Love in Japan

116 12 0
                                    

"Dengan dia hidup lebih berwarna, lebih terang, lebih jelas, dan pada intinya aku begitu sayang padanya."

***

Besoknya ia bersama Gavin pergi menuju bandar dengan tiket yang sudah Gavin pesan secara online.Dengan berjalan secara buru buru dan sambil membawa koper, Gavin mengandeng tangan Anya dengan erat.

"Mau aku gendong?" Tawar Gavin kepada Anin.

Anin memasang wajah cemberut. "Enggak mau, emangnya aku anak kecil apa?! Aku bisa jalan sendiriiii.." Anin melepaskan genggaman tangan Gavin dan berjalan mendahului.

"Lo itu anak kecil yang terperangkap di dalam tubuh orang dewasa," Kata Gavin sedikit berteriak.

Anin mengembungkan pipinya. "Kalo gitu kamu gak usah ikut aku ke Jakarta." Gadis berusia 19 tahun ini mempercepat langkahnya.

Gavin hanya terkekeh. "Lo unik, lo beda, makannya gue suka," Gumam Gavin dengan suara pelan dan senyum yang tertahan.

***

Gavin dan Anin kini sudah berada di dalam pesawat. "Vin, kita tukeran nomer tempat duduk ya? Aku mau dideket jendela," Kata Anin sambil menahan tangan Gavin.

"Ini itu pesawat bukan Bis. Bawel banget sih. Duduk aja sesuai nomer tiket." Gavin justru menyuruh Anin untuk duduk sesuai dengan tiketnya.

"Galak banget sih."

Anya dengan kesal menjatuhkan pantatnya di kursi pesawat dengan kasar. Gavin tidak menghiraukannya, ia justru mendengarkan kan musik lewat earphonenya.

'Bruk'

Tepat di sebelah kiri Anin ada seorang lelaki muda duduk dengan tenang. Anin menoleh, dan lelaki itu justru memberi kedipan genit padanya.

"Ihhh," Ucap Anin sambil memalingkan wajahnya.

Pesawat mereka sudah berangkat dari satu jam lalu. Sebab perjalana Jepang - Indonesia cukup membuat lelah juga.

Anin tertidur pulas. Tanpa sadar kepalanya jatuh di pundak lelaki genit tadi. Bukannya merasa terganggu justru lelaki itu ikut  menyenderkan kepalanya pada kepala Anin. Saling bertumpuk.

Gavin melirik. 'Nih anak udah tidur kecapean kali ya. Eh tapi kok?...' Belum sempat selesai membatin, Gavin langsung mendorong pelan kepala pria tidak jelas asal usulnya itu.

"Sorry, this my daughter," Ujar Gavin asal, ucapan terbodoh dengan mengatakan bahwa Anin adalah anak perempuanya. Dan bodohnya lagi pria itu percaya.

Anin terbangun, "Vin? Aku kan bukan anak kamu," Katanya dengan lirih.

"Syuuttt, tidur lagi. Gue tau lo ngantuk berat, karena semaleman lo ngocehin papah lo terus."

Gavin menyandarkan pelan kepala Anin di pundaknya. Menatap teduh iris caramel pada bola mata Anin.Perlahan kelopak mata milik Anin menutup, menghalangi iris caramel yang Gavin suka untuk dia lihat.Ia tersenyum simpul, "Lo lucu kalo lagi tidur, kaya anak umur 8 tahun, tau gak."

Tubuh Anin mengeliat, "Aku tau aku emang imut," Katanya. Entah dengan perasaan sadar atau tidak, bahkan mungkin setengah setengah.

Gavin justru menahan senyum bahagia di wajahnya. Tanpa ia sadari kehadiran Anin membuat harinya jauh lebih menyenangkan lagi.

Love In JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang