Part 2 : Louis vs Nalu
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu Anna." Ucapnya langsung menarik tanganku padahal aku belum mengatakan 'iya'
Grep!
Nalu menarik tanganku yang membawa kotak p3k. Sekilas, Pangeran Louis mendadak menoleh ke belakang dan melihat Nalu yang menunjukkan seringaiannya. Kenapa Nalu jadi semenyeramkan ini? Dia seperti diliputi aura kegelapan saja sekarang. Tapi rasanya, aku pernah merasakan aura ini. Atau ini hanya perasaanku saja?
"Kau tak boleh membawanya." Nalu berujar dengan lantang membuat beberapa pasang mata melihat kearah kami bertiga. Mereka berdua sih santai saja dilihat orang-orang seperti itu, tapi aku? Rasanya sangat tidak menyenangkan, aku ingin pergi dari sini. Namun jelas, dua orang itu mencengkram tanganku seolah aku akan hilang jika dilepas.
"Memangnya kenapa?" Tanya Pangeran Louis masih dengan nada suaranya yang begitu berwibawa.
"Dia milikku." Ucap Nalu membuatku terkejut. Dia menatapku hangat dan memberikan senyumannya, tapi saat menatap kearah Pangeran Louis, tatapannya seakan dia akan membunuhnya. Ini gawat.
"Milikmu?" Pangeran Louis tertawa kencang. "Bagaimana bisa orang dari negeriku menjadi milikmu? Dia itu milikku, jangan mengaku-ngaku."
Hei, haruskah kukatakan bahwa aku bukan milik siapa-siapa? Apa itu akan memperbaiki keadaan atau malah memperburuknya?
"Eh tapi, bukankah lebih baik jika kita bicara disini saja?" Tanyaku ragu dan mereka menatap kearahku. Masih dengan cengkraman mereka. Mungkin tanganku akan memerah jika terus seperti ini. Karena, setelah ucapanku tadi sepertinya malah bertambah buruk.
"Tidak mau!" Teriak mereka berdua dengan lantang. Oh ya ampun, rasanya jika aku punya elemen api, ingin sekali aku memberikan sedikit percikan api di tangan mereka agar aku bisa pergi dari sini.
"Bagaimana kalau duel?" Tantang Nalu dan Pangeran Louis mengiyakannya. Ini semakin rumit, haruskah aku pergi dan tak usah melihat mereka berdua berduel? Aku mencoba mundur sedikit demi sedikit saat mereka melepaskan tanganku dan bersiap untuk duel. Lebih baik kalau tadi aku tetap berbaring di kamar. Ah, itu terasa menyenangkan. Aku akan kembali ke kamarku.
Geezz!
Apa ini? Tanah? Kakiku berhenti karena tanah ini yang begitu kuat melilit kakiku. Tapi, siapa yang punya elemen tanah? Setahuku, Nalu itu elemen transportasi dan Pangeran Louis itu angin. Oleh sebab itu dia bisa memanggil pelayan dengan sebuah surat dan menerbangkannya dengan cepat.
"Mau kemana, Anna?" Ucap Nalu menyeringai padahal sudut bibirnya masih sedikit berdarah karena tinjuku tadi. "Lihat kami hingga selesai berduel oke?"
Nalu membawaku dengan elemen tanahnya ke pinggir taman. Dia segera memencet jam tangannya yang memang disediakan oleh akademi jika seseorang ingin bertarung untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Tapi yang masih aku pikirkan, dia punya lebih dari satu elemen?!
"Cepat aktifkan jam tanganmu itu, kau masih ingin mengikuti peraturan 'kan?" Tanya Nalu kepada Pangeran Louis yang dengan cepat memencet jam tangan dan tetap memasang tatapan elangnya. Mata hitamnya begitu memerangkap siapa saja yang menatapnya.
Tiba-tiba saja, jarum tanah mencuak dari dalam tanah dan menyerang Pangeran Louis tapi dia bisa menghindari serangan Nalu dengan mudah.
"Hah? Hanya itu?" Ucap Pangeran Louis dan menggerakkan air yang entah datang darimana. Dia, menggabungkan elemennya. Menjadi es. Elemen air dan angin. Sungguh sempurna. Aku hanya terdiam kaku melihatnya, tiba-tiba saja salju turun di sekitarku.
"Kau menyukainya Anna?" Tanya Pangeran Louis yang sepertinya tahu bahwa aku suka salju dan aku hanya menjawab pertanyaannya dengan anggukan plus senyuman canggung. Lagipula aku masih terperangkap karena tanah bodoh ini!
Kurasakan dingin menggelayutiku karena turunnya butiran-butiran salju. Aku mengadahkan kedua tanganku dan sudah terlempar entah kemana kotak p3k itu. Rasanya benar-benar seperti salju, ini sungguhan? Namun, ini agak berbeda karena lebih keras dari pada salju. Yah, lebih seperti es yang diserut tapi aku cukup menyukainya. Jika kakiku tak terperangkap seperti ini, mungkin aku sudah mulai membuat boneka salju sekarang.
"Hentikan saja duel ini, toh dia tak menyukaimu 'kan? Lihat bagaimana senangnya ia melihat saljuku." Ucap Pangeran Louis. Eh apa kalau aku menyukai saljunya itu otomatis membuatku menyukainya? Nalu terlihat geram, aku berhenti dari kegiatanku mengagumi salju Pangeran Louis dan melihat Nalu yang amarahnya mulai memuncak. Gawat, bagaimanapun juga Nalu adalah seorang Pangeran dan ini bisa berdampak buruk padanya.
"Cih, kau terlalu banyak omong!" Ketus Nalu dengan dahinya yang mulai nampak berkeringat padahal udara sedang dingin.
"Bukankah kau yang tadinya begitu banyak omong?" Pangeran Louis menatapnya datar, dia begitu santai menghadapi Nalu.
Mereka bertarung mati-matian padahal jam tangan yang ada di tangan mereka sudah mulai menyetrum dengan kuat. Namun seakan tak peka, mereka membiarkannya. Entah apa yang akan terjadi, kuharap mereka baik-baik saja.
Mereka berdua berhenti, dengan darah dan luka gores dimana-mana. Tanganku rasanya geram, ingin sekali aku mengobati luka itu satu persatu. Dan bodohnya, mereka mengeluarkan serangan terkuat, dan membuat semua orang berhamburan. Nalu, lagi -lagi dia mengejutkanku dengan kekuatannya. Dia juga punya elemen api, dia punya tiga elemen. Dan pangeran Louis, dia keturunan elemen petir asli.
"Kau tahu? Sebenarnya aku tak pernah bisa mengeluarkan tiga elemen ini sekaligus, tapi kurasa berkat pertarungan ini aku jadi tahu bahwa aku kuat." Ucap Nalu dengan sombongnya yang berteleportasi kesana kemari membuat lingkaran api yang melingkari mereka berdua. Hei, api melawan air. Mereka akan lenyap.
"Rasakan ini!" Pangeran Louis berlari dengan pedang es nya dan petir yang sedari tadi telah menyerang Nalu. Dan Nalu pun berteleportasi ke belakang Pangeran Louis untuk menyerangnya. Kulihat jam itu sudah mulai menyerap kekuatan dan menyetrum dengan kuat tapi mereka tetap saja tak mau berhenti. Untuk apa jam itu diciptakan?! Untuk apa mereka mengaktifkan jamnya jika peringatan dari jam itu saja tak digubris oleh mereka berdua?!
Dengan cepat Pangeran Louis bergerak dan berduel. Tanah api di tangan Nalu, dan pedang es di tangan pangeran Louis. Dan di tangan satunya, mereka membawa kekuatan api dan es.
Tidak! Berhenti mereka bisa mati! Hei! Tak adakah pihak sekolah yang membantu?!
Ini hari libur, pasti sebagian guru sedang pergi. Dan Miss Serena selaku kepala sekolah juga sedang rapat di desa seberang. Aku harus menghentikan mereka!
Brak! Brak!
Tiba-tiba saja sulur-sulur tanaman melilit kaki mereka dan melempar mereka jauh. Elemen siapa itu?
Kulihat mereka berdua menoleh kearahku dengan wajah yang sudah kotor karena debu.
"Anna?" Mereka berdua melihatku heran.
Loh, Apa yang aku lakukan?
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
ACADEMY [END]
FantasíaAnna tidak pernah berpikir bahwa ia bisa bersekolah di akademi elemen yang terkenal itu. Ia tidak tahu mengapa dirinya yang bahkan sangat lemah dalam memakai elemen bisa masuk dan belajar di sana. Hingga akhirnya, kebenaran sedikit demi sedikit terk...