24

2.7K 695 62
                                    

Siang hari di hari Minggu nyonya Zhang tengah sibuk menyiapkan makan siang buat keluarganya ditemani sang suami. Sementara Febrian Zhang sedang bermain game dari ponselnya. Lalu di manakah si sulung yang cantik?

"Mah, pah,  Khay mau ke rumah Yura ya?" ujar Khayla sembari berjalan menuruni anak tangga.

"Kak Khay,  aku ikut dong.. Aku mau battle game sama Dek Yura." sahut Febrian yang ada di ruang tengah depan tv nggak jauh dari meja makan tempat Inggit dan Lay.

" Adek abis ini ada les matematika, kamu di rumah aja nggak usah ikut Kak Khay!" tegur Inggit yang membuat Febrian mencebikkan bibirnya sebal.

"Yaelah mamah... Lagian kenapa sih minggu-minggu pake les segala?! " gerutu Febrian.

" Mamah nggak akan maksa kamu buat les kalo nilai matematika kamu nggak malu-maluin! "

Mendengar omelan mamanya membuat Febrian melengkungkan bibirnya ke bawah. Melihat ekspresi adiknya yang menurutnya terlihat menggemaskan,  tangan Khayla terulur mengacak gemas rambut adeknya.

" Belajar yang bener makanya dek.. " ujar Khayla sembari tersenyum lembut ke arah adiknya.

" Aku belajarnya udah bener kak,  cuma aku emang payah banget di matematika. Gimana ya kak? Gunung sama pohon lebih menarik daripada angka-angka yang memuakkan itu. "

Iya deh Feb yang anak sispala mah emang beda..

Khayla ketawa doang nanggepin respon adiknya. Sementara Inggit cuma menghela nafas lelah melihat anak bungsunya,  sedangkan Lay cuma ketawa sambil geleng-geleng nggak habis pikir.

"Jadi gimana nih pah,  mah? Boleh kan? " tanya Khayla lagi.

" Ya boleh lah sayang,  orang ke rumah sodara sendiri. Iya kan pah?"

Lay hanya merespon istrinya dengang anggukan dan senyuman.

"Nggak makan siang dulu kak?" lanjut Inggit.

"Nggak usah deh mah. Nanti Khay juga pasti disuruh makan sama tante Ima, daripada Khay kekenyangan. Khay berangkat dulu ya.. "

" Nggak mau papa anter? Sekalian papah mau ketemu sama tante Ima, udah lama nggak ketemu. "

Khayla nyengir canggung sembari menyelipkan anak rambutnya, "Enggg Khay sama Andreas, pah."

Seketika Inggit langsung mengatupkan bibirnya rapat. Dia antara takut sama penasaran sama respon suaminya. Oh ayolah,  apakah kalian tau kalau Andreas adalah anak Kun,  mantan tunangan Inggit.

Merasakam hpnya yang bergetar membuat atensi Khayla beralih dan segera mengambil hpnya. Setelah melihat si pemanggil dari layar hpnya,  Khayla langsung menempelkan ponselnya di telinganya.

"Iya sayang,  bentar ya.. Aku abis ini keluar kok." Khaya menjauhkan ponselnya sejenak lalu melihat ke arah mamah papahnya,  "Khay berangkat dulu ya mah, pah." ujar Khayla sembari berjalan menuju pintu depan.

Febrian sama Lay langsung melongo mendengar dan melihat Khayla memanggil orang yang di balik telepon itu dengan panggilan sayang. Aduh Inggit rasanya mau tenggelamkan diri di rawa-rawa belakng kompleks aja rasanya.

Bersamaan dengan Khayla membuka pintu, di depan pintu udah ada Andreas yang tersenyum ganteng.

"Lhoh? Ngapain? " tanya Khayla bingung.

Andreas senyum lalu tangannya terulur mengacak gemas rambut Khayla, " Mau pamit mamah sama papah kamu lah, masa iya aku langsung bawa kabur anaknya gitu aja."

"Ooh.." ujar Khayla sambil senyum malu-malu. Aduh emang Khayla nggak salah pilih buat jadiin Andreas sebagai someone special.

Mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam rumah menemui Inggit dan Lay.

"Siang om, tante.. " sapa Andreas.

" Oh Andreas..." jawab Lay sumringah. Inggit cuma diem aja nggak tau harus gimana juga soalnya.

"Hehe iya om. Emm ini Andreas mau pamit nganter Khayla ke rumah Yura."

Andreas emang udah sering nganter Khayla ke mana-mana. Cuma baru kali ini si Andreas pamit langsung, soalnya kalo dia sama Khayla mau keluar gitu pasti pas Inggit sama Lay nggak ada. Kadang juga cuma ada Inggit doang. Dan Andreas nggak nyangka ternyata rasanya semenegangkan ini, apalagi setelah dia sama Khayla resmi berpacaran.

"Iya Ndre. Hati-hati ya jangan main kebut-kebutan. Soalnya anak om yang cantik ini sering pusing kalo diajak kebut-kebutan." Lay tersenyum simpul berniat monggoda putrinya. Ya nggak sepenuhnya menggoda sih,  emang benar adanya kalo Khayla itu gampang pusing.

"Papah ih.. " rajuk Khayla.

Andreas cuma senyum aja tedus jawab, " Iya om.. ".

Padahal Andreas juga udah tau kalo Khayla emang nggak bisa diajak kebut-kebutan. Ya gimana? Mereka kan emang udah lama bareng-bareng.

"Uhuyyy jadi Kak Andreas nih yang akhirnya bakal jadi calon kakak ipar Febrian?" celetuk Febrian.

"Apa sih deeek?!" sahut Khayla.

Andreasnya cuma ketawa aja. Sampai akhirnya Khayla lirik Andreas ngasih kode biar segera berangkat. Males aja entar kalo diledekin si Febrian Zhang. Andreas yang paham sama kode pacarnya ini pung langsung mengiyakan dengan anggukan.

"Yaudah om, tante, Andreas sama Khayla berangkat dulu.. " ujar Andreas.

Lay senyum ramah ke arah Andeas, sementara Inggit cuma senyum kikuk.

Seperginya Khayla dan Andreas Lay pergi gitu aja ninggalin Inggit dan Febrian yang ada di ruang tengah. Inggit langsung panik melihat suaminya yang ninggalin dia gitu aja. Yang ada di dalam benak Inggit sekarang, apakah suaminya marah. Ia pun akhirnya memutuskan segera menyusul suaminya, membuat Febrian menatap bingung kepergian orangtuanya.

"Mas marah sama aku?" tanya Inggit takut-takut.

Lay mengerutkan keningnya karena bingung, "Kenapa aku harus marah sama kamu?".

"Nggg soal Khayla sama Andreas.. " ucapan Inggit menggantung sembari sibuk memainkan jari jemarinya sendiri karena merasa gugup.

"Emang kenapa? Kamu nggak setuju? Aku rasa Andreas anaknya baik, sopan, dan nggak neko-neko. Tanggung jawab juga anaknya."

"Tapi dia anak kak Kun mas.. " ujar Inggit sembari menatap suaminya.

Lay tersenyum lembut kemudian tangannya mengelus lembut kepala istrinya.

"Dengerin aku,"  Lay menangkup pipi istrinya dan mengarahkannya untuk mengahadap wajahnya.  "Kamu sama Kun udah masa lalu, lagian kita juga udah bahagia sama pasangan masing-masing."

Inggit masih terpaku menatap wajah tampan nan menenangkan milik suaminya sembari menanti apa lagi yang akan dilontarkan suaminya ini.

"Mungkin keluarga kamu sama keluarga Kun emang ditakdirkan buat jadi saudara. Dulu nggak bisa melalui kamu sama Kun, mungkin sekarang Khayla dan Andreas yang menjadi jalannya."

Rasanya Inggit nggak tau mau ngomong apa. Yang jelas ia merasa sangat bersyukur memiliki suami yang penuh pengertian seperti Lay. Akhirnya pelukan lah yang Inggit berikan sebagai respon perkataan suaminya.

"Makasih ya mas.. " gumam Inggit yang ada di pelukan suaminya.

"Makasih buat?" tanya Lay sembari tangannya sibuk mengelus lembut ounggung istrinya yang ada di pelukannya.

"Makasih udah jadi suami yang sempurna buat aku.. "

Lay tersenyum lembut, lalu mencium dalam kepala istrinya.

"Makasih juga udah jadi mama yang hebat buat anak-anak aku..."

.

.

.

TBC

Replay 2016✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang