LOVE IN JAPAN.
[bab2]
'Dan kini aku terjebak, bersama orang asing yang mencoba menjadi bagian dari kisah ku selama di Jepang.' -Aninda Zahira
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Waktu Jepang dan Indonesia berselisih sekitar 2 jam, di Indonesia saat ini mungkin masih jam 3 pagi dan sekarang di Jepang jam 5 pagi. Mata ku masih merekat dengan kuat, bangun sepagi ini di negara orang terasa berbeda dengan di negara sendiri. Tidak seperti di Indonesia, subuh hari seperti ini suara adzan sedang saling saut menyaut dari mushola hingga masjid masjid besar di Jakarta dan seluruh Indonesia.
"Sholat subuh pertama di Jepang," Ujar ku. Memiliki rasa tersendiri saat bisa menunaikan ibadah di negara orang, tubuh ku mengeliat terlebih dahulu baru beranjak dari ranjang empuk di apartemen milik Gavin. Seorang pelajar seperti dia dibilang hidup dengan hal yang lebih dari cukup, apartemen mewah seperti ini pasti tidak disediakan pihak sekolah bukan? Aku berjalan menuju kamar mandi yang tersedia di dalam kamar, "Ngga ada gayung apa ya?" ini bagaiman? tidak ada gayung disini, keran juga sudah langsung terhubung dengan shower, masa iya aku mengambil wudhu disitu, ada wastafel sih tapi bagaimana saat ingin membasuh kaki? Ah apa di Jepang tidak ada tukang prabotan apa?.
Aku kembali keluar dan menghampiri Gavin yang tertidur di sofa dengan meringkuk kedinginan. Sepertinya AC diruangan ini terlalu redah suhunya, aku mengambil remot AC yang tergeletak di atas meja, membuat suhu diruangan agar tidak terlalu dingin. "Gav, Gavin." Aku jongkok dihadapan Gavin yang masih tertidur dengan pulas, menepuk nepuk pipinya dengan pelan. "Gavinnnnn." Gavin mengeliat mengubah posisi memunggungi ku, "Ihhh, gavin bangun ihhhhh." Setelah menanti lama akhirnya Gavin terbangun.
"Apasih," Ucapnya dengan suara parau dan mata masih tertutup. "Di kamar mandi ngga ada gayung apa?" Tanya ku, Gavin malah terkekeh. "Ngga ada lah, ini Jepang bukan condet," Kata Gavin. "Ih apaan sih, beneran. Aku mau ngambil wudhu nih, mau shalat subuh," Ujar ku, Gavin terduduk dengan keadaan setengah sadar. "Wudhu? Lo mau shalat ya?" tanya Gavin, aku hanya mengangguk saja. "Udah lama gua ngga shalat," Gavin bergumam dengan pelan, namun masih dapat terdengar.
Cukup terdiam hingga lima menit, akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dan menarik tangan Gavin, "Kita shalat bareng yuk Vin," Ajak ku, Gavin hanya menurut saja saat aku menariknya menuju kamar mandi. "Kita wudhu pake sower gitu?" Tanya ku pada Gavin, dia hanya mengiyakan dengan anggukan kepala saja. Secara bergantian aku dan Gavin mengambil air wudhu, aku terlebih dahulu, setelah selesai ku langsung keluar bermaksud untuk mengambil mukena dan sajadah yang ku bawa dari Indonesia ke Jepang.
Kami berdua telah selesai menunaikan shalat subuh dengan Gavin yang menjadi imam, walaupun berjamaah tapi kami shalat secara masing masing. Gavin masih memanjatkan doa doanya kepada Allah, tidak tau apa yang dia ucapkan. Aku keluar dari ruangan ini, bermaksud hendak kedapur untuk memasak. Perut ku lumayan lapar, karena kemarin hanya memakan ramen yang dirasa kurang untuk porsi ku, hehe.
Bahkan setelah sampai di dapur aku masih bingung ingin melakukan apa, ku coba untuk melihat isi kulkas dan ternyata hanya berisi mie, nugget, telur, minuman bersoda, susu dan air putih. Ternyata seperti ini kulkas milik seorang bujangan, sepi sekali. "Vin.. ada beras ngga? Aku mau masak nasi nih," Teriak ku kencang.
****
Gavin POV."Vin.. ada beras ngga? Aku mau masak nasi nih." Aku mendengar Anin berteriak menanyakan beras pada ku. Aku berjalan mendekatinya yang sedang mengambil susu dingin dari dalam lemari es, "Makan roti aja sih ini masih subuh, nanti nanti aja kalau udah siangan," Ucap ku. Dia membalikan badanya dan memberikan segelas susu putih pada ku, "Nih minum dulu," Ujar Anin. Aku menerimanya dan langsung meneguk setengah dari gelas itu, dia mengambil kemasan nugget dan pengorengan, setelah itu menuangkan minyak panas, Anin berbalik badan dan menatap ku lagi, "Vin tolong nyalain, hehe aku ngga bisa." Anin tersenyum lebar kearah ku, aku akui senyumannya cukup manis untuk gadis lugu sepertinya. "Udah, apa lagi?" Tanya ku, dia hanya menggeleng tapi tak lama kembali berucap, "Oh iya, kalau minum itu duduk nanti keselek." Hhh, aku langsung menurutinya untuk duduk dia kembali terfokus dengan pengorengan dan nuggetnya.
Rasanya seperti mempunyai ibu lagi, haha sudah dua tahun ini aku jarang bertemu dengan ibu ku dan sekarang ada Anin yang sikapnya bawel sama seperti ibu. "Nin terus lo goreng nugget mau dimakan sama apaan?" Anin diam sejenak, "Cemilin, ngga papa kan? Nanti aku bayar deh," Katanya, aku terkekeh nugget itu sudah kubeli dari seminggu yang lalu belum aku makan sama sekali. "Makan aja abisin, ngga usah bayar. Itu nugget gue beli dari seminggu lalu, haha." Anin mendelik menatap ku, spatula yang sedang digengamnya diangkat dan menunjuk nunjuk ku dengan benda berlumuran minyak panas itu, "Ihhh, ngapain dibeli kalau ngga dimakan. Cowo emang boros ya!!!" Kata Anin, masih sama dengan spatula sebagai alat demonya. "Woy woy, ini singkirin dulu, ngeri kalo kena." Aku menurunkannya dengan megenggam tangan Anin. "Eh iya lupa," Ujarnya.
Tepat jam enam pagi aku masih didepan tv dengan trening hitam dan kaos oblong putih. Dari sini aku dapat memantu kegiatan yang gadis baru ku kenal itu lakukan. Anin terlihat sibuk dengan nugget, sosis goreng berserta roti, "Vin sini sarapan dulu," Ujar Anin. Aku berjalan menghampirinya, duduk dikursi tepat samping Anin. "Kamu suka selai apa?" Tanyanya, nampaknya dia sudah merasa nyaman dengan apartemen ku, lima toples selai dia keluarkan dari dalam kulkas. "Coklat sama nuttela, tolong ya," Ujar ku, Anin mengambil roti tawar dan mengoleskan selai yang ku mau. "Ini." Aku langsung melahap roti yang Anin diberikan.
"Vin, kamu ngga ngampus?" Aku mengalihkan pandangan pada Anin, "Kenapa?" Tanya ku, "Kalau kamu mau ke kampus, aku ikut. Siapa tau nanti ketemu Rizky disana," Kata Anin. Aku mengambil segelas susu ditangannya, "Hari ini gua ngga ngampus, mau ke Harajuku," Kata ku, Anin nampak antusias mendengarnya. "Serius? Aku ikut ya?!" Benar saja dia langsung menarik narik lengan ku, membuat gelas yang ku genggam tidak stabil. "Ck, pelan pelan. Iya lo boleh ikut." Anin tersenyum, "Yes! Yaudah kalau gitu aku siap siap dulu." Anin langsung pergi, menjauh dari meja makan. "Eh mau kemana lo? Ke Harajukunya nanti! Jam sepuluhhhhhhhh!!"
Author pov.
Tepat jam sepuluh Anin sudah siap dengan pakaiannya, sweater pink dan celana leging hitam, sementara Gavin dengan kaos pink yang tertutup jaket hitam berserta jeans hitamnya. Entah mengapa keduanya terlihat serasi, bersama pakaian pink - hitam yang keduanya kenakan. "Kok lo pake pink sih?" Tanya Gavin. Anin memperhatikan penampilannya kemudian beralih pada pakaian yang Gavin kenakan, sama. "Eh kok samaan gini sih? Ah udah ah ayok kita ke Harajuku." Anin menarik tangan Gavin keluar dari Apartemen, Gavin hanya menurut saja.
Setibanya di Harajuku Anin langsung berjalan kedepan mendahului Gavin yang tertinggal di belakangnya, "Eh, tunggu. Kalo lo nyasar gua yang ribet," Ucap Gavin. Dia berlari pelan menyusul langkah gadis periang ini, setelah berada di posisi yang sama Gavin langsung menarik tangan Anin agar mendekat. "Lo jangan ngedahuluin gua, lo harus disamping gua!" Ucap Gavin. Anin tersentak akibat tarikan dari tangan Gavin, tubuhnya langsung mendekat tepat disamping Gavin, "Pelan pelan dong Vin," Ujarnya. Gavin hanya diam tanpa menanggapi perkataan Anin. "Eh kita ke toko baju itu yu?! Lucu banget vinnnn."Tanpa persetujuan Anin menarik tangan Gavin. Mengajaknya berbelanja apa saja yang dia inginkan, mulai dari baju, sepatu, tas, aksesoris hingga makanan.
-bersambung-
ayo vcomentarnya ditunggu loh, kasih bintang juga yaaaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Japan
FanfictionJepang? Negara dengan image 'Sakura'-nya itu loh, tujuan gadis lugu ini tanpa sengaja. Hanya karena ingin menemui kekasihnya yang sekolah di sana. Sampai di Bandara pun gadis ini masih bingung, ling lung. Untung dia bertemu dengan pria baik yang sia...