7

615 27 0
                                    

Vote dan Coment nya jangan lupa:**

Happy Reading :)

***

Di hari weekend biasanya Aldo akan olahraga, entah itu gym atau lari di taman dekat rumahnya.

Tapi weekend hari ini entah kenapa Aldo merasa malas untuk olahraga. Akhirnya Aldo memutuskan untuk pergi ke suatu tempat sebagai pengisi weekendnya dan bersantai.

Tiba di tempat yang dituju, Aldo segera memakirkan motornya yang berwarna merah ditempat yang sudah disediakan.
Aldo pun masuk, sambil mengedarkan pandangannya Aldo mencari bangku yang masih kosong. Cukup ramai, batin Aldo.

Pandangan mata Aldo jatuh pada punggung seseorang yang membelakanginya sedang duduk sendirian, merasa familiar Aldo melangkahkan kakinya menuju bangku tersebut dan langsung mendudukkan tubuhnya.

Yap, Aldo sekarang di Cafe Today's. Tepat di hadapannya adalah Alesya yang langsung memberikan tatapan datarnya kepada Aldo. Aldo pun tidak kalah, dia juga memberikan tatapan datar dengan mata tajamnya ke arah Alesya. Mereka cukup lama saling bertatapan, sampai Alesya berdehem untuk menghentikan kegiatan saling tatap tersebut membuat suasana menjadi canggung.

Alesya berterima kasih dalam hati kepada pelayan yang mengantarkan pesanannya, jika pelayan itu tidak datang mungkin kecanggungan diantara mereka masih berlanjut. Aldo pun sekalian memesan kopi untuknya.

"Nama lo?" tiba-tiba Aldo bertanya, membuat Alesya tersedak makanan yang sedang dimakannya.

"Urusan lo?" balas Alesya jutek yang membuat Aldo menyeringai diam-diam.

"Penasaran," tukas Aldo, "so?" lanjutnya.

"Alesya," jawab Alesya datar tanpa mengalihkan pandangan dari makanan yang sedang dimakannya.

"Aldo," balas Aldo yang membuat Alesya mengangkat pandangannya ke tempat duduk di hadapannya dengan raut sinis.

Alesya melanjutkan makannya yang sempat terganggu tanpa memperdulikan sosok dihadapannya dan menganggap sosok itu tidak ada. Sedangkan Aldo yang pesanannya sudah datang segera dia nikmati tanpa mengalihkan tatapannya dari Alesya.

Itu adalah perkenalan versi mereka berdua. Tanpa jabat tangan, atau semacamnya. Justru hanya tatapan datar yang mewakili perkenalan di antara mereka. Aneh.

Tidak di sangka kedatangan Aldo ke cafe membuatnya bertemu dengan seseorang yang beberapa hari ini membuatnya penasaran. Dan Aldo pun tidak akan mensia-siakan kesempatan tersebut.

Berbeda dengan Alesya, justru dia merasa kesal karena hari weekendnya di ganggu oleh orang asing. Rencana akan menghabiskan liburnya sendirian dan makan sebanyak-banyaknya, malah gagal total.

***

"ALESYA!"

"Bisa tidak, kamu tidak membantah ayah dan ibu?!"

Pagi-pagi, di sebuah rumah elite terdengar bentakan dari sang empu rumah, yang tak lain adalah ayah Alesya.
Membantah?

Alesya hanya bisa tersenyum getir. Bagian mana yang dikatakan membantah? Alesya ingin sekali mengkoreksi kata-kata yang keluar dari mulut sang ayah. Tapi, Alesya tidak bisa. Alesya hanya bisa diam dan memasang telinga, agar siap mendengarkan kata-kata menyakitkan yang akan keluar dari mulut orangtuanya.

"Lihat itu Fani. Anak Pak Burhan, yang tidak pernah membantah orangtuanya dan selalu patuh. Sedangkan kamu hanya bisa membantah dan memberontak." ucap sinis ibu Aleysa; Kinar James tanpa memikirkan ucapannya terlebih dahulu.

Fani adalah anak tetangga mereka, rumahnya berada disebelah kiri rumah Alesya. Fani memang anak yang penurut, bahkan katanya Fani hampir tidak pernah membantah satu pun dari perkataan orangtuanya. Tapi siapa yang tau kan?

Sedangkan Alesya yang sudah mencapai pintu keluar ruang makan dan akan segera berangkat ke sekolah berhenti dan terdiam. Hatinya sesak seperti diremas oleh tangan tak kasat mata, matanya berkaca-kaca. Tapi Alesya langsung mendongakkan kepalanya agar tidak menangis dan berusaha menahan desakan yang ingin keluar.

"Jika diam atau menghindar dianggap tidak mau mendengarkan. Sedangkan memberi penjelasan atau pembelaan kalian anggap melawan dan durhaka. Lalu aku harus bagaimana? Maaf, karena kalian harus mempunyai anak sepertiku--yang tidak sehebat anak tetangga." Kata Alesya dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Ayah dan ibu Alesya yang mendengar pun semakin geram dengan tingkah Alesya yang tidak tau sopan santun. Tanpa memikirkan ucapan dari anaknya lagi mereka kembali melanjutkan sarapan dan kembali sibuk dengan dunia mereka.

Setelah Alesya mengucapkan itu, Alesya langsung keluar tanpa mau repot-repot menengok kebelakang dimana orangtuanya berada. Sambil berjalan keluar Alesya menangis tanpa suara, dan hanya bisa menatap kedepan dengan tatapan nanar.

Hati Alesya sakit. Kenapa orangtuanya seperti itu terhadap dirinya. Tidak pernahkah mereka memikirkan perasaan Alesya akibat perkataan mereka yang selalu ingin menjatuhkan dirinya. Alesya sebenarnya tidak ingin terlalu memikirkan perkataan mereka, tapi entah kenapa tidak pernah bisa.

Alesya yang sudah sampai di garasi rumahnya, segera menghapus air mata di pipinya. Dia mengehela nafas dengan kasar dan menepuk pipinya beberapa kali agar tidak terlalu menunjukkan kalau dirinya habis menangis.

Setelah semuanya terlihat baik-baik saja, Alesya segera menaiki motor hitamnya dan mengeluarkan dari garasi untuk menuju ke sekolah.

***

TBC

Vote dan Coment, jangan lupa yess (^_-)

-20420-

Two PolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang