empat🌈

931 548 1K
                                    

Mereka semua hanya menilai seseorang dari luar dan gossip gosssip belaka tanpa tahu yang sebenarnya.
-Dewa-

🌈🌈

Dewa?

Apa aku tidak salah lihat?

Karena ini pertama kalinya seorang Dewa masuk ke dalam ruang bk, terlihat dari penampilannya yang sangat acak - acakkan sepertinya dia habis berkelahi yang membuatku baru menyadari satu hal dengan kejadian anak kelasan yang tadi berhamburan keluar kelas untuk menyaksikan baku hantam dan aku rasa Dewa yang dibalik semua ini.

Karena ini pengalaman yang langka bagi seorang Dewa, dimana dia langsung turun tangan dengan seseorang yang mencari gara - gara dengannya, dia tidak pernah mempunyai catatan kriminal disekolah bahkan guru sekalipun menganggapnya siswa yang pintar dibidang olahraga dan dia tidak pernah memukul siapapun apalagi di daerah sekolahnya sendiri. Biasanya dia selalu menyuruh anak buahnya untuk menghabisi seseorang tetapi kali ini entah mengapa dia yang langsung terjun ke lapangan untuk memberikan pelajaran kepada seseorang.

Sampai akhirnya mataku tak sengaja kembali melirik bu Titik yang ternyata sejak tadi tengah menatapku dari kejauhan dengan mata lebarnya yang membuatku gelagapan panik dan dengan ragu aku menghampirinya.

"Mana tugas kamu?" Tanya bu Titik dengan tegasnya ketika aku sudah ada di depannya seraya melirik kedua tanganku yang tidak membawa apapun yang membuatku menunduk terdiam.

"Mana tugas kamu?" Ucapnya lagi dengan nada yang cukup tinggi sampai - sampai beberapa guru kini memperhatikan kami.

"Ma.. maaf bu, buku saya ketinggalan." Jawabku dengan kaku yang membuatnya menatapku kesal.

"Ketinggalan apa emang ga dikerjain?" Sindirnya seraya melirikku dengan tajamnya.

"Ketinggalan."

"Lagian kalau kamu bawa buku juga hasilnya ga ada yang bener." Sindirnya lagi seraya mencari - cari sesuatu barang yang ada di mejanya.

"Dengerin saya, kamu itu mau jadi apa kalau nilai matematika kamu aja segini hah? Saya mau kasih nilai berapa dirapot? Lima? Kamu itu sudah kelas dua belas dan kamu itu harusnya mikir...." Oceh bu Titik yang tidak aku dengarkan dan entah kenapa aku justru lebih fokus mendengar bentakkan seseorang dari arah kananku yang membuatku diam - diam melirik ke arah ruang bk dan melihat Dewa yang tengah diceramahi oleh pak Seno.

"KAMU MAU MASUK PENJARA?"

"Kamu itu pukul anak orang sampe bonyok loh, kalau orang tuanya Rayhan lapor ke polisi gimana? Kan bapak juga yang repot dan kamu bisa dikeluarin dari sekolah." Omel pak Seno yang tidak ditanggapi oleh Dewa.

"Bapak tanya sekali lagi."

"Masalahnya apa?" Tanya pak Seno yang membuat Dewa menatap pak Seno dengan wajah datarnya lalu berbicara.

"Saya jawab sekali lagi, ini bukan salah saya pak. Kenapa seolah - olah ini salah saya? Karena saya pukul dia? Saya emang pukul dia bukan karena saya sok jagoan pak, tapi karena dia emang salah." Jawabnya dengan serius yang membuat pak Seno menghembuskan nafas pelan.

"Gini, saya tidak butuh pembelaan lagi dari kamu Dewa tapi saya butuh jawaban yang sebenarnya dari mulut kamu." Ucap pak Seno yang dibalas tawa kecil oleh Dewa.

"Jadi bapak nuduh saya bohong?"

"Bapak memang sudah tidak percaya sama perkataan kamu lagi." Ucap pak Seno yang membuat Dewa menghela nafas pasrah.

"Bapak sudah tahu dari Rayhan, kalau kamu ketua geng garuda yang selama ini cari gara - gara disekolah maupun dengan sekolah lain dan ternyata kamu dalang dari semua masalah yang ada disekolah ini." Ucap pak Seno lagi yang membuat Dewa kini terdiam seraya mengepalkan tangannya.

Colorless Rainbow [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang