Love In Japan

61 17 2
                                    

'Jika sebuah kepercayaan bisa kamu patahkan maka jangan salahkan aku bila raga dan rasa ini pergi menuju tempat pulang yang baru."

***

Rizky hendak melawan, ia sudah memegang kerah baju Gavin. Namun, "stopppp!!! Kalian apa-apaan sih? Pake ribut segala, ini tuh rumah sakit bukan arena tinju. Please jangan kaya anak kecil!!!!" Anin menghentikan perkelahian mereka.

Perkelahian mereka terhenti, Rizky menyeka hidungnya yang mengeluarkan darah. Sementara Gavin, hanya mendapat memar di sudut mulutnya.

"Sekarang aku tanya, siapa yang mulai ini semua?" Anin patah-patah menatap Rizky dan Gavin secara bergantian. Sementara itu, Gavin hanya menatap tajam ke arah Rizky dan sebaliknya yang di tatap hanya menunduk sinis.

Anin memutar bola matanya, menatap ke arah Rizky sambil memijat pelipis, "Rizky, kamu apa-apaan sih? Apa Alesan kamu nonjok Gavin gitu aja?"

"Dia udah rebut kamu dari aku Nin," ujar Rizky menatap netra Anin dengan lembut.

Anin menghela nafas heran, "ngerebut aku dari kamu?" Sekali lagi ia memastikan bahwa ia tidak salah mendengar.

"Apa aku gak salah denger? Kamu tau Ki, disini gaada siapa yang ngerebut hati siapa," Anin menatap netra coklat Rizky, memberi jeda sejenak. "Tapi kamu, yang udah buat hati aku mati dan pergi. Jadi aku mohon jangan salah ini siapa pun dalam masalah ini, karena ini salah aku. Aku yang bodoh bisa percaya sama kamu, dan ngasih seluruh hati aku buat kamu, dan kamu patahin gitu aja."

Anin menunduk dalam-dalam, air matanya menetes. Tapi bibirnya tetap tersenyum, "aku mohon kamu jangan jadi pengecut yang bisanya main pake otot. Hubungan kita udah selesai."

Rizky menggenggam tangan Anin, erat sekali. "Aku mohon kasih aku kesempatan buat aku tunjukkin kalau aku masih sayang kamu seperti yang lalu."

Netra keduanya bertemu, kemudian Anin berpaling memutus sepihak mata Rizky yang mencoba menerobos pertahanannya. Gavin? Dia hanya diam mendengarkan percakapan kedua manusia yang romantis masih memiliki rasa yang sama.

Sepertinya rasa keduanya masih sama, hanya Anin sedang mencoba menolak apa yang hatinya suarakan. Rizky, lelaki ini dengan segala alasannya mencoba untuk kembali merengkuh apa yang sudah ia coba hilangkan.

Anin memasuki ruangan inap papahnya diikuti dengan Rizky di belakangnya. Masih dengan suasana sendu yang menyelimuti, masih dengan suasana canggung yang melingkupi keduanya.

Gavin memutuskan untuk pergi menghindar dari percakapan yang mungkin menyakitkan hati dan pikiran.  Ia mengambil ponselnya di kursi tunggu rumah sakit, kemudian pergi menuju tempat sepi disisi lain rumah sakit.

***
'Adakah yang lebih menyakitkan saat melihat orang yang kita sayangi terluka? Dan kita sadar kita bukanlah orang yang dapat menyembuhkannya segera.' -C.H.A
***

'Anin POV'

Kalut memang rasanya, disaat hati yang sudah ku tata di hancurkan tanpa sisa kemudian dia mencoba merangkainya kembali tanpa pernah merasa apa yang sudah ia lakukan itu sangat meluka.

Aku kembali masuk kedalam ruangan rawat papah, mencium pipi papah dan mamah kemudian mengambil tas jinjingku. "Pah, mah, Anin pulang dulu ya gak enak udah di tungguin temen."

Setelah mereka mengiyakan aku langsung berbalik, melewati Rizky yang mengikuti langkahku. Aku berusaha berjalan secepat yang ku bisa, mencari Gavin kemudian pulang kerumah bersama.

Lelaki itu, masih saja dia mengikuti ku. Aku memberhentikan langkahku, "bisa kamu gak usah ikutin aku?" Aku berucap tanpa menoleh ke arahnya.

"Nin kasih aku kesempatan, aku.."

"Hati aku udah mati, aku rasa kamu paham apa maksudnya." Aku memotong ucapannya kemudia berjalan cepat langsung menuju lobi rumahsakit mencari Gavin.

-tbc

Pesan singkat untuk readers,

Hai, maaf banget banget banget ya aku tau ini udh basi banget, udh lama banget gak aku next. Aku minta maaf sama kalian yang masih mau baca, aku juga berterimakasih banget, insyaallah aku bakalan lanjutin cerita ini sampai tamat. Terimakasih buat readers dan drakreadersnya juga, makasi juga buat yang berkenaan buat vote, apalagi ninggalin komentar🖤🖤 lovyou gaessss🖤🖤

Love In JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang