Dragon

15.5K 1.3K 19
                                    

Part 2 : Alexa and Calista

Aku menatap kedua lelaki ini yang nampaknya tercengang akan kehadiranku dengan Ringgo. Mereka terus-terusan melotot tak jelas. Aku mendekat kearah mereka dan menepuk pipi keduanya.

"Ah Annaku tercinta!" Nalu memelukku dan mengelus kepalaku. Dia sangat lucu.

"Apa-apaan kau memeluknya begitu saja hah?" Louis menjitak kepalanya dan melepaskanku dari pelukannya. Dia tersenyum menatapku lalu menyentil dahiku. "Bodoh, aku benar-benar khawatir"

"Tadinya aku ingin menuliskan sesuatu lalu meminta Jack mengirimkan surat kalau aku baik-baik saja, tapi aku lupa membawa kartunya, hehe." Ucapku hanya menampilkan cengiran. Mereka berdua tersenyum, ah ya, aku lupa untuk mengenalkan Ringgo pada mereka. "Nalu, Louis, perkenalkan naga merah ini, namanya Ringgo."

Nalu menelisik tajam, dia mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir. "Siapa tadi? Binggo? Linggo?"

"Biarkan saja Anna, tidak usah dijawab." Louis meledeknya membuat Nalu menatap tajam pada Louis. Dia menyentilkan api pada ujung rambut Louis yang membuatnya panik dan segera memadamkannya dengan elemennya sendiri. "Hei kau! Kau mau membakar rambut indahku hah?!"

"Siapa suruh berkata seperti itu? Dan maaf kalau boleh jujur, rambutmu biasa saja." Ucapnya. Tingkah mereka membuatku tertawa, aku hanya meninggalkan mereka beberapa hari, tapi kelakuan mereka sudah berubah. Mereka lucu. "Kenapa tidak setiap hari saja kita bertingkah bodoh begini untuk melihatnya tertawa?"

"Kalian berdua memang sudah bodoh." Ringgo berbicara membuat Nalu dan Louis menatap tak percaya. Hah, mereka pasti terkejut kalau naga merah ini bisa berbicara.

"Kau bisa bicara?"

"Tentu saja."

Louis menggenggam tanganku dan aku menatap matanya seperti bertanya kenapa ia menggenggamku tiba-tiba. Louis tersenyum tipis, aku membalas senyumannya sedikit. "Kau berbeda."

"Kau lebih menyukai saat aku berbeda atau seperti dulu?" Aku sekadar bertanya padanya untuk bersenda gurau.

Dia mengerutkan keningnya. "Kau menggodaku?"

Aku terkejut mendengarnya, memalingkan wajahku sendiri. "Aku tidak berniat begitu."

"Hahahaha, aku hanya bercanda Anna, oh ya, saat ini sebagian bangunan akademi  hancur dan butuh waktu untuk memperbaikinya, jadi mulai sekarang, satu kamar dihuni tiga orang." Aku kembali menatapnya dan dia tetap tidak melepaskan genggaman tangannya pada tanganku. Aku hanya tersenyum, semoga saja teman sekamarku bisa berbaik hati padaku yang tak ada apa-apanya ini.

"Ini kunci kamarmu karena kau tidak hadir saat dibagikan kunci kamar baru, barang-barangmu juga sudah dipindahkan, dan penjaga uks menanyaiku apakah kau masih ingin berjaga atau tidak." Jelas Louis panjang lebar sembari memberikan kunci kecil itu padaku. Aku menerimanya, menatap lekat kuncinya. Kulihat Nalu yang masih saja berbicara dengan Ringgo. Aku terkekeh, dia banyak sekali bertanya pada Ringgo dan membuatnya kesal.

"Terimakasih, dan ya, aku masih ingin berjaga, ah beberapa hari lagi hukumanmu dan Nalu akan berakhir, kau pasti senang."

Dia menangkup pipiku. "Aku lebih senang berdua denganmu, kau janji 'kan akan pergi ke festival tahun baru denganku?"

Aku mengangguk.

-

"Bagaimana keadaannya?" Seorang lelaki nampak duduk di singgasana yang kokoh dan memegang segelas anggur, di sampingnya terlihat pria muda yang sepertinya sangat hormat padanya. "Dia punya pelindung, naga merah."

"Sial! Kenapa kau tidak membawanya padaku dasar pion tak berguna!" Ia melempar gelas itu dan membuatnya menjadi serpihan kaca yang menyakitkan untuk disentuh.

"Ayah tenanglah, pionmu itu sudah mati, mana mungkin dia bisa berguna jika saat hidupnya juga tidak berguna."

"Diam kau! Anakmu si Nalu itu juga tidak berguna!"

Lelaki tua itu berdiri dan meninggalkan singgasana dengan amarahnya.

Lelaki itu berhenti lalu menoleh. "Kau ingin kekuatan 'kan Aerald Gravano? Maka ikuti permainanku dan bujuk anakmu untuk membawanya kehadapanku." ucapnya pada lelaki yang masih duduk terdiam.

-

"Nalu yang terhomat, sudahlah tidak usah mengantarku sampai ke kamar, aku bisa mencari nomornya sendiri." ucapku saat melihat Nalu masih berjalan di sampingku dan menatap jalan dengan tajam.

"Sebagai kekasih yang baik, aku mengantarkan kekasihku agar sampai dengan selamat." Ucapnya melantur dan aku berhenti lalu dia menatapku.

"Sejak kapan aku menjadi kekasihmu?"

Dia menatap ke langit-langit. "Sejak kapan ya? Entahlah." Dia menarik hidungku yang membuatku kesakitan. "Kita latihan untuk turnamen yuk?"

Aku kembali berjalan sembali mencari nomor kamarku. "Turnamen apa?" tanyaku dan dia menggenggam tangaku sembari berjalan. Aku lelah, biarkanlah saja dia sesuka hatinya.

"Turnamen yang selalu diadakan setiap dua tahun sekali, disana kau akan berperang secara berkelompok menggunakan elemenmu."

"Heh? Elemen? Elemenku saja tidak ada dalam daftar."

"Sudahlah, yang penting punya." Ucapnya lalu aku berhenti saat melihat kamar nomor lima puluh sembilan. Dia tersenyum dan melepaskan genggamannya.

"Kau sudah sampai, pokoknya kau harus datang ke hutan pukul dua belas siang besok." Ucapnya dan langsung mengecup pipiku begitu saja lalu lari. Apa-apaan dia?! Ah sudahlah, tapi besok aku 'kan sudah berjanji untuk latihan dengan Louis, dan aku juga harus menjaga UKS. Masa bodolah.

Aku membuka kunci kamar dengan kunci yang diberikan oleh Louis lalu membuka pintu. Aku terkejut, melihat perempuan yang sedang duduk di bangku merah muda dan membaca buku dengan seriusnya.

"Calista?"

Dia menoleh saat aku memanggilnya. Aku rindu padanya, meskipun ada rasa kesal karena dia meninggalkanku begitu saja. Aku ingin sekali bertanya mengapa ia tak menghampiriku saat ayahku meninggal dan dituduh mata-mata kerajaan Dert. Aku ingin sekali bertanya mengapa ia menghilang dan tidak pernah lagi datang kerumahku untuk bermain. Aku kesal padanya, sekaligus aku rindu padanya. Seseorang keluar dari bilik kamar mandi dengan handuk di kepalanya.

"Oh hai, kita bertemu lagi."

"Alexa?" Dia tersenyum menyeringai menatapku. Dia orang yang selalu merundungku di sekolah dulu. Dia yang menyiramku dengan kekuatan airnya yang dingin itu. Dia Alexa, dan aku menjadi teman sekamarnya sekarang. Alexa dan Calista. Mengejutkan.

[]

ACADEMY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang