Anna Guerelia

22.6K 1.8K 76
                                    

Part 3 : Anna's school

Lantunan musik alam benar-benar merdu, membuat suasana tenang dan begitu nyaman. Aneh, kenapa taman belakang sekolah tak pernah diminati saat istirahat? Suasananya bahkan sehangat ini. Aku membawa bekalku, hanya sebuah roti gandum yang biasa kubawa. Kulihat tiga orang berjalan kemari, Alexa dan temannya. Mau apa lagi dia? Tak cukupkah ia melihatku yang kesusahan seperti ini?

"Hei, seharusnya kau tahu diri dan mematuhi perintahku dengan baik!" Alexa menarik rambutku rasanya perih sekali, kepalaku berdenyut sakit. Tidak, aku tidak boleh melawannya karena ibu bisa kena masalah juga karena sekolahku. Aku tidak mau melihat ibu sedih dan kerepotan dengan hal semacam ini.

"Alexa, uruslah urusanmu sendiri." Ucapku menatap Alexa dengan tangannya yang masih menarik rambutku kasar. Dia tak peduli dengan omonganku, malahan ia tersenyum menyeringai dan menyiram air ke arahku dengan elemennya. Dingin, aku begitu kedinginan. Aku melihat seragamku yang basah. Seragam ini hasil jerih payah ibu dan dia sama sekali tak menghargainya! Alexa, dia benar-benar.

"Kenapa? Kau ingin melawanku? Hahah, bahkan kau tidak punya elemen." Aku menggeram, memang apa salahnya tidak punya elemen? Apakah hidupku harus seperti ini?

Tidak. Aku tidak boleh menyerah.

"Kau tahu? Seharusnya kau urus-urusanmu sendiri!" Teriakku dan membuatnya malah tertawa semakin keras bersama teman-temannya.

"Kenapa? Mau melawan?" Tanyanya dengan tatapan mengejek. Dia mengikat rambutnya dengan ikat rambut berwarna biru.

"Bagaimana kalau kita selesaikan ini dengan cepat?" Alexa mulai mengeluarkan air lagi, kali ini berbeda, dia membuat bola air yang besar dan mengarahkannya padaku. Aku terjebak di dalamnya dan membuatku tidak bisa bernapas, aku harus keluar dari sini.

"Kau seharusnya dari dulu mati saja, orang miskin sepertimu tidak pantas disini."  Dia tertawa, dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi aku, penduduk biasa yang bahkan tak punya elemen untuk membantu kehidupan sehari-hari. Dan dia, dari kasta yang lebih tinggi dariku tentu saja memiliki kekuatan yang lebih.

Aku hampir kehabisan napas, aku bahkan tidak bisa bergerak dalam bola air ini. Aku, beginikah akhirnya? Tidak, aku harus mencoba berenang, keluar dari sini. Aku menggerakkan tangan dan kakiku, tidak napasku.

Hampir habis.

-

Aku membuka mataku, rasanya seluruh tubuhku sakit sekali. Kuedarkan pandangan melihat sekitar, ternyata aku berada di unit kesehatan sekolah. Namun, siapa yang membawaku kesini? Alexa? Tidak mungkin. "Kau sudah bangun? Lama sekali."

Nalu? Mengapa dia ada disini?

"Mengapa kau bisa ada disini?" Tanyaku, ah kepalaku berdenyut sakit sekali.

"Kau kenapa? Kepalamu sakitkah?" Tanyanya mendekat kearahku dan duduk di bangku di samping tempat tidur.

Aku menggeleng. "Tidak, ah kau belum jawab kenapa kau bisa ada disini?" Dia mengambil segelas air di meja dan memberikannya padaku. Aku menyesap sedikit air dan memberikan kepadanya lagi.

"Hanya kebetulan, aku salah melakukan teleportasi dan sampai di tempat di mana kau berada." Aku tertawa, pangeran sepertinya ternyata tak sehebat yang kubayangkan. "Hei, mengapa kau tertawa?" Tanyanya menatap datar kearahku, sikapnya benar-benar dingin seperti aku musuhnya saja.

"Kukira pangeran itu punya kekuatan yang hebat, tapi kau malah melenceng terus." Jawabku dan dia kelihatan sedikit tersenyum.

"Kau ini, aku hanya manusia biasa meskipun pangeran, tentu saja aku punya kelemahan dasar bodoh." Dia mengacak rambutku, jujur kepalaku masih sedikit sakit karena tarikan itu. Dia melihat kearah jam dinding dan membuatku juga menatap jamnya. Pukul lima sore? Oh tidak, aku harus memasak makan malam untuk ibu dan mengangkat jemuran sekarang.

"Aku harus pergi."

"Aku harus pergi."

Aku dan Nalu bertatapan, lalu kami tertawa. Baiklah, kita berdua punya urusan yang lain. "Biar kuantar dengan teleportasi." Ucapnya dan aku mengangguk, dia tak akan salah lagi kali ini kan?

"Kemana tujuanmu?" Tanyanya memeluk pinggangku dengan satu tangan.

"Ke rumahku, di bagian utara oxel." Oxel, negaraku yang makmur dan sejahtera tapi bagi sebagian penduduk yang kekurangan, sama sekali tidak sejahtera. Dia menggerakkan tangannya, seketika itu aku dan Nalu melesat dengan cepat.

-

Ternyata dia tidak melenceng, bahkan tepat di depan rumahku. Dia menatap kearahku "Kau tinggal disini?" Tanyanya dan aku mengangguk.

"Mau masuk?" Dia menggeleng dan berpamitan padaku karena ada urusan. Ia segera pergi dengan teleportasinya yang kuharap tepat sasaran. Aku menatap langit, mendung sekali. Buru-buru aku mengangkat jemuran dan sepertinya ibu sedang pergi sekarang kerumah Bibi Em seperti biasanya untuk membeli kue jahe lagi.

Aku masuk ke dalam rumah dengan membawa pakaian yang selesai dijemur, hari ini aku akan masak apa ya untuk makan malam? Telur dadar kesukaan ibu atau sayuran?

Krieett....

Kulihat pintu terbuka dan ibu tersenyum dengan penuh arti, lalu terjatuh ke lantai. Ibu, dia...

Tertancap anak panah.

[]

ACADEMY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang