sedang sakit. Bukan sakit panas, atau pun sakit hati. Sakit yang ini berbeda, jantung. Organ yang tuhan tugaskan untuk memompa darah bagi tubuh menuju jantung, organ fatal ituuu...

Organ fatal yang jika berhenti, maka kehidupan mu juga akan ikut berhenti. Aku takut, jika jantung milik papah akan berhenti berdetak sebelum aku membahagiakannya.

Aku takut, jantung itu berhenti sebelum aku pulang. Pah... Yang kuat untuk anak mu ini, aku disini selalu memberikan doa untuk mu.
-Anin

Berhenti di akhir tulisan dengan ke gelisahan.

-bersambung-

S U M P A H  B U N T U
B A N G E T  HE HE HE. Maaf banget ngaret dan gatau diri:3 tapi lagi sibuk bgttt, lagi beradaptasi sama lingkungan baruu. Insyaallah, diusahkan di next. Tapi kalo peminatnya dikit aku gantung aja dehh, ato ga stop😅 gimana setuju gaa?😅😅

Love In JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang