Enam Belas

63 16 4
                                    

  Hari ini acara Prom night akan di laksanakan, semua siswa & siswi kelas 10 dan 11 di minta untuk datang pagi ke sekolah, agar membantu jalannya persiapan acara malam perpisahan itu.

  Zara datang terlambat kesana, karena membeli dulu kue tart kecil untuk Alex, dia berencana untuk mengucapkannya hari ini, jadi, kemarin ia mematikan handphone nya, agar Alex tidak menghubunginya. Zara berencana untuk memberi kejutannya malam nanti, jadi, dia bisa fokus untuk persiapan penampilannya, juga persiapan lokasi nya. Dan menaruh kue di lemari pendingin yang ada di ruang OSIS.

"Zi!" Panggil Zara pada Zio yang sedang menyiapkan meja meja dan kursi, bersama dengan teman-teman lainnya.

"Ya?" Ucap Zio, yang berbisik pelan pada temannya 'Lo bawa sendiri gak apa apa ya?'.

"Liat Adrian gak? Gua bawa gitar yang dia minta"

"Ohh itu, ada di ruang kesenian"

"Oke! Ehh iya, gua nitip kue buat Alex di kulkas ruang OSIS, kagak napa napa kan?"

"Gak apa apa kok"

"Yaudah, gua ke Adrian dulu ya"

  Zara berlari kecil sambil membawa gitar yang Adrian pinta untuk dibawa nya semalam.

"Yan, nih gitar..." didapatinya Adrian tengah mengajari piano pada Zia di ujung sana. Kenapa rasanya sakit liat mereka berdua?, batin Zara.

"Ehh Ra, sini masuk aja"

"Lo bisa main piano Yan?" Tanya Zara, sambil menaruh gitar di kursi yang ada di sebelah piano.

"Iyaa"

"Zia juga bisa nih?"

"Aku lagi belajar nih sama Adrian"

"Yan, terus kapan latihannya?" Tanya Zara.

"Nanti"

"Kapan?"

"Nanti laa"

"Tapi kapan?"

"Lo liat kan gua lagi ngajarin Zia?!" Bentakan itu sontak membuat Zara mematung tak percaya, beginikah Adrian sekarang? Baru pertama kali Adrian membentak Zara seperti ini.

"Yan, gak seharusnya kamu bentak dia, dia kan gak salah"

"Lagian, dibilang nanti ngeyel banget!"

"Tapi Yan..."

"Gak apa apa Zi, aku yang salah kok, kalian lanjutinnya aja belajar piano nya, aku permisi" Adrian masih sempat melihat mata Zara berkaca-kaca, sebelum meninggalkan Adrian dan Zia disana, karena sebelum Zara pergi,ia sempat menatap penuh kecewa pada Adrian.

"Tuhan, apa yang aku lakukan barusan padanya? Salahkah aku membuat air matanya jatuh karena ulah ku?" Batin Adrian, dan Adrian melanjutkan mengajari Zia bermain piano.

  Zara menangis sembari menunduk di tangga koridor IPA 1, ia merasa sakit berlebih di dadanya yang membuatnya sesak. Adrian tak pernah seperti itu sebelumnya terhadap Zara, ia fikir, Adrian telah berubah sekarang, dan itu semua karena kehadiran Zia. Tapi apa yang telah membuatnya sangat tersiksa akan kedekatan Adrian dan Zia? Apakah sebuah rasa tak menentu yang ada di hati Zara untuk Adrian? Tapi sangat tidak mungkin, karena ia percaya, hatinya hanya untuk Alex.

"Ra?" Zara menggangkat kepalanya dan mengarahkannya pada seseorang yang ada disampingnya kini.

"Apa?"

"Kok lo nangis sih?"

"Gak apa apa"

"Gak apa apa gimana sih? Lo harus jawab, lo kenapa?" Zio mengusap pelan kedua pipi Zara, untuk menghapus air mata yang mengalir sangat deras itu.

Hold On [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang