1. Kids

7.5K 1.2K 114
                                    

"Kak Eleven!" panggil Yura sambil berlari ke Eleven yang sedang bersama Khayla dan Arsen.

Eleven menatap aneh Yura yang memanggilnya. "Kenapa Ra?"

Bukannya ngejawab Yura malah langsung megang lengan Eleven dengan mata berbinar. Lalu pandangan Yura beralih ke permen kapas yang dibawa Eleven.

"Kak Eleven, permen kapasnya buat Yura ya?" pinta Yura sambil menatap Eleven dengan penuh harap.

"h.huh? Ini buat Khayla.. " Eleven memberikan permen kapas itu ke Khayla.

Khayla yang bingung pun cuma bengong sampai tangan Eleven meraih tangannya dan memaksanya buat nerima permen kapas itu.

" tapi kan Yura juga mauuuu... " kata Yura dengan ekspresi seolah mau nangis.

Eleven keliatan kebingungan melihat Yura yang mau nangis. Dia cuma menggigit bibirnya cemas sambil memperhatikan Yura. Sedangkan Arsen menatap Yura bingung sambil menikmati lolipopnya.

Khayla mengelus pelan kepala adik sepupunya itu.

"ini buat Yura aja kalo gitu.. " Khayla menyodorkan permen kapas yang tadi diberi Eleven.

Yura menepis tangan Khayla.

" nggak mau! Kan itu punya Kak Khayla. Kak Eleven kan ngasihnya ke Kak Khayla. "

Sekarang Yura udah nangis yang bikin Khayla, Eleven, dan Arsen panik.

" Yura jangan nangis.. " Arsen menghapus air mata di pipi Yura.
" ini buat Yura! Jangan nangis lagi ya" Arsen menyodorkan permen lolipop yang ada di tangannya yang tinggal sedikit.

Iya itu lolipopnya emang bekas Arsen. Lolipop yang sedari tadi dijilati Arsen.

"ARSEN JOROK! " pekik Yura kemudian lari meninggalkan mereka.

Yura lari ke luar halaman rumahnya. Mereka memang lagi di rumah keluarga Nakamoto bersama mama masing-masing.

Yura duduk berjongkok di pinggir jalan masih sambil nangis. Sudah hampir satu jam Yura pergi dari rumahnya meninggalkan Eleven, Khayla, dan Arsen.

" hiks Kak Eleven jahat! Yura nggak mau lagi sama Kak Eleven.."

"adek, kamu kenapa? " tanya seorang anak kecil laki-laki yang tiba-tiba jongkok di depan Yura.

" huh? " Yura mendongak dan menatap anak laki-laki itu kenudian ia mengahpus air matanya menggunakan punggung tangannya.

" jangan nangis lagi ya.. Ini buat kamu :) " anak laki-laki itu menyodorkan permen coklat berwarna pink berbentuk bintang.

Mata Yura langsung berbinar. Yura sangat menyukai coklat.

"makasih kak.. :)" Yura menerima permen coklat itu. "kakak siapa?"

"aku Andreas. Andreas Qian, kalo kamu? "

" aku Yura. Nakamoto Yura :)"

Andreas berdiri kemudian membantu Yura berdiri.

"jadi kamu tadi kenapa nangis? "

" gara-gara Kak Eleven nyebelin! " kata Yura sambil mengercutkan bibirnya lucu.

" Eleven? "

" hu'um! " yura mengangguk mantap.

" rumah kamu di mana? " tanya Andreas.

" di komplek situ kak.. " jawab Yura sambil menunjuk suatu tempat.

" ayo aku anterin... Tadi aku bawa sepeda"

Yura mengangguk senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yura mengangguk senang.

Akhirnya Yura pulang diantar Andreas menggunakan sepeda. Yura duduk di bagian depan dengan Andreas yang mengayuh sepedanya.

🌸🌸🌸

"Yura tadi dari mana sayang? " Imarasti menghampiri putrinya yang sejak satu jam yang lalu menghilang.


" Yura tadi habis main bunda.. " jawab Yura polos.

Imarasti celingukan di luar gerbang. " tadi Yura sama siapa? "

" sama Kak Andreas :) "

" Andreas?" tanya Imarasti bingung.

"Andreas anaknya Kak Kun kali bun.. Kan mereka pindah di komplek deket komplek kita.." kata Yuta yang sedang gendong putranya Nakamoto Yuto.

Imarasti mengangguk sambil ber'oh'ria.

"lain kali kalo kakak main ke luar rumah harus pamit dulu ya sama ayah sama bunda.. " kata Imarasti lembut sambil rapih-rapihin rambut putrinya.

" kalo kakak main nggak pamit kan ayah sama bunda jadi khawatir.. " tambah Yuta.

Yura menunduk merasa bersalah. "maafin Yura ya bunda, ayah.. "

" yaudah ayo kita masuk ke dalem, tadi kan kakak belum makan siang..." ajak Imarasti.

Mereka pun akhirnya masuk ke rumah. Inggit, Rara, dan Joana beserta anak-anaknya udah pulang dari setengah jam yang lalu dijemput suami masing-masing.

"bunda... " panggil Yura setelah menghabiskan makanannya.

" iya sayang? " jawab Imarasti sambil suapin Yuto.

" Yura nggak mau dijodohin sama Kak Eleven.. "

" Hah? " Imarasti mengerjapkan matanya bingung.

" makanya bunda itu jangan suka aneh-aneh! Salah paham kan.. " omel Yuta.

" Kak Eleven nyebelin! " tambah Yura.

" iya sayang ayah tau.. Bapaknya aja ngeselin dari dulu- AW! Sakit bunda! Hobi banget sih nyubit-nyubit?! "

" ayah itu jangan ngajarin Yura yang nggak bener napa sih yah?!"

"kayak bunda nggak pernah aja.. "

" bunda kan emang nggak pernah ngajarin yang nggak bener! " kata Imarasti nggak mau kalah.

" itu buktinya sampe bikin Yura salah paham! "

" hhhh ayah ngeselin! Nanti aku mau tidur sama Yura sama Yuto di kamar. Ayah tidur kamar Yura aja. "

" kamar Yura kasurnya kecil yang.. " kata Yuta memelas.

" tidur di kasur lipat depan tv aja kalo gitu! "

" dingin yang.. "

" bodo amat! "


" elah yang..."

Yura cuma menatap lelah kedua orangtuanya yang berdebat. Ini hal biasa yang sering dilihat Yura.

Yura pun memilih pergi menonton tv. Sore ini ada film kartun kesukaan Yura.

"kamu udah punya buntut dua kok masih ngambekan aja sih hm? "

" kamu ngeselin! "

" ini istri aku apa anak aku sih.. Kok nggak ada bedanya sama Yura? " Yuta nusuk-nusuk pipi Imarasti pake telunjuknya.

" BODO AMAT! "

.

.

.

"AYAH, BUNDA JANGAN BERISIK!"

Replay 2016✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang