Epilog

59 15 10
                                    

"MAMAH!"

  Zara berlari kedalam rumah, dan begitu pula Adrian yang tidak mempedulikan motor besarnya ditaruh diluar rumah Zara. Zara mencari-cari, dimanakah mamah? Suara jeritannya terdengar lagi, dan dapat dipastikan bahwa mamahnya tengah berada di kamar Zoeey.

"Mamah!"

  Dilihat nya Vita tergeletak berlumuran darah di lantai, leher, kaki, mulut dan hidungny mengeluarkan darah. Zoeey menangis disamping kakaknya itu, apa yang terjadi sekarang menambah luka hatinya, seolah-olah kejadian ini merobek lebih kuat hati Zara yang sudah hampir hancur.

"Mah, jangan tinggalin Zara mah, mamah bangunnnn.. hiks" ia mengguncang kuat tubuh mamahnya, sementara Zoeey tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Ra, gak ada ciri ciri pembunuhan disini, gak ada pisau atau apapun" jelas Adrian, yang mengecek sekitar kamar Zoeey.

"Mah.. Jangan tinggalin Zara mahh.. Mamahhhhh" Zara menangis sekuat-kuatnya, sambil terus mengguncang tubuh Vita lebih keras.

"S..ay..yang" Vita perlahan membuka matanya, dan berusaha meraih pipi anak perempuan pertamanya itu.

"Mamah, mamah kenapa begini? Kenapa?"

"Mamah titip ade ya sayang. Titip abang. Titip papah juga ya. Adik mamah gak izinin. Mamah. Buat tinggal. Lebih lama. Dari sekarang. Adrian.." Vita meraih tangan Adrian yang berada di sebrang Zara.

"Ya mah?" Matanya mulai meneteskan air mata.

"Titip Lia ya. Jagain dia. Mamah harap. Kamu. Bisa jagain Lia"

"Mamah gak boleh ngomong gitu, mamah harus tahan rasa sakit, Adrian udah panggil ambulan kesini"

"Percuma. Mamah gak akan. Bisa bertahan. Makasih. Udah mau jaga Zara." Vita mengelus pipi Adrian dan menghapus air mata Adrian. Tubuhnya langsung melemas, dan tiada kata yang keluar dari mulutnya lagi.

"MAMAAAHHHHH"

  Untunglah ambulan segera datang, dan membawa Vita ke rumah sakit. Sementara Zara, Adrian dan Zoeey membersihkan sisa darah di lantai, dan langsung pergi menyusul Vita ke rumah sakit.

  Kedua anak Vita juga Adrian sudah berada di depan UGD. Pihak dokter belum ada yang keluar, ini sangat membuat Zara tak tenang untuk duduk diam didepan UGD.

"Dok! Gimana keadaan mamah saya? Dia baik baik aja kan?" Tanya Zara. Sementara Zoeey tertidur di gendongan Adrian.

"Maaf, kami sudah berusaha, tapi pasien tidak dapat terselamatkan. Dan silahkan mengurusnya di bagian administrasi"

"A.. pa.." tubuh Zara melemas, ia bagaikan kehilangan seluruh tenaganya. Ia mundur hingga bertemu di dinding yang ada di sebelah kursi tunggu, lalu duduk sambil bersandar di dinding. Ia menanam wajahnya di dalam lipatan kakinya.

"Ra.." Adrian memegang lembut tangan Zara.

"Kalau gua gak ikut acara tadi, semua gak akan kacau kayak sekarang. Hiks.. Gua kehilangan semuanya.. hiks.. semua termasuk mamah" ia tak bisa berhenti menangisi mamahnya. Adrian membiarkan Zara tenang dan mengurus jenazah mamah Zara.

  Hari ini dimana seluruh kerabat keluarga Zara berkabung, tertunduk dan menatap kosong segunduk tanah yang bertancapkan kayu bertuliskan 'Vita Kusnindi binti Wisnoyoputro'. Ya, mereka yang berpakaian gelap tengah menatap pilu tanah yang menimbun jenazah Vita.

  Geo, suaminya, ia pulang dari Simgapura dengan sangat mendadak jam 06.10 tadi pagi, ia sangat ingin menghadiri pemakaman istri tercintanya. Ia seorang lelaki yang paling tegar diantara laki-laki yang ada disana, tidak ada isak tangis yang terdengar dari dirinya. Ia sudah cukup untuk menangisi kepergian Vita, sekarang ia harus terlihat kuat agar anak-anak nya terutama Zara, berhenti terlarut dalam kesedihan ini. Geo tau, Zara sangat merasa kehilangan akan Vita yang begitu dekat dengannya, hingga ia ketahui, Zara tak henti henti nya menangisi kepergian Vita, sedari Zara mengetahui Vita telah tiada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hold On [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang