2

57 12 0
                                    



'sebenarnya yang ia maksud adalah, ia tidak menyukai lelaki yang mempermainkan wanita, ia tidak menyukai pria yang menyukai wanita hanya dari parasnya saja. menurutnya itu tidak benar, itu bukanlan perasaan suka yang sebenarnya, melainkan hanyalah sebuah nafsu. ia justru tidak mempunyai standar fisik terhadap pria, asalkan pria itu jujur, dan mencintai via apa adanya , maka via akan baik baik saja dengan semua itu.

namun sahabatnya yang sangat tercinta ini tidak mengerti dengan jalan pikirnya. lebih baik ia mengalah daripada harus berdebat yang tidak ada habisnya. bisa bisa bakso dikantin keburu habis.' kata batin via.

"iya deh, whatever. gue udah laper. yo ah."



Seperti biasa setiap istirahat terjadi yang namanya bullying. Hal yang sangat kubenci.

Rasanya batin dan ragaku memberontak ingin melawan mereka, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak campur tangan. Aku membuat diriku semakin menonjol jika seperti ini. Dan aku benci hal yang seperti ini.

"via,lo jangan ikut campur lagi.sudah cukup untuk 3 tahun yang lalu. lo akan menguak rahasia yang udah lo tutup selama 3 tahun ini. Jangan membuat diri lo jatuh ke titik yang sama lagi." Cegat sarah dengan menahan tanganku.

"bentar deh, bakso gue nanggung nih." bakso yang kukunyah dengan penuh perasaan tu lumat seketika. Demi membalas kontak sosial dengannya.

"gue ngga bakal lagi nolongin mereka. Walaupun gue ingin... tapi sudah cukup. Gue ngga mau jatuh ke titik yang sama lagi. Lu tenang aja, gue tau yang terbaik buat diri gue sendiri" kataku kepada sarah, mata gadis itu memancarkan perhatian penuh kepadaku.

" Ya udh cepet habisin minum lo trus kita balik. Gue ngga mau lama lama disini" kataku sambil slah tingkah. Aku canggung terhadap sahabatku atas hal yang seperti ini, terus terang.

Baru saja aku ingin membayar, tiba tiba ada seorang anak yang datang untuk mencegah aksi bullying  itu.

"heh kak, pada ga malu ya ninda nindas orang kek gitu, muka kayak pantat monyet aja belagu. Sok cantik lagi. Mending berhenti deh, sebelum gue laporin ke guru bk" kata gio sambil menahan tangan seniornya itu yang hendak menampar seorang gadis yang sedari tadi menjadi bahan bullying itu.

"emm, ngga gitu dek. Ni anak cuman bandel doang kok, j-jadi kita ngasih dia sedikt pelajaran, ya udah kakak cabut dulu, kamu jangan sampai kek anak ini ya" kata desi.

Desi. Adalah kakak senior kelas 12 yang dikenal disekolah ini sangat suka membullying anak anak yang lebih cantik dari dirinya. Ia tak ingin tertandingi, ia cukup cantik, tapi tidak dengan sikapnya.


Ketampanan anak itu bisa membuat kakel itu berhenti membullying anak yang sudah terisak isak menangis. Ya, sudah jelas saja kakel itu menyukai gio.makanya ia berhenti. Semua sorot mata tertuju pada gio. Anak itu ketampanan nya, tubuhnya yang jangkung, sikapnya yang cukup fake itu sempurna melengkapi dirinya.

"kamu gpp kan? lain kali kalo kakak kakak itu nge-bully kamu lagi, kamu bisa bilang ke aku kok." gio membantu gadis itu berdiri.

"gpp. makasih, udh nyelamatin aku. nama kamu siapa?" tanya gadis itu dengan menghapus air mata diwajahnya.

"sergio. panggil aku gio aja." kata gio.

"makasih gio."

"ya udah kamu masuk kelas gih, udah bel masuk loh, aku tinggal ya, bye." kata gio setengah berlari dan melambai lambaikan tangan.

aku yang menyaksikan adegan itu hanya diam saja, kemudian langsung pergi beranjak ke kelas mengingat bel masuk telah berbunyi 10 menit yang lalu.

___________________________________________________________________________


"ma, via pulangggggggg engggg" kataku lemas.

"via kamu nganter kue ini ke tetangga sebelah ya? Yang baru pindah itu 5 hari yang lalu. Mama ngga enak soalnya, anterin ya."

" hufftttt ya udah, mana kuenya ! " menghela nafas. Mamaku memang tidak mengerti, anaknya baru pulang sekolah,panas,lapar,lemes, pulang pulang disuruh lagi.

"aisssshhh mamaaaaaaaaaaaaa. Arghhh" kataku berbicara kepada batu yang sedari tadi kutendang.



Vianna AlexaWhere stories live. Discover now