Zevenentwintig

1.3K 85 44
                                    

Part 27

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

"Kenapa lo putus disaat gue udah ngelupain lo sih? Kenapa nggak dari awal aja biar gue berusaha lagi, kan kalau sekarang rasanya mau kembali ke awal rasanya udah nggak sanggup.. Gue udah mati-matian ngelupain lo, dan sekarang lo putus? Gimana gue nggak kesel denger kabar ini? Rasanya seakan-akan lo pengen ngancurin pertahanan gue buat ngelupain lo! Lo mau buat gue jadi gila lagi? Nggak sekalian aja nanti bawa gue ke RSJ gara-gara lo! Bener-bener nyari masalah lo, To—

—Gimana nanti kalau gue malah gagal move on? Lo mau tanggung jawab, hah?! Emangnya lo mau tanggung kalau gue nanti nggak bisa lupain lo? Mau lo gue kejar sampe ke negeri Cina? Kalau gue nggak bisa ngelupain lo karena sikap lo sendiri, gue bersumpah bakalan terus kejar-kejar lo sampe lo mati!—

—Nggak mau kan? Makanya jangan sekali-kali lo mengganggu pikiran gue lagi dengan alasan-alasan nggak penting kayak gini, mau lo putus kek, mau lo kayang kek, mau lo jungkir balik kek, gue udah nggak peduli! Emangnya harus ya gue tahu kalau lo putus? Dengan gue tahu kalau lo putus, rasanya gue pengen nangis aja tahu! Gue pengen balik ke Shilla yang bego ngejar perhatian dari lo, tapi gue juga pengen nggak mau balik ke masa-masa menyedihkan itu! Lo ngerti dong, gimana rasanya jadi gue! Lo mah enak tinggal dateng pergi sesuka hati, lah gue? Emang dasar lelaki kardus! Gue doain supaya lo nggak bakalan pernah lagi balikan sama Amanda dan lo adalah jodoh gue! Amin...."

Dito menatap gue aneh, "lo gapapa?"

Gue mengangguk kikuk, lalu menelan ludah berkali-kali. "Terus lo ngapain duduk disini? Meja lo kan dibelakang."

Shilla bego!

"Itu—itu.. Gue.."

Hhhh, ternyata gue tadi cuman menghayal ngomong kayak gitu. Padahal udah panjang-panjang dan mendeskripsikan kondisi gue banget saat ini.

"Kenapa jadi gagap?" Tanya Dito bingung.

Pffttt, "nggak jadi, sumpah jangan pernah inget kalau gue sekarang aneh kayak gini. Sorry, gue balik ke tempat gue sekarang, pokoknya anggep aja hari ini gue nggak ada." Gue langsung balik ke tempat gue, Aqilla sama Satria memandang gue aneh. "Lo kenapa, Shil?" Aqilla membuka suara.

"Ngh, gue juga nggak tahu." Jawab gue asal.

"Tapi gue harus tanya hal ini ke Dito!"

Gue menghampiri Dito lagi yang kali ini tatapan nggak suka yang dulu sering banget ditunjukkin ke gue, terulang lagi kali ini, pft! "Apa lagi?" Tanyanya galak.

Gue kok jadi takut gini sih denger ucapan Dito yang nada suaranya, padahal gue dulu sering banget dibentak kayak gitu dan rasanya biasa aja. Kenapa sekarang berhasil bikin nyali gue ciut ya? Bener-bener 180 derajat perbedaannya, bisa gitu?

"Lo kenapa putus sama Amanda?"

Akhirnyaaaaaaa...

"Karma gara-gara sering nyakitin lo kan, katanya?" Nada suara Dito berubah sarkas. Mampus gue! Salah kayaknya gue nanya kayak gini ke Dito sekarang, balasannya nyelekit ke hati banget.

"Nggak gitu," ceritanya memberikan pembelaan terhadap diri sendiri, "gue nggak bermaksud buat ngomong kayak gitu kok, beneran." Gue menunjukkan dua jari tanda peace. Dito kembali fokus ke buku Fisikanya, iya tahu kok Dito pinter.

Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang