Waktu memang tidak menunggu kita. Kita lah yang harus mengejar waktu itu, semakin lama waktu berjalan begitu sangat cepat sehingga kita sendiri tidak tau sampai dimana keberadaan diri kita.
Seperti hari ini, hari yang mungkin semua orang sudah menanti tapi tidak untukku. Tahun ini adalah tahun terakhirku duduk di bangku SMA. Penuh kenangan yang terjadi selama 3 tahun ini. Hari ini adalah hari dimana aku masuk menjadi siswa kelas 3. Wah, asik banget udah jadi senior. Masa depan sudah semakin depan dan aku masih terpuruk entah harus kemana.
"Siva, untungnya untuk tahun terakhir kita satu kelas,ya!" kata Nita. Aku menatap Nita yang sedang duduk disampingku dan membalasnya dengan ulasan senyum.
"Kenapa sih lo, hari ini lesu banget kayanya. Ga kaya biasanya yang bawel banget."
"Gapapa, Nit. Bingung aja mikirin masa depan entar. Gue belom tau arah dan tujuan gue kedepan gimana"
"Selow, sis. Masih tahun depan kok. Nikmatin aja yang sekarang dulu,ya! UAN aja belom dateng haha"
Aku hanya melihat Nita yang sedang asik membaca majalahnya. Pikiranku tidak tenang.
****
"Nan.."
"Hmm.."
Aku melihat cowo yang selama setahun 2 bulan ini menemaniku sedang asik bermain dengan laptopnya, entah apa yang dilakukannya. Kesel ga sih, waktu kita lagi penat, butuh curhat malah cowo kita cuek bebek begitu.
"Kamu asik banget sih mainnya. Please, deh" Kataku sambil menarik bahunya.
"Aku ga main, Siv. Aku lagi cek-cek website buat kuliah."
"Kamu kok udah mikirin aja sih. Kan masih lama, masih 6 bulan lagi kalo ga salah."
"6 bulan itu cepet. Siapin dari sekarang, dong."
Aku duduk disampingnya, bahunya yang bidang menjadi tempat aku bersandar saat ini. Sesekali aku memejamkan mataku yang mungkin lelah karena kurang tidur. Aku merasakan kecupan hangat di dahiku. Masih sama seperti awal bertemu.Mungkin kadang Keenan suka jutek denganku atau terlalu asik dengan dunianya yang suka ga jelas itu, tapi kehangatan dia tidak pernah berubah.
"Kamu kenapa? Kaya banyak pikiran gitu? Kamu kebanyakan belajar? Tapi, aku ragu kalau kamu kebanyakan belajar, perasaan kerjaan kamu main mulu tuh sama si Nita."
"Enak aje. Tapi, nilai aku selalu bagus tuh meskipun kluyuran mulu."
Keenan mengacak-acak rambutku. Kebiasaan.
"Terus kenapa?"
"Kamu kayanya udah siap banget buat kuliah, aku belum siap. Aku bingung harus kuliah dimana, jurusannya apa. Aku aja ngga tau minat aku tuh apa"
"Mungkin emang butuh waktu, Siv. Coba aja kamu renungin baik-baik kamu paling minat ngelakuin apa, terus tanya orang tua kamu. Bagaimanapun kamu harus tetap berdiskusi sama orang tua kamu."
Aku hanya mengganguk pelan dan berpikir apa yang dikatakan Keenan.
"Udah dibawa santai aja, Siv. Mendingan aku traktir kamu es krim. Kata orang, es krim itu bisa ngurangin rasa stress, sedih, galau."
"Asik! Dari tadi dong kaya gitu."
"Kamu mau es krim apa?"
"Hmm...apa ya"
"Seperti biasa kan?" Keenan tersenyum lembut sambil mencubit hidungku.
Aku mengangguk pelan dengan senyum mengembang di pipiku. Keenan meninggalkan meja kafe langganan kami, lalu pergi menuju toko es krim favoritku di mall itu.
Satu scoop es krim coklat dan satu scoop es krim cookie and cream sudah ada didepan mata. He knows my mood booster or is he my mood booster ? I don't care, right now i want enjoying my favorite ice cream with my favorite person.
****
Nita Calling
"Halo, Kenapa?"
"Siv..."
Yang aku dengar hanya suara cekikikan Nita yang ga berhenti-henti dari detik pertama sampai 15 detik. Pulsa dia terpotong sia-sia. Untung saja dia yang menelpon bukan aku.
"Apaan sih lo, ketawa mulu. Cepetan cerita, kepo banget nih gue"
"Sabar kali, neng."
"Dari tadi kali bu."
"Oke. Jadi, tadi gue dapet email terus gue diterima di universitas di Aussie itu, Siv. Sumpah, gue seneng banget! "
"Congratulation, dear! I'm so happy for you. Tapi, kapan lo apply ? Lo ga pernah kasih tau gue."
"Gue kasih tau kalau emang udah ada jawaban pasti. Gue udah apply dari awal semester terus pas pendaftaran dibuka langsung deh gue daftar. Tinggal nunggu hasil UN aja itu bisa nyusul, tapi buat semuanya gue dah memenuhi syarat buat keterima di univ itu."
"Bagus, deh! Moga-moga lo bisa masuk ya. Gue seneng denger berita dari lo. Akhirnya, masa depan lo udah jelas ye, jangan madesu kaya gue."
"Lo cepetan mikirnya mau jurusan apa dan dimana. Jangan kelamaan mikirnya, buang waktu nanti."
"Iya, bawel. Makasih sarannya. Good luck ya!"
"Thankyou sayangg!"
Call Ended.
Kembali lagi ke lamunanku. Semuanya membuat aku bingung.
Mama menyuruhku untuk mengambil bisnis, untuk melanjutkan bisnis keluarga yaitu restoran milik keluarga. Papa suruh ambil manajemen biar bisa lanjut dikantor papa. Tapi, aku sama sekali tidak ada niat sedikit pun buat ambil jurusan itu. Ohmy, i'm in under pressure.
Keenan sent you a message.
Keenan: Sayang, aku barusan dapet tanggapan dari universitas di Singapore. Katanya aku bisa keterima asal ada ijazah. Aku seneng banget tapi sedih juga soalnya kemungkinan besar aku bakal jauh deh sama kamu. Aku juga udah mulai persiapan buat ujian masuk PTN buat cadangan nanti. Aku udah disuruh masuk les sama mama aku. Kamu gimana? Kamu udah pikirin belom mau jurusan apa?
Sial, makin lama makin tertekan saja. 2 orang kesayanganku sudah memilih mau kuliah dimana dan jurusan apa. Semakin lama aku semakin pusing harus bagaimana dan mereka akan meninggalkan ku sendirian disini dengan masa depanku yang belum jelas arahnya kemana.
Kenapa harus juga orang-orang terdekatku yang membuat aku tertekan?
Halo semua, setelah sekian lama ga nulis dan akhirnya gue nulis lagi. Sebenarnya agak bingung lanjutinnya gimana tapi sementara kaya gini dulu deh ya. Bingung mau nulisnya gimana. Please Follow and Vomments
Thankyou :D xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
Teen FictionSeseorang harus mengucapkan sebuah kata yang mudah disaat situasi yang ia hadapi tidak semudah apa yang dipikirkan. Dimana ia harus merasa "beruntung" akan kejadian yang dialaminya dan mau "menerima" setiap saat. Kisah dimana seorang gadis yang bela...