Achtentwintig

1.2K 84 44
                                    

Part 28

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

"Shilla! Heh, lo kenapa pagi-pagi udah cemberut gitu? Abang lo nggak mau nganter lo tadi pagi?" Aqilla merapihkan rambutnya yang padahal udah rapi, ckck.

"Gojeknya tadi ngebut, gue kira udah terlambat. Rambut gue rapih kan?" Aqilla menatap gue, gue mengangguk singkat. Lalu kembali melamun, memikirkan ternyata Dito sama Amanda belum putus. Ckckck, gimana caranya supaya gue nggak mikirin mereka berdua lagi?

Bukan mikirin sih, lebih tepatnya kepikiran.

Sama aja ya, hehe.

"Dito sama Amanda belum putus." Ucapan gue berhasil membuat Aqilla terdiam. Gue menatap Aqilla yang lagi natap gue dengan pandangan bingung. "Lo udah tanya ke Amanda? Seriusan?"

Gue menggeleng pelan, "gue kemarin ketemu sama mereka berdua di toko kosmetik. Dito lagi nemenin Amanda beli lipstick, ya gitu. Dan feeling gue sih mereka berdua emang belum putus."

"Feeling itu kadang nggak bener."

Gue mengerjapkan mata gue ke arah Dito yang sekarang lagi berdiri dengan bungkusan kado di tangan kanannya. Ngomong-ngomong, kado itu buat siapa? Kertas kadonya motif princess Jasmine, kartun kesukaan gue.

"Happy birthday, Shilla. Gue harap di umur lo yang ke-18 ini otak lo kembali ke tempatnya semula. Lulus UN dengan nilai bagus, biar nggak malu-maluin sekolah. Dan juga, yang paling utama adalah lo tetep jadi Shilla yang gue kenal. Lo nggak usah ngikutin gaya-gaya anak-anak yang lain, karena gue lebih suka sama sifat, penampilan, kelakuan lo yang kayak gini. Nih."

Ya tuhan.. Ini seriusan?

Bukan mimpi atau hayalan kan?

Ini asli kan?

Kalau ini mimpi, biarin Shilla tidur terus aja, gapapa kok. Shilla ikhlas lahir batin.

Emangnya hari ini gue ulang tahun ya? "Emangnya ulang tahun gue hari ini ya?" Ucap gue bingung. Dito menaikkan sebelah alisnya, "seminggu lagi, sih. Cuman gue pengen kasihnya sekarang, lo nggak suka? Yauda—"

Gue menggeleng-gelengkan kepalanya, "suka kok. Suka banget malah, hehe. Makasih, Dito Pamungkas."

"Kata siapa dari gue?"

Hah? Terus dari siapa?

"Itu dari Amanda." Kado yang gue pegang langsung jatuh ke bawah. Dengan mulut terbuka dan mata yang melotot sempurna. Beberap detik kemudian, gue mengambil kembali kotak tersebut. Anjir ya, Dito. Gue udah terbang melayang ke angkasa menuju langit ke 7, eh dijatohin gitu aja ke dasar tanah dengan gerakan cepat dengan tenaga yang besar dan membuat tubuh gue hancur berkeping-keping dan sisanya menjadi abu. Drama queen.

Ck, lebay. Nggak separah itu kok. Tapi lebih parah rasanya.

"Hah? Amanda?"

Sumpah ya, gue kira beneran Dito yang kasih. Ckck, kayaknya harapan gue terlalu tinggi deh, dan sekarang level harapannya tinggi banget melebihi level harapan-harapan yang sebelumnya.

Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang