F

15.3K 1.4K 15
                                    

Baik Midas maupun Keenan terperangah tidak percaya. Bukankah mereka akan memainkan peran seolah semua ini nyata dan bukan melalui sebuah pengaturan? Tapi Leonard mengatakan 'ya' dengan tegas. Apakah pria itu akan membuka kartunya dan mengakhiri permainan?

Wajah semringah Maribelle sedikit menegang, "kami semua sangat iri, Yang Mulia."

"Miss Framming dipilih karena latar belakangnya. Dia adalah representatif masyarakat kasta menengah ke bawah. Aku tidak tahu mengapa juri hanya memilih kasta atas padahal aku sudah berjanji bahwa ajang ini terbuka untuk semuanya."

"Anda cukup adil, itu bijaksana sekali, Yang Mulia." Puji Maribelle.

"Kalian tentunya tidak merasa terancam, bukan? Dan, Miss Framming-" ia menoleh pada Midas, "tentunya kau tidak merasa rendah diri karena alasanku, aku memberimu kesempatan untuk bersaing secara adil menjadi permaisuriku."

Rendah diri? Secara tidak langsung kau baru saja menempatkanku pada kotak yang hanya ada aku di sana. Kau mendiskriminasiku. Jerit Midas dalam hati. Ia memaksakan senyum dan menjawab, "saya merasa sangat terhormat, Yang Mulia. Dan untuk membuktikan bahwa saya tidak rendah diri, saya akan membuat Anda memandang ke arah saya."

Leonard memang melakukannya ia membalas tatapan Midas dengan raut wajah setenang biasa, namun di dalam hatinya timbul perasaan cemas, bagaimana jika ia mulai memikirkan gadis itu? Bagaimana jika Keenan benar bahwa kandidat lain mendistraksi fokusnya terhadap Maribelle?

"Kau terlalu percaya diri, Miss Framming." Gerutuan Brianne mengalihkan perhatian mereka semua dari kedua orang itu. Detik berikutnya ruangan ramai dengan gerutuan kandidat lain.

Astaga! Apa yang sudah kukatakan, membuat Leonard memandang ke arahku? Oh, ya, jika lehernya sakit. Midas mengutuk kebodohannya, "well, aku hanya merasa yakin." Bantah Midas lirih.

Brianne menggerakan sudut bibirnya dengan sinis lalu mengalihkan pandangannya dari Midas. Napasnya tertahan ketika pria bercambang itu menatapnya dengan alis tertaut. Brianne menelan salivanya perlahan, oh, apakah aku sudah mengundang perhatian?

***

Nilai pelajaran sejarah kerajaan Midas adalah yangterburuk oleh karena itu ia mendapatkan tugas khusus untuk mengisi 'seratus pertanyaan dasar' seputar sejarah klan Abraham. Dengan berat hati ia merelakan waktu istirahatnya untuk membaca di perpustakaan.

Seperti malam ini ketika yang lain sudah naik ke ranjang mereka masing – masing, mendapatkan pijatan dari terapis, atau menghubungi keluarga mereka, Midas masih berkutat dengan berbagai judul buku tua tebal setelah Alana membantunya menyisir rambut sebelum tidur.

"Saya membawakan kopi untuk menemani belajar Anda, Miss." Alana datang dengan sepiring biskuit dan satu cangkir besar kopi dengan krim.

Midas mendesah lega melihat Alana setelah satu jam hanya memandangi barisan huruf tanpa gambar. Dua tumpuk buku setinggi satu meter berdiri di setiap sisi tangan Midas, mereka adalah buku sejarah tentang Greatern.

"Perlu bantuan?" Tawar Alana ragu.

Ia sempat tergoda untuk membagi sisa soalya dengan Alana namun itu sama saja membebani asistennya yang sudah bekerja keras dengan tugas yang tidak seharusnya. Midas pun menggeleng lemah, "tidurlah! Kau harus berhasil membangunkanku besok pagi."

"Anda yakin?" Karena Nona-nya mengangguk, Alana mengulurkan selimut tipis untuknya, "gaun Anda terlalu tipis gunakan untuk menutupi pundak Anda karena malam akan semakin dingin, Miss."

Midas ingin sekali memeluk pelayannya, "terimakasih atas perhatianmu, Alana. Aku terharu."

Begitu Alana pergi, Midas kembali sendirian dalam ruangan besar di lantai dua dengan ribuan buku. Untuk menjawab pertanyaan selanjutnya ia harus memanjat tangga dan mencari buku lain yang tidak ia ketahui letaknya di antara belasan rak itu.

Throne Of Love (#3 White Rose Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang