Kabut pagi masih menyelimuti tubuh ini. Rasanya tidak mau lepas dari kasur ini. Aku pun melihat jam yang ada di samping tempat tidurku. Pukul 05.30.
"Gilaaa, udah jam segini, kok alarm ga bunyi sih ? " kataku, aku pun langsung bergegas lari ke kamar mandi, membersihkan badan dan melakukan aktivitas lainnya. Karena, rumahku dengan sekolah jaraknya lumayan jauh, ya kira-kira bisa butuh waktu satu jam lah kesekolah, belum macet dan sebagainya.
"Non, bangun sudah kesiangan nih. Mama udah ngomel-ngomel dibawah. Takut macetnya ". Suara itu terdengar dari luar, tidak asing. Mbak Titi, mbak yang sudah kerja sama keluargaku sejak abangku lahir. Sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri.
"Iya, mbak sebentar lagi, bilangin Mama dong tunguin aku! " sahutku dari dalam kamar. Aku pun secepat kilat mengambil semua barang dan buku yang ada di meja, aku gatau bawa buku apa saja, pokoknya yang ada di meja ya aku langsung ambil saja.
Aku pun bergegas menuruni anak tangga satu per satu. Aku sudah melihat sosok wanita berblazer hitam dengan kemeja pink nya dan heels hitamnya, ya Mama sudah menungguku dengan wajah yang bisa dibilang agak bete denganku.
"Siva, kamu kebiasaan tau ga! Kamu emangnya kemarin malam ngapain sih? Belajar? Boro-boro kamu belajar, paling kamu sibuk chatting kan atau ga nonton dvd, jadinya kamu kesiangan gini! " omel Mama sambil membereskan berkas-berkas pekerjaannya.
"Maaf ya, Ma. Alarm Siva ga bunyi, padahal Siva udah pasang, loh. Siva aja bingung " , jawabku tanpa berdosa
Mama hanya menatapku dengan tajam dan meminum teh hangatnya dan menutup bekal sarapannya itu. " Yaudah, ayo sekarang berangkat, udah jam 06.15, takut macet. Kamu tau sendiri kan Jakarta seperti apa."
Aku mengangguk dan meneguk satu gelas susu dan mengambil sepotong roti keju yang sudah disiapkan.
Benar saja, gatau kenapa hari ini, Jakarta benar-benar ga bersahabat banget. Padahal berangkat sudah pagi biar ga kena macet. Tapi, ya tetep saja kena macet. Sepanjang jalan, yang aku dengar bukan musik radio yang diputar oleh Pak Nur, supirku. Tetapi, ocehan Mama yang ga berhenti-henti dari awal perjalanan sampai macet yang sudah 10 menit berlangsung.
" Ma, jangan marah-marah terus dong, masih pagi." kataku dengan jutek.
" Masalahnya, Mama ada meeting nanti jam 8, ini aja macet mau antar kamu sekolah, gimana nanti ke kantor Mama." kata Mama sambil melihat keadaan jalan dan sesekali melihat jam. Aku hanya memutar bola mataku dan kembali mengecek handphoneku.
Hampir 15 menit macet didekat daerah sekolah, aku pun sampai disekolah tercinta, SMA Harapan Mulia. Akhirnya, aku tidak mendengar alunan pagi lagi di mobil.
Baru saja sampai dikelas, sudah mulai tenang karena aku tidak terlambat, biasanya aku suka langganan terlambat sampai-sampai suka dipulangin karena sering telat.
Nita menghampiriku dengan heboh.
"Siva, tumben banget lo ga telat ! Eh, pinjem pr geografi dong, gue lupa banget deh kalo kita ada pr." Nita pun duduk disamping kursiku, sambil menarik-narik lengan bajuku.
"Pr geo yang essay itu? Udah kok, sebentar gue cari dulu" aku pun mengecek tas ku. Tapi, kok...mana buku geografi ku? Yampunnnnn, aku salah bawa buku, aku bawa buku jadwal yang kemarin. Aku baru ingat, tadi aku sangat buru-buru dan lupa beresin buku. Bego banget!
"Nit, mampus nih! Gue salah bawa buku, padahal gue udah kerjain pr nya. Aduh, bego banget dah gue. Gue bawa buku jadwal kemarin." aku pun panik.
"Ah, lo mah ga asik. Kebiasaan deh lu selalu gitu. Jangan mikirin tentang itu aja dong, pikirin hal yang lain. Gue jadi gabisa nyontek kan! Gue pinjem sama yang lain aja deh. " Nita pun meninggalkan kursiku dengan tampang kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
Teen FictionSeseorang harus mengucapkan sebuah kata yang mudah disaat situasi yang ia hadapi tidak semudah apa yang dipikirkan. Dimana ia harus merasa "beruntung" akan kejadian yang dialaminya dan mau "menerima" setiap saat. Kisah dimana seorang gadis yang bela...