6

5 2 0
                                    

"Wah ada tamu ya?" Pertanyaan itu sontak membuat semuanya menoleh kearah pintu ruang makan. Seorang lelaki berumur 30 tahunan sedang berdiri menatap mereka dengan ramah.
"Selamat siang Tuan" sapa Bi Hiah ramah.
"Siang bi" balas Ayah tak kalah ramah.

"Siang om" kini Fie menyapa Ayah sembari menyalami tangan Ayah.
"Siang Fie, hari ini banyak ya yang datang" ujar Ayah sembari tersenyum lebar. Yang lain pun ikut berdiri dan menyalami Ayah seraya memperkenalkan diri. Hanya Gie yang masih diam terpaku di bangkunya menatap Ayahnya dengan pandangan tak suka tapi Ayahnya mengacuhkan pandangan itu
"Ada apa inu rame-rame kerumah om?" Tanya Ayah pada Mereka.
"Gie gak masuk sekolah om, jadi Fie khawatir aja. Kemarin mereka udah bikin Gie kumat lagi jadi aku pikir dia sakit gara-gara mereka. Makanya aku tarik mereka kesini buat minta maaf" cerita Fie sembari menunjuk Dash dan yang lain yang sedang menunduk malu.

Ayah menatap Gie sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah mereka kembali.
"Gienya ditemani ya, jangan di bikin sedih. Gie memang susah dideketin. Tapi dia baik kok" ujar Ayah lembut. Setetes air mata jatuh mengalir dari mata Gie. Perkataan itu adalah perkataan Bunda Gie saat Gie masih Tk, Gie juga susah berteman. Bunda Gie dengan lembut selalu mengatakan hal itu kepada teman-teman sekelas Gie agar mereka mau berteman dengan Gie.

"Gie kenapa?" Tanya Fie heran. Gie tersadar dari lamunannya dilihatnya pintu ruang makan yang sudah tak menampakan wajah Ayahnya.
"Gak apa kok Fie" ujar Gie sembari tersenyum palsu.

Gie memasuki kamarnya dengan langkah gontai. Matanya menatap sebuah pigura yang kacanya sudah pecah akibat ulahnya. Diambilnya pigura itu dan dielusnya dengan lembut. Air mata pun mulai bercucuran dari matanya. Ia rindu kebersamaan keluarganya. Foto itu diambil saat Gie masih berumur 3 tahun. Gie yang masih belum lancar berjalan digendong Ayahnya di punggungnya sedangkan Bundanya menggendong abangnya yang berumur 4 tahun. Pemandangan khas gunung menyambut mereka didalam foto itu, dulu saat bunda dan abangnya masih ada. Mereka rutin melakukan acara travelling sebulan sekali untuk mempererat hubungan keluarga. Tapi saat bunda dan abangnya meninggal Ayahnya bahkan tak pernah berbicara dengannya apalagi menyentuhnya. Hal ini membuat luka dalam di hatinya dan saat Ayahnya kembali Ayahnya membawa sahabat bundanua yang rupanya akan menjadi ibu tirinya. Ada rasa syok dihatinya. Bagaimana mungkin sahabat bundanya malah meningkahi Ayahnya. Apakah tidak ada rasa bersalah dihatinya.
Sepercik masa lalu tiba-tiba menghampiri Gie. Ingatan akan kematian bunda dan abangnya teriang dipikirannya.
Malam itu malam berhujan yang mengubah segalanya. Mengubah Gie yang suka hujan menjadi benci hujan. Malam itu seperti biasanya bunda Angela dan abang Gio sedang membawa Gie ke suatu restoran untuk makan malam sekeluarga. Sudah 2 jam mereka menunggu kehadiran Ayah Alex tapi ayahnya tak kunjung akan hadir. Gie yang sudah mulai mengantuk merengek untuk pulang dengan lembut bunda Angela menggendong Gie dan menggandeng Gio keluar dari restoran itu. Ditengah perjalanan tak sengaja Bunda Angela melihat mobil Ayah Alex. Dengan segera Bunda Angela mengikuti mobil itu, Gie yang melihat jalan yang berbeda untuk pulang bertanya dengan bingung dan Bunda Angela berkata bahwa Bunda Angela melihat Ayah Alex. Sontak Gie langsung menatap kearah jalanan dan melihat sebuah mobil hitam yang sangat dikenalinya.
"Ayah" pekik Gie kegirangan.
Mobil hitam itu berhenti didepan sebuah rumah bercat orange. Bunda Angela pun memarkir mobil diseberang jalan dan mengamati. Seorang perempuan keluar dari mobil Ayah. Lalu mencium Ayah dengan mesra sebuah adegan selanjutnya yang membuat bunda Angela syok dan menangis. Gie yang tak terima bundanya menangis langsung keluar mobil itu mengacuhkan panggilan dari bunda dan abangnya lalu ia  menghampiri ayahnya.
"Ayah!" Pekik Gie marah.
Ayah Alex yang mulanya menatap rumah wanita itu pun menatap Gie terkejut.
"Gie?" panggil Ayah tak percaya
"Ayah sedang apa disini?, Bunda, abang dan Gie menunggu Ayah lama" celoteh Gie kesal karna mengira bundanya menangis karna Ayahnya tak menepati janjinyaa.
Ayah dengan perlahan mendekati Gie. Saat tangannya ingin menyentuh Gie dengan kasar Bunda memukul tangan itu. Lalu merengkuh Gie kedalam pelukannya.
"Kamu ngapain disini mas" tanya Bunda Angela tajam.
Ayah yang terkejut mendapati kedatangan bunda terdiam.
"Jawab mas" bentak bunda yang sontak membuat Gie ketakutan.
"Aku dari kantor" Ujar Ayah Alex.
"Jangan bohong, kamu dari hotelkan? Siapa wanita itu?" Kata Bunda marah.
"Aku tak bohong" elak Ayah geram.
"Lasti tadi dihotel ia bilang dia melihatmu dan mengirimi ku foto saat kau masuk ke hotel bersama wanita itu" bunda Angela mengeluarkan handphonenya lalu menunjukan sebuah foto.
Ayah diam seribu bahasa.
"Tega kamu mas sama aku, salah aku apa mas sama kamu sampai kamu tega selingkuhin aku mas" ujar Bunda disertai tangisnya. Gie yang sedih melihat bundanya langsung memeluknya erat.
"Aku akan mengurus perceraian kita mas, tenang aja anak-anak akan ikut aku. Mas silahkan nikahi wanita itu" tambah bunda. Bunda lalu menggendong Gie dan menggandeng Gio. Tapi ditahan oleh Ayah.
"Jangan seenaknya kamu minta cerai Angela. Kamu itu istri aku. Kamu harus dengar penjelasan aku" bentak Ayah marah.
Bunda yang marah berusaha melepaskan cengkraman ayah.
"Kamu suami bejat" ujar bunda marah.
Ayah yang marah mendengar perkataan bunda langsung mendorong bunda. Sebuah sinar terang datang lalu semua terjadi.

"Bunda, abang Gio" panggil Gie lirih. Isakan terus terdengar dari bibirnya.
"Gie mau ikut" tambah Gie tak kalah lirih.

Tanpa disadari oleh Gie seseorang berada didepan kamar Gie dan meringis mendengar perkataan Gie.
"Maaf Gie" ujarnya sembari meremas sebuah foto.

Recommed song: broken home by 5 seconds of summer

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang