Silence

751 25 5
                                    

Mungkin butuh beberapa waktu untuk aku memikirkan masa depanku. Aku tidak seperti Nita dan Keenan yang sudah mempersiapkan semuanya. Aku masih diambang kebingungan tentang apa yang aku mau. Yang terpenting sekarang adalah aku masih bisa dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku dengan baik.

Terdengar suara mesin mobil yang sudah tidak asing di telingaku. Aku pun melangkah menuju jendela kamarku. Cowo tegap barbaju putih polos, skinny jeans yang biasa dia pakai, sepatu putih converse menghias kakinya yang jenjang. Entah kenapa, setiap aku melihat sosok cowo itu, rasanya aku selalu ingin tersenyum dan selalu senang setiap bertemu dengannya. Entah mengapa.

Aku menuruni anak tangga dengan sigap, tak sabar melihat cowo yang sudah mengetuk pintu rumahku daritadi.

"Sebentar dong ! " sahutku dari dalam rumah.

"Halo, Siva " sapa Keenan dengan senyum manisnya. Harum sekali.

"Halo, Keenan. Tumben banget kamu kesini ga hubungin aku. Aku kaget kamu tiba-tiba dateng, udah gitu penampilannya rapi banget."

"Emangnya kenapa ? Kan aku mau ketemu sama pacar aku, masa aku gembel terus bau gitu, ya mana enak lah. Kamu sendiri aja gembel cuman pake kaos barong bali yang buluk terus celana pendek gitu."

"Aku kan mana tau kalo kamu dateng. Untung aku belum tidur siang."

"Jadi, kita ngobrol di pintu aja nih ? "

Aku tertawa dan menarik tangannya dan menyuruh dia duduk di sofa ruang tamu. Aku duduk disamping dia, tangannya menyentuh lembut tanganku.

"Siva, sebenarnya aku ke sini mau kasih tau kamu sesuatu.."

Oke, mulai deg-degan gajelas.

"Nan, jangan sok dramatis gitu deh. Kenapa sih ?"

"Aku bingung jelasin ke kamu gimana.."

Hening. Terlalu hening sampai aku bisa mendengar detak jantungku sendiri. Mungkin lebay, tapi benar.

"Kamu sadar ngga sih, kalau sebentar lagi kita mau UAN ?"

Aku mengangguk.

"Aku mau kita fokus masing-masing buat UAN."

Sumpah, badan ini seperti tersambar sengatan hebat. Aku hanya bisa terpaku.

"Loh, maksud kamu ? "

"Bukan, aku ga mutusin kamu. Maksud aku, aku mau kita untuk give a space for ourself, kita terlalu banyak waktu berdua akhir-akhir ini. Jujur aja, aku susah fokus untuk UN kalau kita terlalu sering pacaran dan juga kita harus udah mikirin masa depan kita banget apalagi kamu. Ini demi kebaikan aku dan kamu. Tapi, kita masih tetep keep in touch, kita masih berhubungan setiap hari via chat atau apapun itu. Tapi, untuk ketemu atau main mungkin kita kurangin dulu sampai selesai ujian."

Aku hanya terdiam, terdiam dan terdiam.

Engga ngerti lagi maksud Keenan apaan. Masa disuruh break? Emang ngaruh banget apa? Wah ada yang ga beres ini mah. Gumamku dalam hati

"Aku engga ngerti maksud kamu apa dan kenapa kamu tiba-tiba ngomong kaya gini. Sumpah, Keenan kamu ngomong kaya gini malah bikin aku ga konsen buat nanti belajar Try out, Kamu kok bisa sih dengan keadaan kaya gini malah bikin kamu konsentrasi. Aduh, aku ga ngerti deh sama pikiran kamu." jawabku dengan nada yang super ketus

"Nanti kamu bakal ngerti kok dan malah berterima kasih sama aku, karena dengan jaga jarak kita ini kamu bisa nentuin apa yang kamu mau buat masa depan kamu. Aku gamau karena kita sering deket, sering bareng dan kamu mikir kamu gamau pilih pilihan yang lain karena gamau jauh sama aku. Aku gamau kalau jadi hambatan buat kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang