19

3.4K 843 116
                                    

Nggak terasa liburan semester ganjil udah berakhir gitu aja, yang rencananya Yura mau habisin setengah liburannya di puncak jadinya malah cuma seperlimabelas doang. Salahkan Eleven yang udah mem-php Yura. Atau mau salahin mama Jojo yang memangkas masa liburan mereka di puncak? Oh ayolah, mama Jojo seperti itu juga karena sayang mereka.

Yura banyak menghabiskan sisa liburannya bersama Eleven dan Arsen. Ya walaupun sempet jalan juga sama David, Rossy, Khayla, dan Andreas namun tetap intensitasnya lebih banyak bersama Eleven dan Arsen. Kalian pikir mereka perginya bertiga? No..

Eleven sama Arsen ngajakin jalan Yura udah kayak orang gantian shift jaga di rumah sakit. Misalkan hari ini Eleven ngajak jalan, maka besoknya ganti Arsen yang ngajak jalan. Begitu seterusnya selama liburan ini. Nggak tau juga mereka janjian buat gantian atau gimana. Yura sih nggak ambil pusing, yang penting dia dapet traktiran.

Sempat beberapa hari lalu Yura menyadari keanehan sikap Eleven dan Arsen. Yura bingung aja gitu mereka berdua manjain dan sering bersikap manis sama dia. Tapi kembali lagi ke sikap Yura yang masa bodoh, Yura nggak mau ambil pusing.

Hari ini adalah hari pertama Yura memasuki semester genap dan hari ini Yura ada kelas pagi. Kini Yura tengah menikmati menu sarapannya bersama ayah dan adiknya, sedangkan bundanya masih ke pintu depan buat bukain pintu karena ada yang bertamu.

"Siapa bun?" tanya Yura ketika mendapati bundanya yang sudah kembali.

Belum sempat Imarasti menjawab pertanyaan putrinya, dua tamu itu sudah menampakkan dirinya. Ya, dua tamu. Arsen dan Eleven.

"Ayo Sen, El sarapan bareng sini.." ujar Imarasti sembari mendudukkan dirinya di samping suaminya.

"Eleven udah sarapan kok bun.."

"Arsen juga bun.."

Yura meletakkan sendok dan garpunya, lalu bersuara sembari memegang gelas hendak minum. "Kalian berdua ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya Yura sebelum ia meneguk airnya.

"Jemput elo." jawab Arsen dan Eleven bersamaan yang membuat Yura langsung tersedak.

"Uhuk..uhukk.."

Dengan sigap Eleven dan Arsen menyodorkan tisu ke arah Yura. Bukannya menerima tisu itu, Yura malah bengong natap Arsen dan Eleven bergantian. Ia justru memilih mengambil tisu sendiri di meja.

"Jadi kalian berdua tadi barengan jemput gue?"

"Enggak." jawab Arsen dan Eleven lagi-lagi bersamaan.

"Lhah terus?"

"Lo bareng gue aja, Yur." tawar Arsen.

"Bareng gue aja Ra pake mobil biar ngga panas." sahut Eleven.

"Mending naik motor Yur bebas macet."

"Masih jam segini belom macet-macet banget kok, Ra.."

Yura mengerjapkan matanya pelan melihat perdebatan Arsen dan Eleven. Sementara Yuta, Imarasti, dan Yuto hanya bengong memperhatikan Arsen dan Eleven.

"Wow situasi semakin memanas, bung.." celetuk Yuto.

"Kedua sisi sama-sama kuat, bung.." timpal Yuta yang langsung dihadiahi cubitan oleh Imarasti.

"Ayah apaan sih?! Nggak usah ikutan ngampas!" tegur Imarasti.

"Yuto aja nggak dimarahin.." ujar Yuta sembari mengelus lengan bekas cubitan istrinya.

"Ayah..." desis Imarasti.

"Siapa yang pantas yang bisa kuandalkan, bukan rayuan bukan pujian yang-- 🎶🎶" ledek Yuto.

"Bundaaa Yuto tuh rese! Ayah juga rese, bunda!" adu Yura.

"Adek, ayo cepet diabisin makanannya.." tegur Imarasti ke Yuto.

Sementara Yuto cuma nyengir sembari mengangkat dua jarinya ke atas sampai tiba-tiba ponselnya bunyi.

Yuto mengambil ponselnyanyang ada di saku celananya. "Halo, kenapa Kak Twelve?"

"Masih tanya kenapa? Ini udah jam berapa Nakamoto Yutooo? Lo bilang mau jemput gue?!"

"Ya salaaaaaam astaga kak sorry gue lupa. Yaudah gue berangkat sekarang. Tungguin ya!" Yuto langsung menutup panggilannya, minum lalu bangkit dari kursinya.

"Ayah, bunda Yuto pamit dulu ya.." Yuto salim sama ayahnya lalu mengecup pipi bundanya sekilas dan langsung ngancir gitu aja.

"Dek, kok nggak diabisin?" tanya Imarasti agak teriak.

"Enggak bunda. Yuto udah ditungguin."

Seperginya Yuto suasana jadi hening lagi, bahkan terkesan awkwrd. Yuta Imarasti, dan Yura masih melanjutkan sarapannya, sedangkan Arsen dan Eleven kini tengah berdiri di samping meja makan sembari menunduk seperti siswa yang dihukum gurunya karena tidak mengerjakan PR.

"Jadi gimana, Yur? Lo pilih gue apa Kak Eleven?"

"Hah?" Yura menghentikan aktivitas mengunyahnya dan menatap Arsen bingung.

"Ngg- itu maksud gue lo jadi bareng gue apa Kak Eleven?"

Yura terdiam, menunduk. Ini nggak tau Yura lagi bingungin apa. Bingung karena sikap mereka apa karena bingung mau berangkat bareng siapa. Tapi sepertinya Yura bingung dua-duanya.

"Kalian mau sampe kapan berdiri di situ terus? Duduk sini aja dulu.." interupsi Yuta.

"Gue mau berangkat sama ayah aja.."

Yuta langsung menatap putrinya bingung.

"Udah lama kan aku nggak dianter ayah ke kampus. Bolehkan yah?"

"Oke cantik.." jawab Yuta santai.

"Yaudah Yura ke kamar dulu buat ambil tas.."

Arsen dan Eleven malah bengong ngeliatin punggung Yura yang kian menjauh.

"Kalian berdua kayaknya harus ekstra berusaha buat luluhin hati putri ayah.." ujar Yuta santai.

"Hah?" respon Arsen dan Eleven bersamaan sembari menoleh ke arah Yuta.

"Kalian nggak tau aja Yura punya banyak gen nggak peka akut, bahkan lebih parah dari.." Yuta menggantungkan kalimatnya sembari melirik istrinya.

"AYAH! APAAN SIH?!"

..

..

..

TBC

Abaikan komuk Yuta wkwkwkwk fokusnya ke captionnya aja 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abaikan komuk Yuta wkwkwkwk fokusnya ke captionnya aja 😂

Replay 2016✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang