CG-2

2.5K 103 0
                                    

Author POV

Disinilah Alesya berdiri, di gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat dan bertuliskan 'SMA Garuda Nusantara.' Masih setia dengan berdirinya, Alesya mulai memperhatikan sekitarnya apakah ada guru yang masih berkeliaran atau tidak. Setelah dirasa Alesya cukup aman, dia mulai memperhatikan pos monyet-eh maksudnya satpam yang tidak jauh dari gerbang sekolah.

"Psstt.. Pak Ujang?" panggil Alesya, saat dia melihat Pak Ujang sedang tidur di pos satpam.

'Gak kerja malah tidur, gimana sih.' maki Sasa di dalam hati. Tiba-tiba muncul sebuah ide yang terlintas di kepala cantiknya.

Lalu dia memutar tubuhnya dan pergi ke belakang sekolah. Saat tiba di belakang sekolah Alesya langsung menatap ngeri ke atas.

"Gila, tinggi amat dah pagernya." Kata Alesya sambil bergidik ngeri.

Karena waktu istirahat hampir tiba, Alesya harus terpaksa manjat pagar yang ada di depannya.

Dengan susah payah Alesya memanjat pagar akhirnya sampai juga Alesya nangkring di atas pagar. Sambil mengedarkan pandangannya untuk memastikan semuanya aman, Alesya langsung turun dan-

Bruukk..

"Aww.. Pantat gue." ringis Alesya sambil mengusap pantatnya yang menjadi korban.

"Aelah susah amat, amat aja gak susah." Kata Alesya sambil berdiri dan langsung pergi ke tempat yang menjadi tujuannya sekarang.

-----

Setibanya Alesya di kantin, Alesya langsung duduk di meja kantin yang berada di pojok dan langsung memesan satu mangkok bakso pedas dan satu es teh manis kepada penjual langganannya.

Ya, tujuan Alesya saat ini adalah kantin. Karena dari tadi perutnya konser dangdut minta jatah makan.

"Ini neng, pesanannya." kata Mbak Indah yang sudah menjadi langganan Alesya sambil menaruh pesanan Alesya di meja.

"Makasih mbak." Balas Alesya datar.

Setelah Mbak Indah berlalu Alesya langsung memakan baksonya dengan rakus.

"Ahh kenyang." gumam Alesya sambil mengelus perutnya yang sudah keiisi.

Alesya memutuskan untuk pergi ke rooftop untuk melanjutkan tidurnya tadi pagi dan sambil menunggu waktu istirahat tiba, karena bila dia lama-lama di kantin bisa-bisa dia ketahuan sama guru BK yang judesnya minta ampun.

-----

Di depan kelas Alesya masih berdiri dan bingung antara masuk atau tidak. Sedikit mengintip di pintu kelas, dia menghela nafas lega karena yang sedang mengajar bukan guru yang cerewet. Kalau sekarang yang mengajar guru yang cerewet, pasti dia akan kena omel.

Tadi dia tidur terlalu nyenyak di rooftop sampai-sampai dia tidak mendengar bel berbunyi.

Alesya memutuskan untuk masuk dan mengikuti pelajaran kelas. Di depan guru fisika sedang menuliskan rumus-rumus yang sangat rumit menurut Alesya.

Setelah sampai di mejanya yang berada di belakang pojok,  Alesya langsung duduk sambil melipat tangannya untuk sandaran kepalanya. Alesya merasa pusing bila melihat rumus-rumus yang tak dimengertinya, karena fisika adalah pelajaran yang dibencinya.

Guru yang bernama Bu Harti hanya mendengus jengah melihat kelakuan Alesya dan melanjutkan menulis rumus-rumus rumit, tidak memperdulikan kelakuan Alesya yang se-enaknya masuk. Sedangkan sahabat Alesya yang duduk sebangku dengannya, yang bernama Cecil menatap heran kepada sahabatnya tersebut.

"Kenapa lo?" tanya Cecil.

"Biasa." jawab Alesya malas.

"Telat lagi?" tebak Cecil.

"Hmm." gumam Alesya.

"Loh, emang lo gak bawa mobil? Tumben banget lo baru masuk setelah bel istirahat. Biasanya kan lo-"

"Stop" potong Alesya, karena jengah mendengar ucapan sahabatnya yang kelewat cerewet.

"Lo bisa diem gak sih? Pusing kepala gue dengerin yang gak penting." ketus Alesya sambil menatap tajam sahabatnya itu.

Yang ditatap tajam hanya diam, sambil kedip-kedip mata gak jelas.

"Oh, Ok." Pasrahnya dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi

"Itu Cecil kenapa? Mau ngerjain soal yang ada di depan?" Tiba-tiba Bu Harti bertanya dan sontak semua murid di kelas menatap ke arah Cecil yang sedang mengangkat tangannya.

"Ha? Enggak kok Bu." Jawab Cecil dengan malu karena tingkahnya sendiri.

Mendengar jawaban dari muridnya itu, Bu Harti hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan penjelasannya.

Sedangkan Alesya hanya menatap sinis Cecil yang sedang menatapnya.

"Mimpi apa gue punya sahabat kaya DIA."

Mendengar sindiran sinis dari sahabatnya, Cecil hanya nyengir tanpa dosa.

TBC

-110517-

Two PolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang