Heartbeat

12.6K 1.1K 119
                                    

Part 3 : Who?

Anna melangkahkan kakinya pelan. Mengikuti kelas ramuan, latihan elemen, bela diri, dan juga berjaga di UKS sedikit membuatnya kelelahan. Apalagi saat dia melakukan kesalahan dengan mencampurkan daun mint pada ramuannya. Yang seharusnya tidak ia lakukan. Dia memijit pelipisnya pelan, lalu berjalan kearah kamarnya yang kini hanya dihuni olehnya setelah kedua temannya itu di penjara karena bersekongkol dengan pengebom sialan itu yang entah siapa namanya.

Dia masih berjalan di koridor, kamarnya lumayan jauh. Anna memicingkan matanya, melihat Louis yang tersenyum dan melambai kearahnya. Pangeran itu dengan kerennya berjalan kearahnya dan menggenggam tangan Anna begitu saja. Ada perasaan gemericik membuncah di hatinya kala tangannya digenggam oleh pangeran itu.

"Kau lelah ya?" Tanyanya sembari mengajak Anna berjalan. Yang ditanya hanya mengangguk, Louis menariknya pelan ke arah taman dan dia bersandar di pohon kokoh, memejamkan matanya. Anna yang melihat itu ikut duduk di sampingnya. "Pejamkan matamu, rasakan semilir angin yang berderu."

Anna mengikuti perintahnya, tak sadar bahwa Louis membuka matanya dan melihat wajah damai milik gadis itu yang senantiasa terasa nyaman di matanya. Dia mengelus rambut Anna pelan, membuat gadis itu tambah merasa nyaman. Lagi, Louis memperhatikan bibir gadis itu. Sungguh, dia ingin merasakannya sekarang juga. Namun, niatnya dia urungkan. Anna mungkin tak akan suka dengan hal itu.

"Louis?" Mendengar namanya yang diucapkan dari mulut gadis itu membuatnya tersenyum senang.

"Apa?"

"Nalu sudah kembali?" Louis tak suka saat Anna menanyakannya. Dia geram, napasnya berat. Kesal, dia menanyakan Nalu yang sialan itu. Louis tanpa sadar menggenggam tangannya erat, menyalurkan kehangatan dan membuat gadis itu lupa akan pertanyaannya tadi.

"Lou? Apakah kau sedang ada masalah?" Tanyanya seperti menelisik dirinya. Sejak tadi Louis urungkan niatnya bercerita. Tentang kerajaannya yang dengan semena-mena menjodohkannya dengan putri kerajaan Aleviana. Louis tidak suka gadis itu, meski bisa dibilang ia cukup sempurna. Siapa yang tak menyukainya? Putri Ariana dari kerajaan Aleviana yang cantik dan mempesona. Kepintaran dan keanggunannya membuatnya didambakan para lelaki. Namun, tetap saja Louis tidak suka. Dia menyukai gadis kecilnya ini.

"Lou, ceritalah."

"Baiklah, aku dijodohkan dengan putri Ariana.." Anna terkejut mendengarnya.

"Anna, aku mencintaimu, bukannya dia, aku akan memikirkan caranya, tunggulah sebentar saja, aku mohon.." Louis menggenggam kedua tangannya erat. Menatap maniknya sendu sekaligus hangat. Ada perasaan senang, saat mengetahui Louis mencintainya.

"Baiklah, aku menunggumu."

"Aku mencintaimu, selalu."

Tanpa mereka sadari, pria bertudung hitam merasa kesal melihat keduanya tengah bersamaan. Entah mengapa, dia juga tak tahu. Yang dia ingat, dia hanya mengenal gadis itu karena dia adalah incaran tuannya yang nyatanya adalah kakeknya sendiri. Tapi mengapa? Mengapa dia merasa seolah dia mencintai gadis bernama Anna itu. Sebenarnya, dimana kebenaran tentang hidupnya? Nyatanya, pikirannya tengah dimainkan oleh sebuah ramuan milik ayahnya sendiri. Yang membuatnya lupa ingatan. Nalu gravano, pria menyedihkan itu hilang ingatan. Dan bergabung dengan kerajaannya.

-

Kedua gadis cantik dengan rambut lurusnya tengah berdiri di hadapan singgasana dan melihat seseorang tengah duduk dengan angkuh disana. Pria yang sudah muncul guratan keriput itu tersenyum menyeringai.

"Kalian gagal, tapi tak apa, aku masih membutuhkan kalian." Ucapnya lalu meneguk segelas anggur dan mengelap mulutnya dengan perlahan. Membuat kedua gadis itu sedikit jijik. Alexa dan Calista, gadis yang sekarang tengah bergabung dengan kerajaan Dert itu menghembuskan napasnya pelan. Setelah diselamatkan dengan pria bertudung dan dibawa kemari, mereka tak tahu apalagi misi mereka kali ini. Namun, jika imbalannya menggiurkan, mereka akan menerimanya dengan senang hati.

"Aku akan memberi semua yang kalian inginkan, bahkan wilayah untuk memerintah, tapi ada satu syarat." kedua gadis itu mengeryit saat mendengar kata 'syarat' yang diucapkan lelaki itu.

"Membawa Anna guerelia kesini, dan pastikan dia hidup." Lanjutnya membuat keduanya tersenyum. Mereka berdua akan mendapatkan apa yang mereka inginkan hanya dengan membawa Anna? Apa yang spesial dari gadis itu sebenarnya? Alexa berdecak, lalu detik kemudian dia tersenyum penuh arti.

"Tentu tuan Pycan, atau boleh kupanggil kakek dari pangeran Nalu?" Ucap Alexa dan Calista nampak membulatkan matanya. Seumur-umur, dia tak pernah mengetahui apa-apa soal kerajaan Dert. Namun, Alexa? Dia seolah menyimpan banyak rahasia yang ia ketahui.

Orang yang dipanggil Pycan itu tertawa kencang. "Kau mau tahu? Sebenarnya aku bukan kakeknya, dan aku dengan begitu mudahnya masuk kedalam silsilah kerajaan Dert dengan mudah, aku tak mungkin memberitahumu bagaimana caranya 'kan? Dan sebenarnya, aku adalah kakek dari Anna guerelia itu sendiri, dan juga, ayah dari wanita payah yang menyebarkan kekuatannya ke seluruh penjuru dunia." ucapnya panjang lebar.

"Maksudmu?" Tanya Alexa seakan ada yang aneh dari pria tua ini. Oh, memang sedari tadi pria ini aneh.

"Kau tak perlu tahu, cukup lakukan apa yang aku perintahkan dan kau mendapat imbalannya." Ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan ruangan sekaligus Alexa dan Calista yang masih mengeryit heran. Benarkah tindakan mereka berdua mengorbankan Anna demi keinginannya? Ya, ini pasti benar. Meskipun awalnya Alexa tulus ingin berteman dengan Anna, dia tetap tak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini. Dan Calista, ada perasaan mengganjal dihatinya seolah berkata...

Jangan lakukan itu.

[]

ACADEMY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang