Zesendertig

847 61 29
                                    

Part 36

🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫

Hari ini, semua temen-temen gue yang otaknya agak encer (read: pinter) sibuk bolak-balik ke ruangan BK, karena sekarang sedang ada pendataan SNMPTN. Jalur masuk ke PTN yang katanya favorit memalui jalur rapot. Well, gue masih anteng duduk di bangku dengan sosis goreng yang baru aja gue beli di kantin.

"Shil, lo nggak ke BK? Si Aqilla sama anak-anak kelas yang lain udah pada disana, mau bareng gue apa nggak kesananya?" Ucap Bayu dengan rapot di tangannya, gue menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Gue nggak minat PTN Bay, kalau lo mau ke BK duluan aja gapapa. Lagipula rata-rata nilai rapot gue sama yang lain beda banget, haha."

"Gapapa kali, Shil. Rejeki kan udah ada yang atur, gue duluan deh. Btw, gue bagi sosisnya ya." Gue tersenyum lagi, lalu mengangguk menanggapi ucapan Bayu yang minta sosis punya gue.

Dito juga pasti lagi ada di ruang BK bareng sama Aqilla dan anak-anak yang lain, Ya Tuhan.. semoga Dito ada rejeki di SNMPTN.

Dan, hampir 2 bulan gue nggak berhubungan sama sekali sama Dito! Jangankan sms, atau chattan lewat sosial media yang lain, untuk natap matanya Dito selama 1 menit aja sekarang rasanya udah nggak bisa lagi.

Kenapa jadi Dito yang marah sama gue? Pertanyaan itu sampai sekarang masih mengganjal banget di pikiran gue.

Yang seharusnya marah, kecewa, dan sebagainya itu gue kan?

"Gimana? Dengan nilai rata-rata lo yang bagus itu, universitas dan jurusan mana yang bisa nampung lo, Qil?"

"Gue shock! Ilmu Komunikasi gue masuk sih, terus Teknik Metalurgi, Sipil, Biologi, apalagi ya? Gue lupa, tapi banyak gitu gue jadi bingung. Tapi Shil, gue suka banget sama Sastra Jepang. Tapi gue hopeless deh kalau ambil itu, susah banget. Gue harus ikut SBM kalau mau ambil Sastra Jepang deh kayaknya, gue nggak yakin dapet kalau lewat SNM." Gue cuman bisa melongo, Satra Jepang? Serius?

"Mending ambil yang pasti-pasti aja deh, Qil. Lagian, sejak kapan lo suka sama hal-hal yang berbau jepang?" Aqilla terkekeh, "sejak kapan sih emangnya lo perhatiin gue, Shil? Hidup lo terlalu terpaku sama Dito sih. Lo aja nggak tahu kan gue alergi sama makanan apa?"

Aqilla emangnya punya alergi makanan ya?

"Tuh kan.. Shilla, hidup ini terlalu indah kalau lo cuman mikirin Dito setiap harinya. Hidup lo jangan terlalu terpaku sama Dito, Ditonya sendiri belum tentu kayak gitu ke lo. Mulai sekarang, lupain Dito. Karena, Dito udah punya mimpinya sendiri. Nanti Dito nggak akan tinggal disini lagi kalau misal Dito diterima di UGM, terus lo mau aja gitu ikut Dito ke Jogja? Enggak kan?"

terus lo mau aja gitu ikut Dito ke Jogja? Enggak kan?

Gue menunduk, napas gue mulai tertahan, "gue udah mulai ngelupain Dito kok, akhir-akhir ini emangnya lo lihat gue ada hubungan sama Dito? Enggak kan?"

Hening... "Sebenernya.. 2 bulan ini rasanya terlalu berat buat gue, Dito tiba-tiba menghilang.. dan.." gue menghembuskan napas berat, "dan dengan terpaksa, sekarang gue bener-bener harus ngelupain dia kan, Qil?"

Pengen nangis rasanya.. "Gue masih belum bisa Qil, gimana kalau nanti disana Dito suka sama cewek lain? Dan disini, gue belum bisa ngelupain dia.. gue harus apa coba? Gue bisa apa? Nggak ada yang bisa gue lakuin, gue cuman bisa nangis. Lo pikir nangis-nangisan kayak gitu bisa buat gue ngelupain Dito? Enggak, nggak sama sekali. Yang ada perasaan gue semakin banyak. Gue bingung Qil sama perasaan gue sendiri, gue capek sebenernya."

Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang