8

788 29 1
                                    

Happy Reading :**
Jangan Lupa VOTE dan COMENT yess:)

***

Tadi pagi di meja makan, tiba-tiba orangtua Alesya menyuruh dia untuk duduk dan sarapan bersama. Tapi Alesya tau pasti ada maksud mereka mengajaknya makan bersama. Bukan apa-apa, mereka bahkan hampir tidak pernah namanya makan bersama atau kumpul bersama, maka dari itu Alesya curiga. Dan Alesya tidak menuruti untuk duduk, tapi justru melongos melewati mereka dengan tampang datarnya.

Alesya yakin, pasti dirinya akan di beri nasehat kejam yang keluar dari mulut orangtuanya. Seperti tadi.

Ya, itu makanan sehari-hari Alesya dirumah.

Menyakitkan.

Tapi mau bagaimana lagi, mereka orangtua Alesya. Seburuk apapun mereka, Alesya tidak bisa merubah kenyataan bahwa mereka adalah orangtuanya.

Yang jelas, Alesya akan selalu mengingat semua perkataan-perkataan mereka yang selalu di lontarkan padanya. Termasuk perkataan yang membuat hatinya teriris. Yang tidak akan pernah di lupakannya.

***

Di sekolah jam sudah menunjukan pukul tujuh lewat lima belas menit. Dan bel pun sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu. Tapi masih ada saja siswa atau siswi yang berkeliaran di sekitar lapangan dan koridor kelas, bahkan di kantin pun masih ada.

Aldo yang baru saja sampai dan memakirkan motornya, segera melangkahkan kaki menuju kelas. Dia berjalan santai dengan tatapan datar lurus kedepan, tanpa takut akan ada guru BK lewat mempergoki dirinya karena telat.

Ketika masih asik berjalan, Aldo mendengar deru suara motor di belakangnya tepatnya dari arah parkiran. Merasa penasaran Aldo berbalik untuk melihat siapa yang telat selain dirinya. Tak disangka, entah Aldo harus merasa bersyukur atau tidak. Karena yang di parkiran adalah Alesya yang sedang membenarkan tatanan rambutnya yang agak kusut akibat angin yang bertiup sedikit kencang.

Aldo yang melihat Alesya masih sibuk dengan dirinya sendiri, berinisiatif menunggu Alesya. Aldo mendudukan dirinya di kursi koridor tidak jauh dari parkiran dan matanya mengawasi Alesya yang mulai jalan keluar dari parkiran.

Ketika jarak mereka sudah dekat, Aldo segera menghadang jalan Alesya dengan tubuhnya yang tinggi menjulang. Sedangkan Alesya, hanya mendengus malas sembari memutar bola matanya. Wajahnya pun sudah berubah seratus persen, berbeda ketika tadi pagi dirumah.

Datar dan cuek.

"Meet again," gumam Aldo.

Alesya yang mendengar gumaman itu hanya menaikkan sebelah alisnya. Tidak memperdulikan Aldo, Alesya menggeserkan badannya agar bisa kembali melanjutkan langkahnya. Memperhatikan sekitar, ada beberapa siswa-siswi yang sedang memperhatikan mereka dan sesekali berbisik kepada temannya. Malas sekali menjadi pusat perhatian.

Tetapi Aldo kembali menghadang jalannya ketika Alesya akan melangkah. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Aldo menghadang dengan sebelah kakinya, sedangkan tangannya dimasukkan ke saku celana dan tatapan masih lurus ke depan.

Merasa kesal Alesya menendang kaki Aldo seraya berkata, "kurang kerjaan lo?"

Bukannya menjawab, Aldo justru mengangkat tangannya kearah Alesya. Alesya yang kaget spontan memejamkan matanya, takut kalau tiba-tiba dia di pukul atau di tampar.

Aldo yang melihat itu hanya mendengus geli dengan tingkah Alesya. Buru-buru Aldo mengambil daun yang bertengger di rambut Alesya, dan Alesya yang tidak merasakan apa-apa membuka matanya dan terpaku pada selembar daun yang di pegang Aldo tepat di depan matanya.

Setelah itu Aldo melempar daun tersebut tepat di wajah Alesya seraya berbalik badan dan melanjutkan langkahnya dengan tangan yang kembali di masukkan ke saku celana. Aldo pun tidak merasakan sakit di kaki setelah di tendang oleh Alesya.

Sedangkan Alesya melihat itu hanya mengepalkan kedua tangannya dengan mata tajam yang terus mengikuti Aldo. Siswa-siswi yang melihat pun hanya terdiam dan pura-pura tidak melihat, takut bermasalah dengan bad girl satu itu.

***

Setibanya di kelas, Alesya langsung melempar tasnya ke bangku membuat siswa-siswi yang di kelas terlonjak kaget tapi tidak ada yang berani menegur kelakuannya tersebut.

Aldo yang sudah terlebih dahulu sampai di kelas hanya bergeming, tidak merasa terusik dengan kegaduhan itu.

Untung saja guru belum masuk ke kelas. Biasanya kalau jam sudah lewat jam tujuh, guru-guru sudah stand by di kelas. Mungkin guru-guru sedang rapat dadakan jadi kelas tidak terkontrol.

Alesya tidak memperdulikan teman-teman di kelasnya yang terganggu dengan ulahnya, justru Alesya langsung mendudukan diri di bangkunya dan menghempaskan tubuhnya di meja.

Cecil-sang sahabat, yang melihat Alesya terlihat lesu memberanikan diri bertanya kepada Alesya. Sebenarnya tidak takut sih, tapi kalau mood Alesya lagi tidak baik bisa habis dia sama Alesya. Tau lah, mood Alesya itu mudah berubah-ubah.

"Kenapa lo Vel?" tanya Cecil.

"Kepo," satu kata tapi langsung jleb bagi Cecil.

Kalau yang mengatakan itu orang lain Cecil masih biasa saja, tapi kalau Alesya yang mengatakan, tidak biasa bagi Cecil. Soalnya Alesya kalau sudah ngomong irit pasti kesannya sadis. Apalagi ditambah ekspresi datar, tambah sadis tuh Alesya.

Cecil merasa belum saatnya Alesya bisa di ajak berbicara pun memaklumi. Karena Alesya memang orangnya seperti itu, jarang banget mau berbagi keluh-kesah kepada dirinya. Walaupun Cecil berpangkat sebagai sahabat Alesya.

Cecil kembali ke dunianya yaitu mestalking para suaminya yang ganteng-ganteng, sembari menunggu guru yang mengajar masuk ke kelas.

***

TBC

Vote dan Comentnya ya teman-teman :D

-50420-

Two PolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang