Throwback #1 : The First Time

1K 28 2
                                    

"Siva, gue balik duluan. Lo balik sama siapa? " tanya Nita.

"Balik sama abang gue kayanya,deh."

"Yaudah, hati-hati ya lo. Gue sama Reihand balik duluan. Byebyee"

Nita pun melambaikan tangan sembari menggandeng pujaan hati nya itu. Aku membalasnya dengan senyuman.

Pukul 15.40, abang Nico belum jemput juga, apa jangan-jangan dia lupa? Masa iya, dia tega ninggalin adik perempuan semata wayangnya ini disekolah. Sekolah sudah amat sepi, tinggal beberapa staf dan petugas kebersihan yang tersisa.

Akupun berjalan menuju gerbang sambil berusaha menelpon abangku. Tidak ada jawaban. Rasa gelisah pun muncul. Disekolah, tinggalah aku sendirian.

Kalau nanti, aku diculik bagaimana? Entar kaya di berita-berita lagi, nanti aku dibunuh terus dibuang ke tempat gatau dimana. Oke, pikiran gajelas dan negatif ku mulai muncul. Kebiasaan. Aku pun berjalan menuju kursi dekat gerbang. Langit semakin sore semakin gelap. Belum ada tanda-tanda mobil melintas dan berhenti untuk menjemputku. Dimana sihhh abanggg?! Kebiasaan banget sumpah, pikirku.

"Belom pulang lo? " seseorang bertanya padaku, akupun menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung , lalu kembali ke layar hp yang sedang kumainkan daritadi.

"Gue nanya lo, kok lo tumben belom balik udah jam segini." tanya nya lagi.

"Eh, lo nanya gue? Sori..hehe..heem, belum, kalau udah balik, gue ga akan duduk disini sendirian." jawabku dengan sedikit terpaksa lalu kembali ke layar hp.

Cowo itu siapa lagi, wajahnya sih familiar. Sepertinya, aku sering liat tapi siapa? Apa dia anak baru disekolah? Ga mungkin.

"Yaa, itu juga gue tau kali. Lo sombong banget,ya. Padahal udah hampir satu tahun setengah loh kita jadi teman seangkatan." sahutnya.

Aku pun terkejut, aku menatap wajahnya dengan kaget dan mengangkat alisku.

"Sumpah? Kok gue ga pernah tau, ya? I mean.. gue sering liat lo sesekali, tapi gue kira lo kakak kelas gue, ternyata teman satu angkatan." jawabku yang mulai salah tingkah.

"Gini nih, kalau satu angkatan ada 5 kelas dan murid seangkatannya hampi 150, bisa saling ga kenal satu sama lain. Padahal, gue sering liat lo nongkrong makan baso deket sekolah kan, siapa tuh nama penjualnya hmm... Mas..."

"Marto" jawabku sambil tersenyum simpul.

"Exactly! " katanya sambil menjetikan jarinya. " Ohya, nama gue Keenan. Pasti lo gatau nama gue kan, secara lo tadi aja kira gue kakak kelas lo. "

Dia pun menjulurkan tangannya sambil tersenyum.

Manisnya.

"Siva. Gue anak kelas 10.3" aku pun membalas salamannya dengan senyuman canggung.

"Gue anak kelas 10.5. Salam kenal, ya. Jadi, kalau lo liat gue jangan sok sok gakenal karena sekarang kita udah saling kenal." 

Dia pun tersenyum manis di hadapanku. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

Kenapa perasaan ini jadi beda , ya?

Suara klakson pun terdengar, spontan aku langsung melihat ke arah suara itu. Akhirnya, abangku menjemput setelah mungkin setengah abad aku menunggu kehadiran dia.

"Keenan, gue balik duluan ya. Hmm...bye " aku pun melambaikan tangan sambil melangkah menuju mobil. Aku melihat dia membalas sambil tersenyum padaku. Aku pun membuka pintu mobil dan menatapnya dari dalam mobil, Dia pun berjalan menuju parkiran motor dan ia mengenakan helm hitamnya, perlahan-lahan aku hanya melihat sosoknya yang semakin menjauhiku.

LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang