Vijfenveertig

515 40 21
                                    

Part 45

Playlist:
1. Judika - Jikalau Kau Cinta
2. Brisia Jodie - Seandainya
3. Maudy Ayunda - Tahu Diri
4. Katy Perry - Thinking Of You
5. Rihanna - California King Bed
6. Raisa - Pemeran Utama
7. Rini - Mimpi Besarku
8. Apa aja deh balik lagi ke kalian, pilih lagu yang buat kalian sedih :(





"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo bikin gue susah buat ngelupain?"

Gue tertegun mendengar kalimat Dito barusan. Yang seharusnya mengucap kalimat itu gue kan? Karena mengingat posisi gue disini yang seperti kalian tahu, terbesit rasa ingin melupakan seorang Dito Pamungkas.

Tapi kenapa malah dia—yang ngomong kayak gitu?

Tangan gue masih memegang seatbelt dan menatap Dito dengan bingung, "yang seharusnya ngomong kayak gitu gue kan, To? Kenapa malah lo sekarang?" Ucap gue pelan.

"Emangnya nggak boleh?"

"Ya boleh-boleh aja sih. Tapi—"

"Tapi? Nggak ada tapi-tapi-an, Shilla. Serius, ini sebenernya nggak ada masalah sama sekali kan kalau gue kayak gini? Terus kenapa lo bilang ada tapi-nya?"

Masalahnya itu di hati gue! Ih, sebel.

"Gimana kuliahnya?" Makasih ya To udah ngertiin otak gue yang rada lama kalau lagi bareng sama lo, makasih udah ubah topik pembicaraan ini, hehe,

Gue tersenyum tipis, "lumayan. Lo gimana? Udah punya doi ya disana? Cantik nggak? Yang lebih baik dari Amanda banyak kan?"

Kenapa gue bahas topik ini? Sengaja.

Gue nggak mau berharap lagi yang gue sendiri aja nggak tahu akhirnya kayak apa sama Dito, udah cukup beberapa tahun ke belakang ini gue jadi cewek sinting yang terus-terusan berharap sama Dito, yang belum tentu dia berharap hal yang sama kayak gue. Iya kan?

Ucapan Dito yang tadi, gue cuman anggap sebagai lelucon. Nggak mau di ambil ke hati, karena gue udah capek.

Gue juga bisa bahagia tanpa Dito, kan?

Bisa ataupun nggak, gue bakalan bisa tetap melanjutkan hidup gue. Karena semuanya bukan cuman tentang seorang Dito Pamungkas di hidup gue.

Tapi maaf, kalimat barusan gue cuman bercanda.

"Banyak, cuman yang kayak lo nggak ada."

Gue menautkan jari-jari gue gugup mendengar kalimat yang Dito ucapkan barusan, tolong dong Shil, katanya mau ngelupain Dito? Masa baru digiin aja, deg-degannya melebihi presentasi perseorangan di depan anak-anak kelas dan dosen yang galak? Duh, nggak banget.

"Mana ada cewek bego kayak gue disana? Tapi serius tahu, cewek tempo hari yang lo videoin, cantik juga. Kayaknya baik ya? Pasti seru juga deh anaknya, soalnya lo kan cuek banget, dan dia bisa se-akrab itu sama lo, berarti dia beda kan?"

Hatiku, kali ini aku minta maaf lagi, karena masih aja ngerasain sakit yang sebenernya sakitnya ini dibuat karena aku sendiri. Maaf, ya?

Gue langsung menatap jalanan di depan dengan degub jantung yang semakin gila, mengingat kembali snapgram Dito di instagramnya tempo hari bersama seorang cewek yang posisinya mereka berdua lagi makan siang bareng di McDonalds. Biasa, se-irit-iritnya Dito, tetep aja makannya harus Mcd!

"Cuman temen."

Maaf ya mas, dimana-mana suatu hubungan itu dimulai dari temen dulu, bener kan?

Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang