6 - Change

7.7K 539 101
                                    

Dana memandang cermin, melihat dirinya dari atas sampai bawah. Kemudian terfokus pada rambutnya yang selalu dikucir ekor kuda. Dia menggerakkan tangannya dan melepaskan ikatan rambut itu. Rambut sebahunya pun tergerai. Tak lama Dana mengangguk mantap. Mulai saat ini perubahan pertama yang akan dia lakukan adalah menggerai rambutnya.

Memasuki kampus, Dana tertunduk melihat beberapa orang memandanginya dengan aneh. Tak terkecuali Helena yang saat itu melihat Dana melewati dirinya saat duduk di bangku taman kampus. Helena menatap Dana dengan seringai meremehkan.

"Hei, coba lihat siapa yang sedang mencoba membaur sekarang..." serunya sinis.

Mendengar hal tersebut membuat Dana mau tak mau menghentikan langkahnya walaupun tubuhnya tak berbalik untuk menatap Helena yang sedang menertawakannya.

"Kau pikir dengan menggerai rambutmu kau merasa cantik?" ejek Helena lagi. "Kau tetap gadis aneh dan jelek. Ups, salah. Kau kan sudah bukan gadis lagi... Hahahaha!" ralatnya diikuti dengan tawa dan sorakan membahana semua orang yang berada di taman.

Dana hanya mematung. Menangis tanpa suara. Dia kemudian berjalan pelan berusaha tenang seolah semua baik-baik saja.

Dana menatap pantulan wajahnya di cermin. Tatapannya kosong namun matanya terus mengalirkan butiran-butiran bening. Helena tak pernah puas untuk menyakitinya. Apapun yang Dana lakukan akan selalu buruk di mata Helena. Tapi Dana tak kan membiarkan Helena terus menginjaknya. Ucapan menyakitkan yang baru saja Helena lontarkan tak kan menyurutkan tekadnya untuk berubah. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan berubah. Dan itu akan dia buktikan untuk membungkam mulut Helena.

***

Jam menunjukkan angka lima pagi. Langit masih tampak gelap. Namun Dana sudah bersiap dengan kaos dan celana trainingnya. Mulai pagi ini dan seterusnya dia akan berolahraga untuk menurunkan berat badannya. Dana mulai melakukan pemanasan di depan rumah. Tak lama setelah itu dia mulai berlari kecil menuju jalanan kota.

"Hhh... Hhh..." Dana berhenti setelah beberapa menit berlari. Napasnya terengah-engah. Dia membungkuk dengan tangan bertumpu pada lututnya. "Kenapa baru berlari sebentar saja rasanya capek sekali? Hhh.. Hhh..."

"Dana, apa yang sedang kau lakukan?"

Dana mengangkat wajahnya dan sedikit terkejut melihat Theo berdiri di sampingnya.

"Kau mengikutiku lagi?!" sewotnya langsung.

"Eh, tidak. Aku baru saja keluar dari rumahku." jelas Theo sambil menunjuk gerbang rumahnya.

Dana terdiam memandang sebuah Rumah dibelakang Theo.

Benar juga itu kan Rumah Theo. Kenapa aku bisa berlari sampai disini?

Dana jadi merasa malu sudah menuduh Theo. Tapi Dana ya tetap Dana. Gengsinya tetap tinggi. Jadi dia pergi begitu saja melanjutkan olahraganya tanpa menanggapi Theo.

"Hei Dana, tunggu!" panggil Theo sambil berusaha mengejar Dana. "Kau belum menjawab pertanyaan ku."

"Memangnya kau tidak bisa lihat aku sedang apa?! Aku kan sedang berolahraga."

"Kenapa kau berolahraga? Kau kan tidak gendut."

"Aku gendut. Berat badanku sudah mencapai enam puluh kilogram."

"Tapi kau masih cantik kok."

Dana menghentikan larinya dan menatap Theo jengkel. "Kau ini bisa diam tidak sih. Aku ini ingin langsing supaya bisa mengikuti kompetisi model. Untuk menjadi model harus memiliki tinggi dan berat badan ideal. Aku masih terlalu gemuk untuk menjadi seorang model."

Kiss Of A MermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang