Prolog

180 20 22
                                    

PROLOG

See you :*

Pesan terakhir yang diterima pada awal April, membuka kembali kenangan yang sudah tersimpan rapi di memori Gendis. Wanita berkacamata itu kembali membaca pesan-pesan yang dikirim oleh orang yang sama sambil berdiam diri di dalam kabin pesawat di bandara Internasional SoekarnoHatta dengan tujuan penerbanganya adalah Perancis. Paris, kota yang terkenal akan keromantisannya. Gendis sudah menabung lama untuk menginjakan kaki di kota pemilik menara Eiffel itu.

Perjuangannya pun sangat berat, ia sempat beradu pendapat dengan orang tuanya karena tidak diizinkan, tapi gadis yang baru saja menginjak umur 20 tahun itu tetap bersikukuh untuk mengunjungi ibu kota Perancis itu.

"Sepuluh menit lagi kita take-off Dis!" ucap Suci yang menyadarkan lamunan Gendis, "Hape udah dimatiin belum?" Hening, tidak ada jawaban dari Gendis. Gadis itu hanya menatap kosong ke arah jendela yang berada di sisi kirinya. "Lu ngelamun ya?" tanya Suci sekali lagi tapi hanya dibalas dengan senyuman tak bermakna dari Gendis.

Sudah berbagai macam cara Suci mengembalikan aura kuning yang dimiliki Gendis, tapi tetap tidak bisa. Ini salah satu caranya agar dapat mengembalikan keceriaan Gendis yang telah lenyap, yaitu menemaninya bertemu dengan sosok yang sudah tidak ada kabar selama enam bulan ini di kehidupan Gendis. Ya, selama itu pula Gendis sering murung tidak jelas di kitchen bila sedang kerja. Suci dan Gendis langsung bekerja di salah satu hotel berbintang di Jakarta setelah lulus SMK. Selain itu, kerjaannyapun sering terbengkalai dan tidak selesai yang membuatnya sering mendapatkan teguran dari atasan. Itulah yang membuat Suci, sahabat sejatinya sejak masa sekolah itu khawatir. Baginya kini Gendis sudah berubah menjadi manusia patung. Datar, dingin, tidak pernah tersenyum bahkan bergerak dan berbicarapun hanya seperlunya saja. Untungnya, bernafas dan bertahan hidup masih menjadi prioritas utama Gendis.

Gendis menatap kosong hamparan kapas yang melayang di langit. Di satu sisi ia senang karena akan pergi keluar negeri, tapi di sisi lain ia sangat mengkhawatirkan sosok yang selama ini ia rindukan. Sosok yang telah merubahnya menjadi manusia yang lebih baik lagi, sosok yang selalu mengingatkan akan masa depan dan selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan.

Kini Gendis mengulang kembali episode pertama dalam kisahnya, dimana kala itu ia baru saja menginjak bangku kelas sepuluh dengan jurusan Tata boga. Gendis sosok yang periang dan aktif, ia selalu menyapa setiap orang yang ia kenal di sekolah. Namun di kelasnya, Gendis memiliki musuh. Gamma Putera Hermawan. Selain musuh terbesar Gendis, Gamma adalah satu-satunya laki-laki yang ingin ia kutuk. Bagaimana tidak, semua teman-temannya memanggil Gendis dengan sewajarnya, yaitu Dis ataupun Gendis. Lain hanya dengan manusia jadi-jadian itu yang memanggilnya dengan sebutan Gentong dan Gendut. Jika dilihat-lihat, Gendis memang memiliki tubuh yang tambun, yang membuat si Gamma selalu memanggilnya dengan sebutan yang sangat mengiris hati Gendis.

Gendis masih ingat itu semua.

G (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang