7

5 2 1
                                    

Gie menuruni tangga tanpa semangat, matanya sembab, rambutnya berantakan, wajahnya pun kusut seperti keset didepan rumahnya yang sudah lama tak dicuci.

Matanya menangkap pemandangan asing di ruang makan. Biasanya ia makan sendiri dan hari ini ada 3 orang disana sedang asik berbincang dengan hangatnya. Hal yang sangat dirindukannya. Tapi dengan orang yang berbeda.

"Pagi Gie" sapa Tante Wulan hangat.
Dengan acuhnya Gie mengabaikan sapaan itu. Lalu menghampiri Bi Hiah.
"Bi, roti dong bi kaya biasa" pinta Gie.
"Lah non, bibi udah bikin masakan loh kok malah minta roti non?" Tanya Bibi heran.
"Gak ah bi. Gie mau roti aja" ujar Gie pelan.
"Gie sini sayang, makan sama-sama" suara Ayah menginterupsi. Membuat Gie membuang nafas dengan berat.
"Gak usah malas ganggu keluarga bahagia kalian" Kata Gie kesal.
"Gak jadi bi rotinya, Gie jadi gak nafsu" Tambah Gie lesu berlalu hendak meninggalkan ruang makan.
"Gie, kamu berangkat sama David" Perkataan itu sontak membuat Gie menoleh.
"Apa? Sama David? Gak usah Yah. Pak Ucup kan ada" tolak Gie.
"Pak Ucup ngatarin Ayah" jelas Ayah yang sontak membuat Gie memandang Ayahnya tak percaya. Gie menatap David yang menatapnya penuh harap.
"Gak usah, aku naik taksi aja" tolak Gie sembari melangkah keluar.

Baru saja membuka pintu, kejutan lain sudah menanti Gie. Hujan kembali mengguyur. Dilihatnya David sudah berdiri dibelakangnya dengan wajah cengar-cengir.
"Gi..." belum selesai David bicara. Gie langsung menerobos hujan itu.
"Keras kepala banget sih" pikir David

Gie menyusuri jalan dengan terburu-buru berharap bahwa seragamnya tidak akan basah. Tapi hal itu tak mungkin karna guyuran hujan sangat lebat.
"Emang pantas deh aku benci hujan. udah bikin kenangan orang kembali, bikin susah lagi dasar sialan!" Sepanjang jalan Gie terus menggerutu dengan sebalnya.

Tiba-tiba Suara klakson mengalihkan perhatian Gie, sebuah mobil hitam Yaris menepi, lalu kaca mobil turun menampakan sang pemilik.
"H..hai Gie" sapanya dengan wajah salah tingkah.
"Ha..i Ka Kennan" balas Gie kaku.
Ya orang itu adalah Kennan
"Mau ikut? Kamu akan kebasahan dan terlambat nanti" tawar Kennan.
Gie menatap jalanan sepi itu dengan bimbang. Lalu Menatap seragamnya yang sangat basah.
"Bolehkah?" Tanya Gie ragu.
"Tentu saja boleh" kata Kennan disertai senyumnya.

Dengan perlahan Gie membuka pintu mobil Kennan dan berlari kekoridor sekolah berharap hujan tak akan mengenainya lagi.
"Makasih banget ya ka" Ucap Gie seraya tersenyum kecil sembari menepuk-nepuk roknya.
"Iya gak masalah" kata Kennan.
"Ya udah ka aku kelas ya" pamit Gie, tapi tangan Kennan menahannya. Gie pun menatapnya dengan heran. Kennan melepas hoddie hitam miliknya lalu memberikannya pada Gie.
"Baju kami basah Gie, baju dalam kamu jadi kelihatan" bisik Kennan. Wajah Gie memerah tangannya langsung membentuk silang didepan dadanya. Tawa Kennan langsung meledak.
"Cepet pakai sana. Entar dipandangin laki-laki mesum" ujarnya seraya mengacak rambut Gie.
"Situ tuh mesum" cetus Gie pelan.
"Iya, buat kamu mah aku rela jadi mesum" gombal Kennan.
"Garing banget sih" ujar Gie sembari memukul tangan Kennan.
"Tuh keliatan dalamnya" heboh Kennan sambil pura-pura menutup wajahnya.
Gie dengan spontan kembali membentuk tangannya jadi silang.
"Mesum banget sih" Gerutu Gie.
Kennan terkekeh melihat kelakukan Gie yang sangat polos. Ia pun memakaikan hoddie itu ketubuh mungil Gie.
"Sini mana tangannya" ujarnya perhatian.
"Ih gak usah bisa sendiri"tolak Gie.
"Galak banget deh neng, btw neng situ pendek banget ya" Goda Kennan yang sontak membuat wajah Gie memerah.
"Enak aja tinggi aku 150, jadi gak pendek" sangkal Gie.
"Adek sepupu aku kelas 2 smp aja tingginya udah 153" ujar Kennan yang membuat Gie cemberut bete.
"Ihh maaf-maaf canda jangan marah dong" ujar Kennan sembari mencubit pipi Gie gemas.

"Iya mesra-mesraan saja kalian disitu ya" suara tegas menginterupsi mereka. Seorang wanita berwajah galak sedang menatap mereka.
"Ibu pagi bu" sapa Kennan sembari mencium tangan Ma'am Lisa
"Pagi juga Kennan, kamu pagi-pagi udah gombalin adik kelas ya Kennan" tangan Ma'am Lisa menarik telinga Kennan membuat telinganya memerah.
"Gie kamu gak apa-apakan? Diapain Kennan kamu?" Tanya Ma'am Lisa lembut.
"Enggak kok Ma'am, Ka Kennan meminjamkan saya jaketnya karna baju saya basah ma'am" bela Gie sembari menunjukan bajunya yang basah. Ma'am Lisa yang mendengar perkataan Gie melepaskan tangannya dari telinga Kennan lalu menatap Kennan dengan rasa bersalah
"Maaf Nan ibu kira kamu jahilin Gie" ujar Ma'am Lisa salah tingkah.
"Ya gak apa bu. Lain kali ditanya dulu bu. Sakit telinga saya" ujar Kennan memelas.
"Hehe iya maaf ya. Lain kali tidak lagi" kekeh ma'am Lisa.
"Ayo cepat masuk kekelas"lanjut Ma'am Lisa

Recommend song: First Love-Maudy Ayunda

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang