Sebuah Pertemuan

74 6 2
                                    

Setelah mereka mengisi perut di kantin sekolah, mereka hendak kembali ke kelas mereka yang berada di gedung 2, sebelah lapangan basket sekolah. Tiba-tiba mata Kanya membelalak ketika melihat orang yang tidak asing baginya , 'bukannya tu orang yang nabrak gue tadi pagi?' Katanya dalam hati dengan melihat ke arah cowok keren dan manis yang sedang bermain basket di lapangan. "Woi!! Lo ngeliatin apa sih? " kata Elisa dengan penekanan di kata woi, namun hal itu tidak membuat Kanya kaget. Kanya masih menatap laki-laki itu dengan tatapan sinis yang membuat Elisa Makin bingung,dan membuatnya ikut melihat ke arah cowok yang bisa dibilang keren itu. 'Oh, kak Lian. Dia ngeliatin kak Lian, apa ni anak suka sama kak Lian ya? ' pikirnya sambil melihat ke arah Kanya dan Lian secara bergantian dengan alis yang mengkerut. "Woi!" kata Elisa dengan memukul bahu Kanya yang kecil dengan kasar, yang sontak membuat Kanya kaget."Apaan sih? Nggak usah mukul gue lah! Tangan lo besar. Kalo buat mukul sakit,nggak Kaya gue yang tangan nya halus bagaikan bidadari!" kata Kanya dengan suara cempreng nya, dan membuat orang-orang yang berada di sekitar lapangan basket kaget dan mencari sumber suara itu. Semua orang melihat ke arah Kanya dengan Tatapan bingung.Tidak terkecuali dengan ketua tim basket yang tadi Kanya lihat.

"Woi sa, kenapa orang-orang pada ngeliatin gue kaya gitu sih? Emang tadi gue ngomong keras banget ya?" tanya Kanya pada Elisa dengan suara memelas dan merundukkan kepala agar tidak Ada yang dapat melihat wajahnya, yang dapat dibilang manis itu."Iyalah, pake soms lagi. Ngatain tangan lo bagaikan bidadari." kata Elisa dengan gaya seakan-akan dia itu adalah bidadari."Yaudah yuk cabut daripada gue dipermaluin lagi disini." saat sepasang sahabat itu hendak pergi, tangan Kanya ditarik kebelakang dengan seseorang. "Aduh aduh sakit woi, tadi kan udah gue bilang Sa.Kalo tangan lo besar dan tangan gue halus bagai bidadari, jadi pelan-pelan aja bisa kali." namun ia melihat bahwa Elisa berada di depannya dan tidak menarik tangannya. Seketika pegangan tangan yang tadi melingkar di pergelangan tangan Kanya terlepas."Sorry, kalo gue narik tangan lo yang bagaikan bidadari terlalu kasar, gue cuman mau bilang kalo tadi pagi gue udah nemuin guru. Gue nggak langsung pergi ke kelas, jadi lo nggak perlu takut kalo gue nggak ketahuan sama guru-guru." dengan ekspresi datar cowok bermanik mata hitam itu mengatakannya pada Kanya."Eh,Iya iya." Kanya menjawab dengan bingung pada orang yang barusan berbicara padanya. lalu Cowok itu pergi melanjutkan permainan basketnya. Kanya hanya melihatnya dengan tatapan bingung. Namun Ada satu hal yang tidak Kanya sadari tadi. Ada nomor dan Nama pemain basket di punggung cowok itu, setelah ia teliti. Orang itu memiliki nomor punggung tujuh, dan Ternyata orang itu adalah Lian, Lian yang menabraknya tadi pagi, Lian yang orang kira Kakak kandung Kanya. Sebenarnya hanya kakak kelas yang tidak saling kenal dengannya, hanya kejadian ini yang membuat Kanya mengetahui namanya. Jika tidak ada kejadian ini, Kanya mungkin tidak akan mengenal Lian.

"Hah,itu Kak Lian?yang nabrak gue tadi pagi itu kak Lian? Yang pak Wismo bilang, ternyata orang itu?" Kanya melontarkan perkataan itu secara tiba-tiba dan dengan suaranya yang cemprengnya tanpa memikirkan siapa yang sedang Ada di sana. Padahal sedari tadi orang-orang hanya melihat ke arah Kanya dan Lian. "Eh Nya, ayo buruan balik ke kelas. Kalau enggak kita bakal telat masuk kelas nih." Elisa menarik tangan Kanya tanpa Ada balasan apapun dari Kanya.

Selama pelajaran berlangsung Kanya hanya memikirkan kejadian tadi di lapangan basket, "Eh nya, lo sadar nggak, kalo yang ngajak ngobrol lo tadi itu kak Lian?" kata Elisa membuyarkan lamunan Kanya. "Iya gue nyadar, Tapi lebih tepatnya ngomong sama gue, bukan ngobrol" jelas Kanya kepada Elisa." Iye dah, terserah lo. Tapi btw kak Lian itu cowok idaman banget loh, udah ganteng, keren, anak basket, pokoknya udah Paket lengkap deh." kata Elisa sambil mengacungkan kedua jempol nya di depan wajah Kanya.

Bel berbunyi satu kali, itu tandanya pergantian jam bagi kelas-kelas SMA Harapan Bangsa, kali Ini adalah pelajaran Olah Raga bagi kelas Kanya. Yang mengharuskan siswa-siswi nya untuk pergi ke lapangan dan mengolah jasmani mereka. "Ayo semuanya buruan ganti baju terus turun ke lapangan buat Olah Raga." kata Rayn sang ketua kelas di kelas Kanya. "Yuk nya kita turun." kata Elisa, yang hanya dibalas anggukan Oleh Kanya. "Ayo anak-anak kalian harus lari keliling lapangan sebanyak 3 kali, push up 10 kali, dan back up 10 kali." kata pak Susilo sebagai guru Olah raga. Setelah dirasa semua cukup, penilaian basket dimulai satu persatu murid maju untuk mendapat nilai, dari sekian banyak murid, nilai Kanya paling tinggi dalam pratik basket Ini, ia sudah sering mengikuti lomba basket Antar sekolah saat di SMP jadi, wajar saja jika ia mendapat nilai yang baik."Wuihhh gila, Nilai lo paling tinggi nya! kesambet apa lo kok bisa bagus nilai olahraga lo?" sahut Elisa setelah Kanya menyelesaikan penilaian basketnya. "Iya dong, Kanya gitu loh, lagian itu cuman dasar tehnik basketnya doang. Jadi gampang." kata Kanya menjawab perkataan Elisa tadi. "Baik, semua sudah mendapat nilai.Sekarang kalian ganti pakaian seragam sekolah kalian dan kalian dapat waktu 25 menit untuk istirahat dan ganti baju." jelas Pak Susilo sebagai guru olahraga SMA Harapan Bangsa. 'Baik pak' Kata murid-murid kelas Kanya. "Eh nya, temenin gue ke kantin yuk. Haus nih gue." Rengek Elisa pada Kanya yang membuat Kanya harus menuruti perkataan Elisa. Saat mereka hendak menyebrangi lapangan basket yang memisahkan antara gedung Kanya belajar dan kantin yang ingin Kanya tuju, Kanya bicara dalam hati. 'Loh, itu kan kak Lian?Muka gue mau di taruh dimana coba? Gara-gara kejadian tadi, gimana dong?' "Oi sa, gue harus gimana dong ?"tanya Kanya pada Elisa dengan raut wajah panik "Apanya yang gimana?" tanya Elisa "Ya, gue harus gimana? Ada kak Lian nih." kata Kanya. "Hahahaha, lo malu sama kak Lian? Ya gini nih kalo orang mau ketemu sama gebetan." kata-kata Elisa yang membuat Kanya malu "Oi,gue nggak suka atau malu sama kak Lian, gue malu gara-gara kejadian tadi pagi. Gue teriak-teriak dan di ajak ngomong sama kak Lian, kan gue malu!" ucap Kanya yang menjelaskan kenapa ia malu untuk bertemu dengan Lian "Hahahaha, ya lu pura-pura nggak lihat aja." "Yaudah deh." jawaban singkat Kanya pada Elisa. Selangkah demi selangkah mereka lewati untuk menuju kantin.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang