Mungkin kali ini, kehidupan nyata jauh lebih baik dari dunia mimpiku. Sampai-sampai untuk tidur saja, aku kesulitan untuk malam ini. Malam ini mugkin malam terbaik yang pernah aku alami selain ulang tahunku tahun lalu waktu teman-teman kasih surprise malam-malam. Boneka Stitch yag selalu menemaniku di kasur hanya terdiam, menatapiku yang dari tadi hanya senyum-senyum tidak jelas. Aku memeluk boneka kesayanganku ini, untuk beberapa saat aku mencoba memejamkan mataku, berusaha untuk masuk alam bawah sadarku. Tapi, tidak bisa.
Karena malam ini terlalu indah untuk cepat dilalui.
**************
"Siv, kemarin malem si Keenan ngomong gitu ke elu ?" tanya Nita sembari membulak balik halaman majalah.
"Iya, gue aja kaget. Maksudnya, kan selama ini kita temenan deket banget dan dia sering banget curhat apa-apa ke gue. Bahkan, gebetan dia yang dulu-dulu. Tapi, kok malah tiba-tiba dia jadi ngomong gitu ke gue. Mungkin dia bercanda kali,ya " jawabku dengan sibuk merapikan buku di meja belajar.
"Ya, hati-hati aja lo nanti kecantol beneran. Tapi, feeling gue sih lo dari awal udah ada feeling sama dia, cuman sok sok aja nolak. "
"Sotoy dah lu. Dari awal kenal emang gue cuman nganggep dia sahabat cowo aja. Ga lebih"
"Bullshit !" katanya dengan lantang lalu meletakan majalajh diatas kasurku.
"Mendingan kita cepetan ke warung depan komplek lo. Gue sangat amat ngiler indomie." Nita sambil mengelus perutnya yang buncit itu.
"Naik apa? Dari sini ke depan komplek kan jauh. Mobil dipake semua."
"Ada motor sopir lo, kan? Kita pake aja. Gue bisa naik motor kok."
Aku menatap Nita dengan tatapan tidak yakin. Karena, terakhir dia naik motor, dia nabrak pohon.
"Ga yakin gue sama lo. Terakhir aja lo jatoh kan abis nganterin adek lo ngeles. Serem gue sama lo "
"Engga, kali ini gue udah lebih berpengalaman. Adik gue sekarang selamat terus kok gue goncengin. Lagian kan itu udah kejadian beberapa bulan yang lalu. Ayoklah, Siv! Ngidam banget gue, gabisa ditahan." Nita memohon-mohon dan memasang wajah yang memelas lagi.
Aku akhirnya mengalah, Nita senyum kegirangan karena hasrat Indomienya bisa terpenuhi.
Kami turun menuju garasi. Nita menyalakan mesin dan mengenakan helm, aku duduk dibelakangnya tanpa helm, memakai kaos gembel dan celana pendek. Persis kaya cabe-cabean.
Kami menyusuri jalan komplek dengan kecepatan ya..lumayan lah. Awalnya, jantungku ga berhenti-henti berdegup kencang diluar dari kecepatan biasa. Aku memegang erat kaos Nita dengan kecang. Lama-lama, Nita mulai ngebut karena dia sudah mulai yakin dengan kemampuan naik motornya.
Saat sudah dekat dengan gerbang pintu masuk komplek, aku melihat dari kejauhan ada mobil yang mau masuk. Aku berusaha untuk memberitahu Nita. Tapi, semua terlambat.
Terima kasih, Nita. Kita memang ga dapat Indomie Telur, tapi sekarang kita mendapatkan babak belur.
*********************
Pergi ke sekolah dengan mengenakan ini mungkin menjadi hal yang menarik. Karena, sekarang aku menjadi pusat perhatian semua orang. Semua mata tertuju pada kain biru yang aku kenakan. Sebenarnya, aku agak sedikit risih dengan tatapan semua orang. aku berasa seperti anak aneh.
"Ya ampun, Siv. Tangan lo kok bisa patah gitu sih ?" tanya Tammy.
"Bisa lah. Gara-gara, si Nita lagi ngidam indomie tuh, gue jadi jatoh dari motor nabrak mobil orang pula." kataku sambil melirik Nita yang duduk di sebelahku hanya bisa nyengar-nyegir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
Teen FictionSeseorang harus mengucapkan sebuah kata yang mudah disaat situasi yang ia hadapi tidak semudah apa yang dipikirkan. Dimana ia harus merasa "beruntung" akan kejadian yang dialaminya dan mau "menerima" setiap saat. Kisah dimana seorang gadis yang bela...