Love In Japan.

112 15 1
                                    

'Tidak usah pergi kalau hanya ingin dicari. Mencintai tidak sebercanda itu '

***

Selepas makan siang mereka berdua menaiki taksi yang langsung menuju ke rumah sakit, tempat ayah Anin dirawat.

Di dalam taksi, "Pak nanti tunggu dulu ya di parkiran." Gavin menepuk pundak sopir taksi itu, kemudian sang sopir mengangguk.

"Abis dari rumah sakit, kamu ke rumah aku dulu kan Vin?" tanya Anin.

Gavin mengangguk pasti. "Iya, tenang aja."

Sekitar dua jam lebih mereka menempuh perjalanan dari bandara menuju pusatnya Jakarta. Rasa menggebu-gebu menyelimuti Anin, ia ingin segera bertemu ibu dan ayahnya.
Menceritakan bagaimana Rizky, pria mereka sebut sebagai calon mantu mematahkan hati anaknya dengan semena-mena. Memilih gadis lain dan meninggalkan Anin di negri orang, sendiri.

Untung sejak awal pristiwa bodoh datang, dan membuat Gavin secara mau tidak mau bertemu dengan gadis rempong seperti Anin.

Gadis yang mengenalkan banyak hal, memperlihatkan banyak kebahagiaan, membuat dirinya merasa beruntung memilih keputusan untuk bersekolah di Jepang.

Anin gadis baik, tak seharusnya Rizky membuat gadis ini menangis. Rizky pria bodoh yang pernah Gavin tau, membuang berlian demi sebuah krikil.

Menyakiti Anin, membuatnya benci memang cara yang tepat. Karena, dengan itu Gavin bisa masuk dan menggeser posisi Rizky di hati Anin.

Bukan bermaksud mengambil kesempatan dalam kesempitan. Namun, tanpa Gavin sadari Anin dapat membuatnya jatuh cinta dalam waktu sepekan saja.

Waktu yang singkat, dengan memori yang lengkap. Waktu yang singkat untuk dapat merasakan debaran jantung berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.

Waktu yang singkat untuk mematahkan hati Anin karena Rizky, dan Gavin yang membuat gadis itu kembali seperti semula.

***

Sampai dirumah sakit kedatangan Anin sudah di tunggu oleh keluarganya. Terlihat wajah paruh baya Mamahnya, yang melihat langsung berhambur untuk memeluk Anin.

"Mahh.." Anin langsung setengah berlari memeluk Mamahnya. "Aku mau ketemu papah."

Mamah Anin menuntunga memasuki ruangan tempat papah Anin di rawat. "Ayo sayang." sebelumnya mamah Anin memberi tatapan bertanya padanya saat melihat Gavin. "Nanti aku kenalin."

Tetapi, "Nin." ada tangan lelaki yang menahanya masuk. "Aku pengen ngomong sama kamu."

Gavin sempat meloto saat tau siapa pria tersebut. Rizky. Gavin melepas paksa tangan Rizky yang menahan laju Anin, "bisa nanti gak nostalgianya?" kata Gavin datar.

Rizky melepaskan tangan Anin. Saat memasuki ruangan, Arya (papah Anin) sedang duduk sambil membaca majalah kesehatan.

"Anin," serunya saat melihat putrinya memasuki ruangan dan bertemu dengan dia.

"Pahh..." Anin langsung menghamburkan peluka kepada Arya.

***

Kurang lebih lima belas menit Anin berada diruangan itu, disusul ibunya yang ikut masuk kesana. Menyisakan Rizky dan Gavin yang saling berdiam diri.

Hingga akhirnya salah seorang dari mereka membuka suara. "Kok lo bisa bareng sama Anin sih?" tanya Rizky tanpa menatap lawan bicaranya.

Gavin tersenyum miring. "Lo aja bisa nyakitin Anin, so, kalo gua cuman bareng sama dia itu bukan hal mustahilkan?!" begitulah pertanyaan retoris Gavin.

"Bisa santai gak?! Gua nanya baik-baik!!!" suara Rizky naik satu oktaf. Entah karena merasa tersindir dan tidak terima, atau karena ia sedang menyesal. (?)

Gavin tertawa. "Clam bro. Lo gak inget kalo Anin nginep di apartemen siapa?"
"Hahaha, tenang aja. Gua gak se-brengsek lo, gua gabakal ngapa-ngapain dia kok."

Emosi Rizky tersulut. Ia mengepalkan tanganya. Segera kepalan tangan itu meluncur di wajah Gavin.

Gavin sedikit tersungkur. "Wait wait. Lo kalo mau ribut kasih kode dong, jangan maen jotos aja!!!" bersamaan dengan kata terakhir terlontar, Gavin sudah lebih dulu menghantamkan tanganya ke hidung Rizky.

Rizky hendak melawan, ia sudah memegang kerah baju Gavin. Namun, "stopppp!!! Kalian apa-apaan sih? Pake ribut segala, ini tuh rumah sakit bukan arena tinju. Please jangan kaya anak kecil!!!!" Anin menghentikan perkelahian mereka.

-t b c-

Halohaa. Ini ngaret bgt kan? Hahaha iya tau, kendala sinyal dan sepertinya cerbung ini sepi peminat. Betul tidakk??

Yaudah lahya, jangan lupa vomment yhaa. Readers cantik kuuuu, hahaha.

Love In JapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang