B

16.1K 1.4K 26
                                    

Setelah memastikan langkah kaki kakak beradik itu tidak lagi terdengar di koridor barulah Midas berani menghela napas panjang.

"aku sudah memutuskan."

"Maribelle Glinden orangnya."

"...aku tidak bisa menikahi yang 'bukan siapa – siapa' kau tahu?"

Midas menggoyangkan kepalanya, mengenyahkan suara Leonard yang sebenarnya tidak ingin ia dengar. Rencana pria itu bukanlah urusanku, sama sekali tidak ada hubungannya, akan tetapi ini penting bagi seluruh gadis yang datang dengan harapan Leonard menepati janjinya untuk menyeleksi seluruh gadis secara adil tanpa mempertimbangkan latar belakang.

Midas menepuk kedua pipinya, biasanya dengan cara itu kesadaran seseorang akan kembali pulih, "oh, ini bukan urusanku, aku tidak boleh terlibat konspirasi Yang Mulia." Ia menegaskan sambil melangkah keluar dari bilik, "tidak kusangka dia lebih rendah dari Alistair." Ia menutup mulutnya, "astaga, Midas! Apa yang kau katakan?"

Jalan pikirannya terbagi menjadi dua dan ia tidak yakin mampu mengontrol ide manakah yang akan ia utarakan nanti. Ia berharap agar tidak mengucapkan satu pun yang ia dengar dalam ruangan ini.

"Sudah kubilang, alkohol adalah malapetaka." Rutuk Midas kesal sambil berjalan di sepanjang koridor, ia menangkupkan tangannya di dada untuk menenangkan detak jantung yang semakin cepat.

Langkahnya terhenti di ambang pintu ganda menuju aula, melihat puluhan bahkan ratusan gadis yang tertawa gembira dengan pasangan dansa mereka membuat Midas berempati. Seberapa tinggi harapan mereka akan ajang ini? Ketika pandangannya beralih pada gadis lembut dan paling bercahaya di tengah lantai dansa, perutnya melilit. Maribelle akan menjalani pernikahan neraka dengan pria itu.

Terpikir olehnya sebuah ide gila, bagaimana jika ia naik ke atas podium dan mengumumkan apa yang telah ia dengar? Namun setelah melirik pada beberapa pria berdada tegap di pinggir ruangan, pundaknya bergidik ngeri karena teringat cengkeraman mereka yang tegas dan nyaris menyakiti kulit Midas kala itu, ia pun membatalkan ide gilanya. Sekali lagi itu bukan urusanku.

Ketika tubuhnya kian gelisah dan tidak sengaja menabrak bahu pedansa di pinggir ruangan, Midas merasa akan lebih baik jika ia pergi dari sini sebelum otak dan lidahnya tidak sejalan lalu dunianya sebagai gadis sederhana akan berakhir. Surat kabar akan memberitakan; 'Seorang Gadis Mabuk Meracau Soal Tujuan Ajang Putri Mahkota', atau mungkin 'Midas Framming jauh – jauh dari Malvone hanya untuk mendekam di penjara Pangeran Leonard karena pencemaran nama baik', bagaimana reaksi Mr Framming?

Dengan tubuhnya yang tipis ia mudah menyelinap di antara pasangan dansa tapi fakta – fakta tadi telah sampai di ujung lidah dan mendesak ingin keluar dari kepalanya.

"Anda tidak diijinkan pergi hingga acara selesai. Silahkan kembali ke aula."

Seorang pria berbadan tegap menghalangi jalannya dan memintanya dengan tegas untuk kembali ke lantai dansa. Terlalu pesimis memenangkan perdebatan yang bahkan belum dimulai Midas memilih kembali ke aula dengan pundak turun dan wajah ditekuk masam.

"Sebenarnya apa yang sudah kuminum?" gerutu Midas sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Aku akan menemanimu."

Langkahnya terhenti. Seorang gadis menjajarinya, gadis itu lebih tinggi darinya dengan wajah cantik yang lembut. Irisnya berwarna hazel dan rambutnya coklat pekat. Midas mengernyit karena merasa tidak mengenali gadis itu—bertemu pun tidak sebelum malam ini.

Pandangan Midas turun ke arah gaun yang dikenakan gadis itu, bukan bahan terbaik walau terlihat mengagumkan di tubuhnya yang ramping dan padat. Apakah dia salah satu gadis jelata yang juga menaruh harapan tinggi akan ajang ini?

Throne Of Love (#3 White Rose Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang