11

2 1 0
                                    

" Kamu yakin gak mau pulang bareng aku Gie?" Tanya Fie yang masih sibuk merapikan buku catatan yang berserakan Di mejanya

" Ya, aku tak apa Fie, aku baik-baik saja"

Setelah kejadian Acara perkelahian David dengan Kennan dll. Gie pun menceritakan kejadian yang menimpanya. Kejadian bahwa Ayahnya akan menikah lagi.

" kau bisa bayangkan setelah bertahun-tahun aku ditinggalkan saat datang malah membawa berita yang membuatku menderita" Cerita Gie dengan pandangan terluka. Fie hanya dapat mendengarkan kisah Gie sembari memberikan tepukan semangat.

"Maaf Gie, aku hanya khawatir padamu" ujar Fie sembari menatap Gie dengan pandangan iba.

"Tak apa Fie, pergilah dengan Dash. Aku bisa pulang sendiri. kalau ada sesuatu aku akan menelponmu"

"Janji ya kalau ada sesuatu telpon aku"

"Iya aku janji"

Setelah berpisah dengan Fie diparkiran. Gie dengan segera menstop taksi dan pulang kerumah.

15.00

Setelah tiba dirumah, Gie langsung memasuki kamarnya dan berniat beristirahat sejenak. Tetapi ketukan pintu mengurungkan niatnya tersebut. Dengan segera Gie membuka pintu dan mendapati Ayahnya sedang berdiri didepan kamarnya dengan baju yang sangat santai.

"Gie uhm apa kau ada waktu?" Tanya Ayah dengan wajah gugup.

Gie memandang heran pada Ayahnya " tidak, ada apa?" Tanya Gie dingin.

Senyum sumringah langsung mengembang di wajah lelah Ayah. " ayo ke rumah nenek" ajak Ayah yang sontak membuat Gie terkejut.

"Untuk apa?" Tanya Gie masih dingin.

Ayah pun menggaruk pelan tekuknya yang tak gatal. " apa kau tidak rindu dengan Nenek?"

Semenjak meninggalnya Bunda dan Abangnya Gie tak pernah lagi berjumpa dengan neneknya. Padahal saat ia kecil rumah neneknya bagai rumah kedua bagi keluarga mereka.

"Baiklah, aku akan siap-siap" terima Gie yang sontak membuat Ayah memeluk Gie dengan erat. Pelukan yang sangat Gie rindukan, pelukan yang sangat Gie rindukan.

Ayah yang tersadar akan kelakukannya pun langsung melepaskan pelukannya dan meminta maaf.

" maaf Gie"

Ada rasa kecewa dihati Gie tetapi ia hanya bisa tersenyum tipis.
"Aku akan bersiap" ujar Gie seraya menutup pintu kamarnya tetapi kemudia tak jadi.
"Aku akan membawa mobil sendiri" lanjutnya sembari kembali menutup pintu kamarnya. Masih dapat dilihat kekecewaan terpancar dari wajahnya

17.00 Wita

Setelah 1 jam perjalanan Gie sekeluarga pun sampai dirumah neneknya. Dengan bahagia nenek Gie memeluk Gie dengan erat.
"Kenapa kau tidak pernah kesini" protes nenek yang hanya dibalas senyum tipis canggung Gie.

Mereka pun makan malam sekeluarga. Hal yang sangat dirindukan Gie selama 8 tahun ini.
Setelah makan malam Gie pun pamit kekamarnya karna kelelahan.
Gie terkekeh kecil saat melihat kamar saat kecilnya yang tak berubah masih dengan warna pink cerah. Warna yang selalu Bundanya berikan walau Gie tak menyukainya. Foto-foto saat Gie kecil yang terbingkai indah di dinding membuat air mata Gie menetes.
"Bund, Bang. Aku kembali lagi kesini" lirih Gie.

"Jam 8 malam? Udh 2 jam dong aku tidur" pikir Gie. Setelah mengenang kamarnya Gie langsung tertidur dengan lelap.

"Duh haus, turun dulu deh" dengan gontai Gie keluar dari kamarnya. Matanya tak sengaja melihat kearah perpustakaan keluarganya yang mengeluarkan suara sangat berisik suara orang berbincang-bincang. Dengan rasa penasaran, Gie pun mendekati ruangan itu.

"Apa Gie menerima hal ini?" Suara Kakek menyeruak membuat Gie heran.

"Ya tapi dia menolak" Ayah menyahut.

"Jika Gie menolak, kalian tidak akan bisa menikah" kini suara nenek terdengar.

"Tapi kami sudah menyiapkan tempat ma, kami sudah siap tinggal menyebar undangan"
jawaban Ayah membuat Gie terdiam membeku.

"Ayah akan benar-benar menikah?" Pikir Gie terkejut.

"Tapi bagaimana dengan Gie?" Tanya Kakek.

"Dia pasti akan menerima Wulan, Yah. Bagaimana pun, Wulan itu bukan orang asing. Gie sudah mengenal Wulan dan saat kecil Gie juga sangat kenal dengan Wulan" tutur Ayah yang semakin membuat dada Gie sesak.

"Kapan acaranya?"

"Sabtu depan" rasa lemas menjalar dikedua kaki Gie. Hatinya mendadak kelu. Rasa cemas menjalar didirinya. Dengan gerakan pelan ia kembali kekamarnya dan mengambil kunci mobilnya dan pergi.

"Ini menyakitkan"

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang